💫💫💫
"Den Axel, Bibi udah nyiapin makanan." Bi Umi menyambut kedatangan tuan mudanya yang berjalan memasuki rumah dengan langkah gontai.
Axel menoleh menatap Bi Umi yang berdiri di depan ruang makan. "Gak laper, Bi. Nanti aja," jawabnya, manik abunya berpendar ke penjuru ruangan. "Mama belum pulang?"
Bi Umi menghela napas berat dan menggeleng pelan. "Nyonya batal pulang, katanya minggu depan."
Axel tersenyum getir mendengar jawaban Bi Umi, kemudian ia mengacak rambutnya dengan frustrasi. "Sebulan yang lalu, Mama bilang gitu kan, Bi?" tanyanya dengan sendu. "Emang kayaknya Mama udah gak peduli sama aku."
"Den ...." Bi Umi berusaha menenangkan, wanita paruh baya yang selama ini mengabdi pada keluarga Axel, sudah dianggap ibu sendiri oleh Axel. Ia tak pernah merasakan perhatian dari sosok seorang Ibu, karena Yulia selalu sibuk dengan pekerjaan. "Nyonya sayang sama Den Axel. Nyonya rela mengorbankan apa pun demi Aden bisa mendapatkan kehidupan yang layak."
"Iya, mengorbankan semua, termasuk aku, anaknya." Tatapan nyalang terlihat jelas di manik abu Axel. "Kebutuhanku gak cuma uang, Bi. Aku butuh kasih sayang, dan cuma Mama yang bisa kuharapkan. Papa? Gak mungkin, Papa udah sibuk sama keluarga barunya."
Bi Umi berjalan mendekati Axel. "Bibi paham, Den." Ia meraih tangan Axel dan diusapnya dengan lembut, berharap tuan mudanya bisa lebih mengerti tentang arti kehidupan yang sesungguhnya. "Semua orang lahir dengan latar belakang keluarga yang berbeda. Aden lahir dari keluarga kaya raya, banyak anak di luar sana yang ingin ada di posisi Aden. Jadi, apa pun yang Tuhan berikan, syukuri saja. Pasti ada hikmah baik di balik musibah yang Tuhan kasih ke Aden. Percaya, nyonya sama tuan sangat sayang dengan Den Axel, dan beginilah cara mereka menunjukkan kasih sayangnya."
Axel mengusap wajahnya dengan kasar, jika sudah seperti ini ia tak bisa lagi mendebat wanita tua di hadapannya. Bagaimana pun, ia harus tetap menunjukkan rasa hormat pada Bi Umi. Untung saja masih ada Bi Umi, jika tidak mungkin Axel bisa jadi orang yang lebih rusak dari ini.
"Sekarang, Den Axel mandi terus makan, ya. Masa Bibi udah capek masak, tapi Aden gak mau makan?" ujar Bi Umi, sengaja memasang raut sedih agar Axel luluh. Benar saja, cowok itu mengangguk pelan dan pamit ke kamaranya.
Wanita yang wajahnya mulai keriput itu tersenyum simpul, mau bagaimana pun kelakuan Axel, ia akan terus memaafkan dan berusaha membimbing ke jalan yang benar. Axel sudah dianggap seperti anak sendiri dan ia bertanggung jawab atas kepercayaan Yulia untuk menjaga Axel saat wanita itu disibukkan dengan pekerjaan.
"Akan ada pelangi setelah hujan, Bibi percaya ... Den Axel akan mendapatkan kebahagiaan di balik kesedihan yang Aden rasakan sekarang," gumam Bi Umi di sela helaan napasnya yang berat.
💫💫💫
Published : 5 Juni 2020
Vote + Comment
Love,
Max
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejauh Bumi & Matahari
Jugendliteratur[FOLLOW SEBELUM BACA] Genre: Teenfiction - Young Adult | 17+ "Lo sengaja usik gue buat dapetin perhatian gue, kan?" Axel menaikkan turunkan aslinya. "Gak usah sok polos. Gue tau, lo naksir gue." Aurelia mencondongkan tubuhnya, sontak Axel terkesiap...