58. Sat-Night

301 14 5
                                    

vote & comment

Knalpot berderu saat pedal gas diinjak pengemudinya. Usai mengirim pesan kepada Luna, Axel bergegas menuju rumah gadis itu. Malam minggu kali ini Axel diminta oleh Luna untuk menemani berbelanja, katanya; Papa dan Mamanya sibuk bekerja, sehingga ia membutuhkan teman untuk menemaninya—menghibur diri di sela-sela kesepiannya.

Ponsel Axel masih menyala, menampilkan sebuah roomchat di layarnya, berjaga-jaga jika Luna kembali mengiriminya pesan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ponsel Axel masih menyala, menampilkan sebuah roomchat di layarnya, berjaga-jaga jika Luna kembali mengiriminya pesan. Tangannya mencengkeram kemudi dengan erat, suasana malam ini tidak begitu padat, sehingga ia bisa menikmati perjalanannya ditemani alunan musik jedag-jedug remix yang tengah booming di aplikasi Tiktok. Lucu memang, melihat perawakan Axel yang sangat macho, namun lelaki itu ternyata pecinta playlist angkot. Tapi, peduli apa? Toh, lagu jedag-jedug justru membuatnya bersemangat.

Axel bersiul, mengikuti irama lagu itu sambil sesekali tangannya mengetuk-ngetuk setir kemudi. Ia senang, karena sebentar lagi bisa kuliah bersama Aurelia di kampus yang sama. Akhirnya, impiannya selama ini dapat terwujud.

Kemarin, Luna mengabari bahwa berkas Aurelia telah divalidasi pihak universitas, karena gadis itu dirasa cukup pintar, maka ia berhak mendapat beasiswa penuh sampai lulus studi. Hal ini tentunya memberikan kegembiraan bagi Aurelia, dan itu merupakan satu langkah awal bagi Axel untuk dapat kembali menjalin hubungan dengannya.

Kini, Axel telah sampai di rumah Luna. Rumah megah dengan desain eropa itu sungguh terlihat menawan, menunjukkan bahwa si empunya adalah keluarga kaya raya yang sukses. Dengan cepat, satpam berlari membukakan gerbang dan mempersilakan Axel untuk masuk.

Luna pun segera keluar dari rumahnya, ia mengulas senyum manis menyapa Axel yang turun dari mobil. Parasnya yang hampir mendekati sempurna, membuat siapa pun pasti jatuh cinta padanya. "Mau masuk dulu, gak?"

Axel sedikit mengintip ke dalam. "Orangtua lo ada di rumah?" tanyanya balik.

Saat hendak menjawab, tiba-tiba keduanya dikagetkan oleh kedatangan sosok pria paruh baya dengan rambut yang mulai memutih. "Halo, Axel," sapanya.

Lantas, Axel pun segera menyalami pria itu. "Selamat malam, Om Bowo. Sehat, Om?"

Wibowo Raharjo, papa Luna, menjawab dengan anggukan. "Kayak yang kamu lihat sekarang. Kabar Om baik, hanya tambah gemuk aja," ucapnya, sontak mengundang tawa.

"Gak papa gendut, Om, yang penting sehat." Axel menimpali sambil menyengir.

Bowo mengamati Axel dari atas sampai bawah, kemudian beralih menatap sang anak. "Kalian mau ke mana?"

Axel dan Luna saling bertatapan, melempar pertanyaan itu agar dijawab oleh salah satunya. Lantas, Luna menjawab, "mau dinner, Pa."

"Wah, romantic dinner, ya? Di mana?"

"Eh ...." Axel kebingungan menjawab, pasalnya Luna sama sekali tak mengagendakan makan malam itu, ia pun tertunduk seraya menggaruk lehernya yang tidak gatal, berusaha menghindari kontak mata dengan Bowo.

Sejauh Bumi & MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang