💫💫💫
"Xel, gimana hubungan lo sama Aurel?" tanya Edo sambil menghisap rokok, di sebelahnya terdapat seorang gadis berusia sama dengannya sedang bergelayut manja di lengannya. Gadis itu bernama Salsa, ia memang kerap datang kemari. Pekerjaannya menemani pengunjung kelab malam ini.
Axel menenggak minumannya, kemudian meringis saat minuman beralkohol tinggi itu lolos dari tenggorokannya. Dua botol dihabiskan Edo dan Axel, sementara batang rokok tampak tercecer di asbak berbentuk bola. Axel mengalihkan pandangan dari dance floor yang sesak oleh orang-orang yang menari-nari, ke arah Edo di hadapannya. "Gue juga gak tau."
"Gue saranin, lo jangan sampe putus," ujar Edo, kemudian menoleh menatap Salsa sambil mengecupi pipi gadis itu.
"Kenapa emang?" tanya Axel dengan satu alis terangkat, sementara mulutnya mengepulkan asap rokok.
Edo menatap Axel dengan smirk di bibirnya, tangan kirinya terus mengelus lengan Salsa yang terpampang jelas. Kini, Salsa mendekap Edo dengan erat sambil menatap Axel dengan sorot menggoda. "Bukannya Aurel ciuman pertama lo?"
"Ah ...." Axel tersenyum miring seraya menbuang abu putung rokoknya, kemudian kembali menghisap lintingan tembakau itu. "Ciuman di UKS tempo hari, gue khilaf," gumamnya. Manik abunya terlihat sayu, sepertinya ia kurang tidur. Sejak kedatangannya ke rumah Aurelia yang berakhir tidak baik, tiga hari yang lalu, Axel semakin tidak bisa menjalani harinya dengan baik. Ia merasa gelisah sampai Aurelia ingin bicara dengannya atau sekadar membalas semua pesannya.
"Gue heran aja, cewek kayak Aurel berani ikut campur masalah gue. Dia gak punya rasa takut waktu melerai gue sama Malik. Padahal saat itu gue lagi kesetanan, Malik aja sampai babak belur. Tapi, Aurel tetep ngotot nolongin Malik," jelas Axel, terlihat satu sudut bibirnya tertarik ke atas, lalu ia mendesah berat. "Salah gue, karena bikin Aurel di posisi ini."
Edo mencondongkan tubuhnya seraya meletakkan rokok di asbak. Ia mengamati ekspresi Axel yang terluka. Selama tiga tahun Edo berteman dengan Axel, baru kali ini Axel hancur karena masalah cinta. Bahkan saat dikhianati Dea saja, Axel tak begitu segalau ini. Edo jadi berpikir; memang apa sih, poin plus yang dimiliki Aurel?
"Just give her some times. Come on, kita berpikir rasional. Lo deket sama Aurel baru-baru ini, kan? Sementara Aurel lahir dari rahim nyokapnya, selama 17 tahun mereka hidup bersama. Otomatis, dia pilih nyokapnya daripada lo," ujar Edo panjang lebar. Ucapannya membuat Axel tersadar dan merenung.
"Tapi, Do, apa yang gue lakuin kemarin pun masih belum bisa bikin nyokapnya maafin gue." Axel mengembuskan napas berat, dimatikan rokoknya yang tersisa sedikit ke asbak, kemudian ia bersandar di sofa sembari menerawang ke depan. Tatapannya menatap nanar sepasang kekasih sedang bercumbu mesra, duduk di sofa di belakang Edo. Sedetik kemudian, Axel kembali teringat semua kenangan manisnya dengan Aurelia.
"Gak semua hal bisa dipaksakan. Kalo lo berusaha menebus semua kesalahan, tapi lo masih dibenci, ya ... itu hak nyokap Aurel untuk marah sama lo." Edo kembali menyulut rokok dan mengepulkan asapnya secara perlahan. "Wajar kalo nyokapnya benci sama lo, sekarang ... orang tua mana sih, yang rela kalo anaknya dicabuli? Apa lagi kalian ngelakuinnya di sekolah?"
"Do!" Axel bersungut, sorot elangnya menghunus manik hitam Edo. "Gue gak seberengsek itu, ya!"
"Kalo perlakuan lo yang kayak gitu, lo bilang gak brengsek. Terus, brengsek versi lo itu yang gimana?" Edo mengulum senyum sinis seraya menuangkan vodka ke gelas mininya. "Apa sampe lo hamilin cewek, baru lo terima disebut brengsek?"
💫💫💫
Published : 29 Juni 2020
Vote + Comment
Love,
Max
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejauh Bumi & Matahari
Roman pour Adolescents[FOLLOW SEBELUM BACA] Genre: Teenfiction - Young Adult | 17+ "Lo sengaja usik gue buat dapetin perhatian gue, kan?" Axel menaikkan turunkan aslinya. "Gak usah sok polos. Gue tau, lo naksir gue." Aurelia mencondongkan tubuhnya, sontak Axel terkesiap...