💥💥💥
"Xel ...." Aurelia terisak, memukuli dada Axel dengan pelan. Sejatinya, ia juga tak ingin pisah dengan cowok itu, namun keadaan memaksa keduanya untuk segera menyudahi hubungan ini. "We don't work."
"No! You're wrong!" Axel mengucapkan dengan sungguh-sungguh, diusapnya punggung Aurelia dengan lembut untuk menenangkan gadis itu.
Dalam hitungan detik, pelukkan itu terpisahkan secara paksa. Keduanya terenyak saat mendapati sosok yang kini berdiri di hadapan mereka dengan raut murka. Manik hitam Aurelia membola saat satu tamparan keras mendarat di pipi Axel. "Berapa kali saya harus bilang, jangan dekati anak saya lagi!"
Axel menyentuh bekas tamparan itu, kemudian menatap Melinda dengan nanar. "Tan, tolong maafin saya. Saya bener-bener khilaf. Saya harus apa, supaya Tante mau memaafkan saya?"
"Jauhi anak saya!" Melinda memekik, suaranya menggelegar memecah kesunyian malam itu. Ia tak peduli jika tetangganya mendengar keributan ini. "Jangan dekati Aurel!"
"Tapi, Tan ... saya cinta sama Aurel. Saya sayang sama dia," ujar Axel memelas.
"Cintamu itu cuma napsu belaka!" Melinda semakin murka sambil menuding Axel. Ia meraih tangan Aurelia dan menyembunyikan gadis itu di belakang tubuhnya. "Saya peringatkan sekali lagi, jangan dekati Aurel! Jangan pernah datang ke sini lagi! Saya gak mau anak saya semakin rusak karena bergaul sama kamu!"
"Tan!" Axel memekik saat Melinda menyeret Aurelia memasuki rumah. Iris abunya menatap punggung gadis itu dengan frustrasi. Ia terus berteriak memanggil nama Aurelia, namun bantingan pintu justru yang didapatkannya.
Axel terduduk lemas seraya mengacak rambutnya. Kedua tangannya mengepal di atas paha, menahan emosi yang membara dalam hatinya. Tetesan air mata bercampur ingus terus menetes, membasahi kaos hitamnya. Axel menyesali perbuatan bodohnya, yang justru memisahkannya dengan Aurelia. Ia tak tau harus bagaimana agar gadis itu bisa kembali dalam pelukkannya. Berbagai upaya dilakukan, namun calon mertua justru semakin murka dan membencinya.
Axel mendongak, menatap hamparan bintang di atas sana. Matanya yang memerah, mengisyaratkan jika hatinya benar-benar terluka. Rahangnya mengeras dengan guratan di wajah, membuatnya terlihat kacau. Axel terus bergumam, memohon pada Tuhan agar bisa kembali disatukan dengan Aurelia. Ia tak ingin berpisah, apalagi kehilangan gadis itu.
Tiba-tiba hujan turun, mengguyur bumi dengan derasnya disertai kilatan petir. Tangis Axel membaur dengan rintik hujan. Ia tak peduli petir yang terus menyambar, karena yang dipedulikannya hanya perjuangan cinta untuk bisa kembali bersatu dengan Aurelia. Teriakkan Axel menyatu dengan derasnya hujan. Tuhan, apakah ini benar-benar akhir dari segalanya?
💫💫💫
Published : 29 Juni 2020
Vote + Comment
Love,
Max
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejauh Bumi & Matahari
Ficção Adolescente[FOLLOW SEBELUM BACA] Genre: Teenfiction - Young Adult | 17+ "Lo sengaja usik gue buat dapetin perhatian gue, kan?" Axel menaikkan turunkan aslinya. "Gak usah sok polos. Gue tau, lo naksir gue." Aurelia mencondongkan tubuhnya, sontak Axel terkesiap...