4. Silent Night

3.9K 219 23
                                    

💫💫💫

Sepasang manik cokelat itu terus membaca tiap bait kalimat dalam novelnya, diiringi denting jam dinding yang kini menunjukkan pukul sepuluh malam. Biasanya Aurelia me-refresh otak dengan membaca, sesekali menuangkan ide yang berkeliaran di otaknya ke sebuah tulisan yang diunggah di platform online.

Selain mengisi waktu, Aurelia berharap hobi menulisnya bisa memberikan kesuksesan di masa depan. Ia ingin jadi penulis terkenal yang karyanya dipajang di semua toko buku dan bisa diangkat jadi film layar lebar. Akan tetapi, malam ini ia memilih untuk membaca saja, karena otaknya tidak support diajak berpikir melanjutkan adegan selanjutnya dalam ceritanya.

Aurelia mengubah posisinya menjadi duduk bersandar pada headboard kasur. Suasana kamar yang sejuk karena udara AC, membuatnya semakin betah menikmati aktivitasnya malam ini. Apa lagi, mamanya juga sudah terlelap.

Novel berjudul Sadewa menjadi pilihannya, Aurelia tergila-gila dengan sosok Sadewa yang badboy, tapi romantis. Usaha Sadewa meluluhkan Samantha pun tak main-main, karena Samantha termasuk perempuan yang tidak tertarik pada cowok itu. Hal itu yang membuat Sadewa menyukai Samantha, dan berusaha menakhlukkan hati gadis itu.

Aurelie penasaran dengan kelanjutan kisah mereka, dan ia berniat membeli novel sequelnya. Samantha. Dalam hati Aurelia berharap Sadewa dan Samantha disatukan oleh Tuhan. Bukankah keinginan setiap readers begitu? Berharap pasangan favorit mereka memilik akhir yang bahagia?

Bicara tentang si badboy Sadewa, mengingatkan Aurelia dengan sosok tengil yang benar-benar menguji kesabarannya. Axel. Cowok yang mencuri ciuman pertamanya. Ingin rasanya saat ini juga, Aurelia memaki Axel dan menendang pantat cowok itu. Ia kesal, karena ciuman pertamanya jatuh pada orang yang salah.

Pikiran yang semakin rumit, membuat konsentrasi Aurelia buyar. Ia tak bisa mencerna kalimat dalam novel itu. Kini, ia memilih menyudahi saja, meletakkan novel di meja kecil di sebelah kasurnya. Lampu tidur dinyalakan, kemudian ia bangkit untuk mematikan lampu utama. Sweater biru langit yang kebesaran itu membuat tubuhnya terlihat mini.

Aurelia melepas ikat rambutnya, kemudian menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Ia memandang langit-langit kamarnya, merenungi kejadian sial yang menimpanya hari ini. Selama tiga tahun menimba ilmu di SMA Glory, baru kali ini ia benar-benar mengalami kesialan yang tak ada habisnya. Seandainya tadi ia tak ikut campur membela Malik, mungkin saat ini hidupnya akan damai, aman dan sentosa.

Helaan napas lolos dari mulut Aurelia. Ia mengusap wajahnya dan memejamkan mata, memaksa diri agar terlelap, karena malam semakin larut dan besok ia harus sekolah. Aurelia mematikan lampu tidur, berharap dalam keadaan super gelap ini dapat membantunya untuk bisa terlelap. Tapi, nihil. Kejadian di UKS tadi masih terngiang-ngiang di kepalanya. Aurelia mendesah, dalam hati ia merutuki diri sendiri karena telah bertindak ceroboh.

Aurelia tak tahu harus menghadapi hari esok dengan bagaimana. Apa lagi jika dipertemukan dengan Axel? Apa yang harus dilakukannya? Bukankah situasi nantinya akan terasa awkward?

"Mikirin apa sih, Rel?" Aurelia menepuk pipinya, berusaha menyadarkan diri dari pikiran negatifnya. "Si Axel, cowok laknat itu gak usah lo pikirin, elah!" Ia mencebikkan bibirnya, lalu mengembuskan napas berat.

Kedua matanya terpejam sembari menggigit bibir bagian bawahnya. Wajah tampan Axel terlukis jelas di ingatannya. Senyuman, tatapan, dan ciuman Axel, sangat membekas di ingatan Aurelia. Lagi, Aurelia mendesah. "Dear brain, don't think about Axel again. I wanna sleep!"

💫💫💫

Published : 2 Juni 2020

Vote + Comment

Love,

Max


Sejauh Bumi & MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang