💫💫💫
"Rel!" Axel berteriak, karena jalanan ramai dan padat, menimbulkan polusi udara yang cukup mengganggu. Ia melirik Aurelia dari spion. Gadis itu tertunduk di bahunya, sepertinya terlelap karena kelelahan. Sejak tadi, Aurelia hanya diam dan menjawab obrolan Axel dengan dehaman saja. "Aurel?" panggilnya lagi, namun masih tak ditanggapi.
Axel menarik tangan Aurelia lalu dilingkarkan di pinggangnya, sontak Aurelia terenyak dan berusaha melepaskan namun Axel menahannya. Ternyata, Aurelia tidak benar-benar tidur. Ia diam, supaya Axel tidak mengajaknya bicara lagi.
Axel melajukan motor dengan satu tangan, sementara tangan kirinya menahan tangan Aurelia yang sedari tadi berontak. Saat lampu lalu lintas berganti warna menjadi merah, Axel menghentikan motornya tepat di depan zebra cross. Ia menoleh dan membuka kaca helm-nya. "Lo kenapa belingsatan banget, sih?"
Aurelia melotot tajam mendengar ucapan Axel, rasanya seperti disamakan dengan pasien rukyah yang kerasukan jin ifrit! Sebal, Aurelia menoyor helm Axel sambil mendesis. Ia menyesali pilihannya pulang bersama Axel, namun akan lebih menyesal lagi jika ia menolak. Bisa-bisa, ia terkena sanksi moral dan sosial karena bermesraan di depan umum. Apa lagi para jomblo yang sirik melihat kedekatannya dengan Axel.
Axel mengusap lutut Aurelia, membuat gadis itu menegang karena merasakan sengatan yang dahsyat. Ia menunduk, berusaha menyembunyikan rona kemerahan di wajahnya. Ini pertama kalinya Aurelia diperlakukan seperti ini. Ternyata benar, kelemahan perempuan itu salah satunya adalah ketika lutunya diusap oleh mas pacar. Tapi, masalahnya Axel ini bukan pacar Aurelia dan dengan lancang berani menyentuh tubuhnya!
Aurelia terperangah ketika usapan tidak lagi dirasanya, karena lampu berganti hijau. Aurelia menghela napas berat, kenapa rasanya jarak sekolah ke rumahnya seperti dua kali lipat?
"Rumah lo yang mana, Rel?" tanya Axel saat memasuki gang yang tidak terlalu lebar, tapi juga tidak terlalu sempit. Ia mengurangi kecepatan motornya, sembari menunggu jawaban Aurelia.
"Itu, kanan jalan!" Aurelia menepuk pundak Axel sembari menunjuk rumahnya, seakan Axel adalah driver ojek. Tapi, bodo amat. Cowok itu kan, memang menawarkan jasa untuk mengantarnya pulang. "Stop!"
Axel mengerem motornya secara mendadak, membuat Aurelia refleks memeluk tubuhnya. "Heh! Jangan modus!" Aurelia memekik sembari mengusap kepalanya, ia lupa jika saat ini masih mengenakan helm.
Axel menyengir, kemudian menerima helm yang disodorkan Aurelia dengan sorot menggoda. "Tapi, lo suka kan, peluk-peluk gue?" godanya sembari menaik turunkan kedua alisnya, kontan Aurelia berdecih. "Gue buru-buru, lain aja gue mampir. Salam buat camer, ya!"
"Jangan GR! Siapa juga yang mau ajak lo masuk?!" Aurelia menggeram dengan kdua tangan terlipat di dadanya. Sesekali ia melirik ke arah rumah, takut jika sang mama melihat ia diantar cowok astral macam Axel.
Axel terkekeh geli. Ia meletakkan helm di jok belakang dengan jaring pelindung yang sudah disediakan, kemudian menatap Aurelia dengan senyum miring. "Manyun mulu? Ngode minta dicium?"
"Axel!" Aurelia memekik seraya melayangkan tangan ke udara, memberi isyarat pada Axel lewat tatapan nyalangnya.
"Iya-iya, gue balik." Axel tertawa puas melihat amarah Aurelia, lantas menyalakan mesin motornya dan bersiap untuk pergi. "Bye, Rel!"
💫💫💫
Published : 9 Juni 2020
Vote + Comment
Love,
Max
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejauh Bumi & Matahari
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] Genre: Teenfiction - Young Adult | 17+ "Lo sengaja usik gue buat dapetin perhatian gue, kan?" Axel menaikkan turunkan aslinya. "Gak usah sok polos. Gue tau, lo naksir gue." Aurelia mencondongkan tubuhnya, sontak Axel terkesiap...