💫💫💫Brak! Gudang tua di belakang SMA Glory terdengar berisik. Meja dan kursi lapuk, tatanannya jadi tak karuan saat dihantam tubuh Malik. Tetesan darah mengalir dari hidung cowok itu akibat pukulan brutal yang diterimanya. "Lo pikir gue gak tau kelakuan bejat lo!"
Cowok berambut bross itu tersenyum sinis, bangkit seraya mengusap darah di bagian atas bibirnya. "Kalo lu tau, terus mau apa? Pukulin gue sampe mati?"
"Anjeng!" Semakin tersulut emosi, Axel kembali melayangkan pukulan di wajah Malik, lututnya pun aktif menendangi dada Malik hingga membuat si lawan terduduk lemas mengerang kesakitan.
"Xel, cewek lo yang kegatelan. Kalo gue sih, asal gratis, ya gue sikat," ujar Malik dengan santai, meski tulangnya terasa remuk. Lagi, ia dihantam bogeman cowok yang kesetanan itu. "Dea tuh cewek gak bener, Xel! Kenapa masih lo bela?"
"Gue cuma gak suka lihat cowok yang suka ambil kesempatan dalam kesempitan kayak lo!" Axel menuding wajah Malik dengan telunjuknya, guratan wajahnya terlihat sangat jelas.
Malik tertunduk, senyum sinis kembali terukir di bibirnya. Ia menatap manik abu Axel dengan tajam. "Semalem Dea mabok, dan gue cuma bantu di—"
"Bantu apa? Hah? Dengan lo pegang-pegang dia, lo cium dia, itu yang lo sebut ngebantu? Iya?!" Axel memekik, kesabarannya sudah habis. Ia meludah, lalu menarik kerah seragam OSIS Malik dan mendorong tubuh cowok itu hingga tersungkur. Axel duduk di atas tubuh Malik dan memukulinya dengan membabi buta. Axel tak peduli Malik yang sudah babak belur dengan banyak luka di sekujur tubuhnya.
Malik meringis, tak tahan dengan pukulan yang diterimanya. Tulang-tulangnya terasa remuk saat dihantam Axel, kepalanya berdenyut sakit, dan perutnya terasa perih karena Axel sengaja menendangnya dengan kuat.
"Lo kalo suka sama Dea, gih ambil. Tapi, lo jangan manfaatin dia!" Axel memekik dengan posisi berdiri dan satu kaki ditumpukan di atas perut Malik, sambil sesekali ditekannya perut cowok itu hingga membuat si empunya merintih kesakitan.
"Xel, kenapa lo masih peduli sama dia?" tanya Malik terbata-bata, berusaha menahan pijakan kaki Axel di perutnya. "Lo cuma mantannya, Xel!"
Axel kembali meludah, sorot matanya sangat beringas. Ia membungkuk, menarik kerah seragam Malik dan ditatapnya manik hitam yang ketakutan itu dengan nyalang. "Pukulan ini bukan cuma karena lo yang berani pegang-pegang Dea, tapi juga sebagai balasan rasa sakit hati gue karena selama ini kalian main di belakang gue!"
"Ternyata lo udah tau," ujar Malik dengan sunggingan tipisnya. "Asal lo tau juga, sejak lo pacaran sama Dea, dia juga main sama cowok lain, bukan cuma gue!" Malik membela diri, sekaligus membuka kebusukkan mantan Axel yang terkenal karena kecantikkannya.
Axel mendengkus sembari mengalihkan pandangan ke sudut gudang, menatap tumpukkan kayu yang tak terpakai dan dipenuhi debu serta sarang laba-laba. Hatinya teriris mendengar ucapan Malik, meski yang diucapkan benar adanya.
"Lo masih cinta sama Dea?" tanya Malik dengan lirih, matanya yang membiru sedikit tertutup akibat bogeman Axel. Kontan, Axel kembali menatapnya dengan dahi mengkerut. "Lupain Dea, cewek jalang itu gak pantes lo perjuang—"
Bugh!
"Stop!"
💫💫💫
Published : 1 Juni 2020
Vote + Comment
Love,
Max
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejauh Bumi & Matahari
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM BACA] Genre: Teenfiction - Young Adult | 17+ "Lo sengaja usik gue buat dapetin perhatian gue, kan?" Axel menaikkan turunkan aslinya. "Gak usah sok polos. Gue tau, lo naksir gue." Aurelia mencondongkan tubuhnya, sontak Axel terkesiap...