40. Punishment

1.6K 84 13
                                    

💫💫💫

Aurelia menyentuh bekas tamparan yang meninggalkan rasa perih, kemudian menatap Melinda dengan sorot bingung. Bu Fatimah selaku kepala sekolah langsung berdeham menengahi, kemudian memberi isyarat pada Axel untuk duduk di sebelah Bu Dewi. Bu Fatimah mengarahkan laptop yang menyala kepada Aurelia dan Axel, kemudian video yang terjeda itu kembali diputarnya.

Mata Aurelia seketika membulat, kontan ia menutup mulut dengan tangannya. Udara di ruangan itu seakan hilang, membuat paru-parunya sulit mendapatkan oksigen. Kepalanya terasa pusing, sedetik kemudian ia meneteskan air mata. Aurelia menoleh menatap Melinda, namun wanita itu justru membuang pandang ke arah lain. "Ma, dengerin penjelasan—"

"Mau jelasin apa, Rel? Bukti video itu udah jelas, kamu ngelakuin hal mesum sama dia!" Melinda menunjuk Axel dengan sorot bengis. "Kamu! Dari awal saya lihat kamu, saya udah feeling kalo kamu bakal kasih dampak buruk untuk anak saya! Berapa kali saya peringatin, jauhin Aurel!"

"Bu, tolong tenang ...." Dewi berusaha menengahi.

Yuliana menoleh ke kiri, menatap Axel dengan sorot kecewa. "Xel, jelasin ke Mama, kenapa kamu lakuin itu?"

Axel membalas tatapan sang mama dengan sorot elangnya, enggan menjawab dan beralih menatap Melinda. "Tan, maafin saya."

"Perbuatan keji kalian telah mencoreng nama baik keluarga!" Melinda memekik sambil terus menunjuk Axel dan Aurelia bergantian. Ia tak peduli dengan Aurelia yang berposisi sebagai anaknya, baginya kelakuan keduanya sangat di luar batas. "Rel, bilang sama Mama, siapa yang ngajarin kamu ngelakuin itu?!" Melinda menggoyangkan tubuh Aurelia, air mata tak henti membasahi pipinya.

Aurelia terisak, pasrah menerima akibat dari perbuatannya. Ia menunduk, tak berani menatap mata mamanya. Melihat hal itu, Axel pun mengambil alih untuk bicara. "Tan, jangan salahin Aurel—"

"Diam!" Melinda berteriak, kontan seisi ruangan itu menggema. Untung saja, diberi kedap suara, jadi tak akan ada yang bisa mendengar obrolan mereka saat ini. "Rel, kamu lakuin itu karena dipaksa? Iya, kan?" tanya Melinda, sontak Yuliana menatap wanita itu dengan sorot tak terima.

Aurelia masih diam, bahunya bergetar. Ia menangis, tak sanggup menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan. Melinda memukuli pundak Aurelia, melampiaskan segala kemarahan pada gadis itu.

"Bu, sesuai aturan di sekolah ini, jika ada murid melanggar peraturan akan kami beri sanksi," ujar Bu Fatimah dengan suara berat. Jujur saja, ia sangat menyayangkan perbuatan kedua muridnya itu, karena Aurelia termasuk murid yang selama ini tak pernah melakukan pelanggaran apa pun. Kalau Axel sih, Bu Fatimah sudah angkat tangan menghadapi kenakalannya.

"Ibu mau hukum mereka?" Bu Dewi khawatir jika muridnya dijatuhi sanksi yang berat, karena sebulan lagi ujian nasional akan dilaksanakan.

Bu Fatimah menghela napas berat, matanya menatap semua yang ada di ruangan itu secara bergantian. "Maaf, kami harus memberhentikan Aurel dan Axel dari sekolah ini."

Melinda tersayat mendengar ucapan Bu Fatimah akibat hukuman yang dapat memberi jejak buruk dalam reputasi keluarganya. Tadi pagi saat ditelepon pihak sekolah, Melinda tak menyangka jika hal yang dibahas adalah kelakuan nakal Aurelia. Ia tak tahu harus menjelaskan bagaimana kepada Evan, suaminya.

"Bu, hukum saya, jangan Aurel. Saya yang salah, bukan dia," ujar Axel berusaha membela.

Bu Fatima menggeleng pelan. "Kalian berdua sama-sama salah. Jadi, kalian harus mendapat hukuman yang adil."

"Saya yang paksa Aurel. Kalo waktu itu saya bisa kontrol napsu, kejadian itu gak mungkin terjadi!" Axel menggebrak meja, membuat semuanya terenyak.

Yuliana menatap Axel tak percaya, ia terus menggeleng dengan air mata yang terus mengalir. Ia tak tahu kenapa anaknya berani melakukan hal buruk seperti itu. "Xel, Mama gak nyangka kamu berani ngelakuin itu."

Axel menatap sang mama dengan datar, tidak terlihat menyesal sedikit pun, namun ia tak bisa melihat tangis Aurelia. "Bu, silakan hukum saya ... apa pun, asal jangan Aurel. Saya mohon." Axel bangkit, kemudian bersimpuh. Kedua tangannya mengepal di atas lutut, sementara dadanya bergerak naik turun menahan emosi.

"Xel, keputusan kami sudah bulat. Kalian, harus dihukum atas apa yang telah kalian lakukan." Bu Fatimah berucap menegaskan, membuat suasana di ruangan itu semakin tak terkendali.

💫💫💫

Published : 27 Juni 2020

Vote + Comment

Love,

Max

Sejauh Bumi & MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang