36. Sneak Out

1.4K 102 3
                                    

💫💫💫

"Kyaaaa! Dewa romantis pisaaan!" Aurelia berteriak sambil berguling-guling di kasur. Wajahnya bersemu membaca tiap kalimat dalam novelnya. Tak peduli malam kian larut, Aurelia tetap melanjutkan kegiatannya, karena memasuki klimaks yang sangat disayangkan jika harus terhenti.

"Shit! Gue pengin jadi Samantha!" Aurelia menghentak-hentakkan kaki dengan posisi tubuh telentang. Tangannya terulur ke atas, memegang novel setebal 300 halaman. Sudut bibir Aurelia terus tertarik ke atas membaca keromantisan Sadewa dan Samantha.

Tiba-tiba ponselnya bergetar, Aurelia meraba-raba di sekitarnya, kemudian matanya menyipit saat membaca pesan yang diterima. Sedetik kemudian, ia melotot. Aurelia beringsut duduk, memastikan tidak salah baca.

Manik hitam itu melirik jam di layar ponsel. "Jam sepuluh," gumamnya. Ia tau sang mama sudah tidur. Ia bangkit, menatap pantulan diri di cermin lalu mengucir rambut asal-asalan. Ia membuka kenop pintu kamar dengan perlahan, kemudian berjalan mengendap-endap di ruangan yang gelap dengan bantuan senter ponselnya.

Aurelia membuka pintu utama sambil meringis, berharap mamanya tidak mendengar pergerakkannya saat ini. Pintu kembali ditutup, kemudian ia berdiri di teras rumah. Benar, cowok sinting itu sedang mengulas senyum miring di seberang sana.

Aurelia berjalan dengan sandal rumah, menghampiri cowok yang menunggunya di depan gerbang. "Lo ngapain ke sini?"

"Kangen," jawab Axel dengan senyum simpul, kemudian matanya melirik Aurelia dari atas sampai bawah. Piyama biru dengan setelan lengan pendek dan celana selutut itu terlihat cocok di tubuh Aurelia. "Gue gak diajak masuk nih?"

Aurelia melotot tajam. "Gak! Gila aja gue terima tamu cowok tengah malem!" Gadis itu mengusap wajahnya kasar, ia tak mengerti apa yang dipikirkan Axel hingga nekat datang ke sini. "Xel, mending lo pulang."

"Gak mau," jawab Axel dengan santai, dibuangnya tusuk lolipop, kemudian ia menaiki dinding pembatas rumah Aurelia. Kini dirinya berada satu lingkup dengan gadis itu. "Gue bilang, gue kangen sama lo. Ya kali gue jauh-jauh ke sini, terus lo usir gitu aja. Rasa kangen gue kan, belum terobati."

Aurelia berdecak sebal, sesekali matanya melirik ke dalam rumah, berharap agar mamanya tidak memergokinya. "Xel, mau lo apa, sih?" bisik Aurelia dengan geram.

Axel mengedarkan pandangan ke penjuru rumah, lampunya sudah dimatikan, pertanda jika mama Aurelia sudah tidur. Atensinya beralih ke atas, seperti mencari sesuatu. Sedetik kemudian senyum simpul terukir di bibirnya. "Ikut gue," ajaknya, yang langsung meraih pergelangan tangan Aurelia.

"Eh, Axel!" Aurelia memekik tertahan, mengikuti langkah Axel yang terburu-buru. "Mau ngapain, heh?!" Aurelia melotot tajam saat Axel menaiki tangga di sudut rumah, kemudian cowok itu mengulurkan tangan ke arahnya.

"Take my hand." Axel berusaha meyakinkan, satu tangannya berpegangan pada pinggiran atap rumah, dan kakinya menguatkan pijakan di pembatas dinding. Dengan ragu, Aurelia menerima uluran tangan Axel, menaiki tangga itu.

Kini keduanya duduk di atas genting rumah yang pondasinya cukup kuat, lalu menatap taburan bintang di atas sana. Axel menekuk kedua kakinya dengan kedua tangan saling bertaut, kemudian mengulas senyum simpul. "Gue suka banget sama bintang," ucapnya. "Dengan ngelihat pemandangan kayak gini, bisa bikin perasaan gue tenang."

Aurelia diam, terhipnotis oleh pesona Axel. Ia membiarkan cowok itu merangkul lehernya, memberi kehangatan, dan menghalau embusan angin malam. "Gue juga merasa bisa berinteraksi langsung sama Tuhan, berharap Tuhan mengabulkan permintaan gue. Dan pada akhirnya, ada satu permintaan yang dikabulkan."

"Apa?" tanya Aurelia dengan suara pelan. Jarak yang tipis, membuat keduanya bisa merasakan embusan napas masing-masing. Aurelia terus menatap paras Axel yang kelewat tampan. Rahang tegas Axel jadi alasan utama jatuh cintanya Aurelia padanya.

Axel menoleh, menatap mata Aurelia dengan intens. "Gue bahagia, karena Tuhan menyatukan kita."

💫💫💫

Published : 26 Juni 2020

Vote + Comment

Love,

Max

Sejauh Bumi & MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang