💫💫💫
"Rel, kamu dianter siapa?" Melinda menginterupsi ketika melihat putrinya menutup pintu rumah. Aurelia berbalik, menatap Melinda yang duduk di sofa dengan cengiran khasnya. "Eh, Mama."
"Jawab Mama, cowok tadi siapa?" tanya Melinda, wajahnya yang mulai dimakan usia itu terlihat tegang dengan kacamata kotaknya, membuatnya terlihat galak.
Aurelia melangkah mendekati Melinda. "Dia temenku, Ma."
"Temen?" tanya Melinda mengulang, dijawab anggukan Aurelia. "Sejak kapan kamu temenan sama berandalan kayak dia?"
Aurelia terdiam, dalam hati ia merutuki kebodohannya karena membiarkan Axel mengantarnya pulang sampai di depan rumah. Seharusnya tadi minta diturunkan di depan gang saja, supaya mamanya tidak mengetahui hal ini.
"Rel, denger Mama, kan?" Melinda kembali bertanya, membuat Aurelia terperangah dan gelagapan. Melinda menghela napas berat, ditatapnya putrinya yang beranjak dewasa itu dengan intens. "Mama pernah bilang kan, Mama gak mau lihat kamu deket sama cowok. Mama gak mau kamu pacaran. Kamu harus belajar yang fokus, bentar lagi UN."
"Ma?" Aurelia mendesah, kemudian menyibakkan rambutnya. "Dia Axel, temen sekelasku. Dia bukan pacarku."
"Apa pun itu, Mama gak suka lihat kamu bergaul sama dia," sela Melinda, rambutnya yang sebahu dengan cat cokelat itu, membuatnya terlihat gaul. Ia bersedekap dada. "Kamu lihat kan, penampilannya aja urakan kayak gitu. Mau jadi apa kalo deket sama dia?"
"Mama ....." Aurelia kembali menghela napas berat, berusaha bersabar menghadapi sifat mamanya yang terlalu protektif. "Kenapa sih, Mama selalu menilai seseorang dari penampilannya aja? Axel itu baik, dia gak pernah aneh-aneh. Mama bisa percaya sama aku, gak mungkin aku jadi bad girl karena bergaul sama dia."
Melinda mendengkus, membuang pandang ke sudut ruang tamu. Dadanya terlihat naik turun menahan amarah yang memuncak. Ia hanya ingin menjaga anaknya. Ia tak ingin Aurelia terlibat suatu permasalahan karena bergaul dengan orang yang salah dan terjerumus pada hal buruk yang bisa merugikan keluarga mereka.
"Ma, meskipun Axel pake celana sobek-sobek, jaket jeans sobek-sobek dan motor yang kesannya kayak preman banget, tapi aslinya dia orang yang baik. Dia peduli sama aku, sama temen-temen juga. Jadi, Mama gak perlu khawatir. Aku bisa jaga diri." Aurelia bersimpuh di kaki Melinda, berucap dengan lembut agar mamanya tidak tersulut emosi lagi.
Dalam hati, Aurelia berpikir, kenapa ia sebegininya membela Axel? Kenapa ia tidak terima jika Axel dituduh yang tidak-tidak? Bahkan oleh mamanya sendiri? Apa lagi, 99% kekhawatiran Melinda juga benar, Axel memang berandal urakkan yang suka cari masalah. Tapi, kenapa Aurelia justru membelanya? Seakan ia tak ingin cowok itu dicap buruk oleh sang mama.
"Rel, Mama cuma pengin kamu selamat, gak terlibat sama pertemanan yang buruk. Tapi, kalo memang menurutmu dia temen yang baik, ya sudah. Kamu boleh berteman sama dia, asal jangan sampai melewati batas." Melinda mengingatkan, tatapannya terlihat tajam dan sungguh-sungguh dengan ucapannya. "Kalo sampai Mama tau dia bawa pengaruh buruk buat kamu, Mama gak segan bawa masalah ini ke pihak sekolah, supaya dia dikeluarkan."
Mendengar ancaman Melinda, kontan Aurelia menegang. Ia tak habis pikir, kenapa mamanya sangat tidak luwes? Aurelia sudah dewasa, tidak ingin dikekang lagi. Ia tau, mana yang terbaik untuknya dan mana yang tidak, termasuk dalam hal pertemanan. Ia tak suka urusan pribadinya selalu diusik oleh orang tuanya.
Helaan napas lolos dari mulut Aurelia, sedetik kemudian ia mengulas senyum simpul. "Iya, Ma. Aku bakal jaga diri."
💫💫💫
Published : 9 Juni 2020
Vote + Comment
Love,
Max
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejauh Bumi & Matahari
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] Genre: Teenfiction - Young Adult | 17+ "Lo sengaja usik gue buat dapetin perhatian gue, kan?" Axel menaikkan turunkan aslinya. "Gak usah sok polos. Gue tau, lo naksir gue." Aurelia mencondongkan tubuhnya, sontak Axel terkesiap...