💫💫💫
"Re, gue ke perpus, ya!" Aurelia melambaikan tangan saat langkahnya berhenti tepat di depan perpustakaan. Sementara temannya, Rere, langsung mengernyit bingung. Pasalnya, tadi Aurelia bilang lapar, tapi sekarang justru ke perpus. Apakah dengan baca buku, bisa bikin perut kenyang?
"Lah, gak jadi ngantin?" tanya Rere sambil menunjuk ke arah belakang, tempat kantin berada.
Aurelia menggeleng kemudian menyengir lebar. "Enggak, gue baru inget mau cari buku."
Rere semakin tak mengerti tentang gelagat Aurelia yang mencurigakan. Ia menyipit, menyelidiki apa yang disembunyikan gadis itu. Apakah Aurelia benar-benar mencari buku atau ini hanya akal-akalannya saja untuk menghindari Rere?
"Terserah deh!" Rere mengibaskan tangan dan berbalik meninggalkan Aurelia. Cacing di perutnya sudah berontak minta diberi asupan.
Aurelia menghela napas berat, kemudian beranjak memasuki perpustakaan. Ia menyusuri rak demi rak, mencari buku bacaan mengenai kedokteran. Setidaknya, hasil try out minggu lalu tak begitu buruk untuk mencoba daftar kuliah di kedokteran. Lagi-lagi, Aurelia harus mengalah demi mewujudkan keinginan orang tuanya.
Tangan putih Aurelia terulur, menyentuh satu per satu buku tentang kedokteran. Yah, belum terlalu mendalam buku yang ada di sana. Hanya sebatas tentang organ manusia dan semacamnya. Aurelia mengembuskan napas berat, berusaha memantapkan hati jika pilihannya tepat dan tidak akan disesali.
"Ngelamunin apa, sih?" Axel berbisik tepat di telinga Aurelia, sedetik kemudian gadis itu berbalik dan terlonjak kaget saat tubuhnya dikunci oleh Axel. Kedua tangan cowok itu disesejarkan dengan kepala Aurelia, dan jarak yang tipis membuat keduanya dapat merasakan embusan napas masing-masing.
Aurelia berusaha menjauh dan mendorong tubuh Axel namun tenaganya tak cukup kuat. Ia mengalihkan pandangan ke sudut rak di belakang punggung Axel. Ia berharap, tak ada yang menyadari keduanya, karena mereka berada di koridor paling ujung yang jarang dilewati orang-orang.
"Gue mau nagih janji," bisik Axel seraya megecupi telinga Aurelia, membuat gadis itu menggeliat geli. "Seminggu yang lalu, di atap."
Aurelia menunduk sembari meremas ujung seragamnya saat tangan Axel menyentuh pinggulnya. Axel mengulas senyum simpul, ia mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan. "Gak ada yang lihat," ucapnya. Kini tangan Axel beralih menyusup ke dalam rok Aurelia. "Lo bilang, kalo nilai try out gue rata-rata 8, gue boleh minta apa aja kan, ke lo?"
"Tapi, jangan di sini, Xel," gumam Aurelia. Ia berusaha menjauhkan tangan nakal Axel darinya. Napasnya memburu saat Axel menatapnya dengan intens, sedetik kemudian bibir tipis Axel melumat bibirnya.
Perlakuan Axel berhasil membuat Aurelia larut dalam napsu. Kedua netra itu memejam, saling menikmati kecupan panas di bibir masing-masing. Axel melepas dua kancing seragam teratas Aurelia, kemudian beralih menciumi leher gadis itu. Tanpa sadar, Aurelia mendesah menikmati sentuhan Axel.
Axel tersenyum puas melihat wajah Aurelia yang memerah. Ia menghentikan aksinya, memberi jarak, lalu mengulas smirk saat Aurelia tersadar dan bertingkah gugup. "I know, you want me."
💫💫💫
Published : 27 Juni 2020
Vote + Comment
Love,
Max
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejauh Bumi & Matahari
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] Genre: Teenfiction - Young Adult | 17+ "Lo sengaja usik gue buat dapetin perhatian gue, kan?" Axel menaikkan turunkan aslinya. "Gak usah sok polos. Gue tau, lo naksir gue." Aurelia mencondongkan tubuhnya, sontak Axel terkesiap...