25. Changed

1.7K 134 3
                                    

Cerita ini setiap hari views selalu bertambah, tapi gak ada yang komen. Sedih akutuuu.. Jadi gak semangat ngetik, asliii...

💫💫💫

Semilir angin pagi hari terasa sejuk, ditambah kicauan burung yang berterbangan ke sana kemari. Aurelia melangkah dengan santai, karena jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh, perkiraannya akan sampai di sekolah tepat waktu. Saat melangkah keluar gang, Aurelia dikejutkan dengan sosok yang kini menyeringai ke arahnya. "Astaga, Axel!" Aurelia terenyak sambil mengelus dadanya, jantungnya terasa mau copot.

Cowok yang sedang bersandar di motor, kini berjalan mendekati Aurelia. Digamitnya tangan gadis itu dan diajaknya menaiki motornya. Tak lupa, ia pasangkan helm di kepala Aurelia untuk menambah keamanan padanya. "Yuk, berangkat."

Dengan ragu, Aurelia menaiki motor sport itu, kemudian berpegangan dengan erat saat Axel melajukan motor. Tak seperti bisanya, cowok itu membawa motor dengan kecepatan rata-rata, seperti ingin menikmati sejuknya semilir angin dan mengobrol santai dengan Aurelia.

"Xel, kok lo nekat banget sih, jemput gue?" tanya Aurelia. "Kalo nyokap gue tau, lo bisa habis dimarahin lagi."

Axel terkekeh geli, kakinya mengganti gigi roda motor, kemudian menambah kecepatannya. "Gue gak pernah takut dimarahin sama siapa pun, termasuk nyokap lo. Justru gue semakin pengin perjuangin lo, karena meluluhkan hati nyokap lo kayaknya juga gak gampang."

"Paling juga belum mulai, lo udah nyerah duluan." Aurelia mencibir seraya merapikan helaian rambutnya yang berkibar-kibar.

Aurelia akui, lebih baik seperti ini, berangkat bersama Axel daripada  berdesakkan di bus seorang diri. Belum lagi kalau ada lelaki hidung belang yang suka ambil kesempatan menjawil tubuhnya. Rasanya, Aurelia ingin menangis saja. Ia pernah minta izin ke sekolah dengan membawa motor, namun mamanya tak mengizinkan, karena Aurelia belum genap berusia 17 tahun.

"Jangan panggil gue Axel, kalo gue nyerah gitu aja ngadepin nyokap lo," ujar Axel dengan kesombongan tiada tara sambil memukul-mukul dadanya. Kontan, Aurelia terkekeh melihat kelakuan konyol Axel.

Kini, keduanya sampai di sekolah. Axel dan Aurelia berjalan bersisian. Mereka meletakkan tas di kelas dan bersiap mengikuti upacara. Aurelia menghampiri Rere yang menunggunya sedari tadi dan kini mereka berjalan menuju halaman. Saat hendak mengikuti Aurelia, tubuh Axel ditahan Ega dan Edo dari belakang.

"Sejak pacaran sama Aurel, bos Axel jadi rajin banget ya, Ga?" ujar Edo sambil menumpukan tangan di pundak Axel, sementara yang dipanggil bos hanya duduk dengan tenang sambil memutar kedua bola mata.

Ega mengangguk setuju, ia duduk di meja berhadapan dengan Axel dan menatap Axel penuh selidik. "Udah ngapain aja lo sama Aurel?"

"Ga ...." Axel menghela napas berat, ia malas bergibah dengan dua pentolan itu. "Ayo, ke lapangan. Bentar lagi upacara dimulai. Lo mau dihukum Bu Fat?"

Kontan Ega dan Edo terbahak mendengar ucapan Axel, seperti orang kesurupan setan. "Xel, sejak kapan lo peduli sama upacara? Peduli sama hukuman Bu Fat?" tanya Ega dengan senyum meremehkan.

Axel menghempaskan tangan Edo dengan paksa, lalu bangkit dari duduknya. "Sejak gue pacaran sama Aurel, dan gue sadar kalo ternyata selama ini gue toxic banget."

"Hahaha!" Edo tertawa keras, suaranya menggema di penjuru kelas. Ia melempar pandang ke arah Ega, disambut kekehan cowok bertubuh gempal itu. "Astaga naga, gue salut akhirnya lo pensiun jadi berandal."

Axel mencebikkan bibirnya, kemudian mengibaskan tangan tak peduli dan meninggalkan keduanya. "Whatever!"

💫💫💫

Published : 13 Juni 2020

Vote + Comment

Love,

Max

Sejauh Bumi & MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang