33. Not This Time

1.6K 106 3
                                    

💫💫💫

"Xel ...." Aurelia kelimpungan mengikuti irama langkah Axel, kemudian tubuhnya didorong hingga terjatuh di kasur dengan seprei motif salah satu klub bola liga Inggris.

Axel mengunci pintu kamar, suasana gelap, karena gordyn masih belum dibuka, padahal sudah jam tiga sore. Axel menyalakan AC dengan suhu dingin, kemudian duduk di sebelah Aurelia. "Kenapa Mama bilang, lo yang rawat luka gue?"

"Gu-gue ...." Aurelia menjawab dengan terbata-bata, takut jika berkata yang sebenarnya akan membuat amarah Axel semakin memuncak. "Kemarin, gue ke The Riot Boxing. Edo bilang, lo babak belur."

"Edo?" Axel mengulang, alisnya terangkat. Saat melihat anggukan Aurelia, kontan Axel mengusap wajahnya dengan kasar. Ia menghapus jarak, ditatapnya mata indah Aurelia dengan intens. "Ngapain lo ke sana?"

"Gue takut lo kenapa-napa, makanya gue ke sana—"

"Tapi, keputusan lo itu justru bikin lo di posisi yang bahaya, Rel!"

Aurelia mengerjap beberapa kali, ia takut melihat amukkan Axel. Kedua tangannya mengepal di atas paha yang dirapatkan. Ia menunduk, membuat helaian rambutnya menutupi wajahnya.

"Rel?" Axel mengusap rambut Aurelia dengan lembut dan diselipkan ke belakang telinga gadis itu. Ia beralih mengusap pipi Aurelia, dan diarahkan wajah gadis itu agar menatapnya. "Maaf, gue gak bermaksud kasar."

Aurelia menitikkan air mata. Ia sadar telah melakukan kesalahan, bertindak tanpa memikirkan akibat yang bisa saja menyelekai diri sendiri. Tapi, baginya ... Axel jauh lebih penting. "Xel, gue khawatir sama lo. Gue bahkan pertaruhkan nyawa, karena bisa aja kena omel Mama. Itu semua gue lakuin demi lo, demi memastikan kalo lo gak kenapa-napa."

Axel mengangguk paham, ditangkupnya wajah Aurelia, lalu ia mencondongkan wajahnya hingga hidung keduanya saling bersentuhan. "Makasih buat perhatian lo. Untuk selanjutnya, jangan dateng ke tempat itu lagi. Gue gak mau lo kenapa-napa, karena orang-orang di sana tuh berwatak keras. Gue takut, lo jadi sasaran amukkan mereka."

Aurelia mengangguk, tangannya terulur menyentuh wajah Axel, kemudian merapikan rambut cowok itu yang berantakan. Perban mulai kumal dan penuh darah, sudah waktunya untuk diganti dengan yang baru. "Xel, boleh gue minta satu hal?"

"Apa?" Axel terus menggesekkan hidungnya ke hidung Aurelia, seperti mencari celah untuk bisa melakukan hal lebih terhadap gadis itu.

Aurelia menghela napas berat, sentuhan fisik membuatnya sulit mengontrol diri. Apa lagi, Axel terus mengecupi pipinya. "Jangan berantem lagi, ya? Sama siapa pun dan dalam hal apa pun, gue minta jangan menyelesaikan masalah dengan kekerasan lagi. Gue gak mau terjadi hal buruk yang menimpa lo."

Axel mengulas senyum tipis, ia bahagia karena akhirnya ada yang memperhatikannya, selain Bi Umi. Axel mengangguk pelan, kemudian diraihnya dagu Aurelia, tak tahan menahan hasrat yang terus bergejolak dalam dirinya. Bibir ranum yang sedari tadi menyita perhatiannya, kini dikecup Axel. Ia merebahkan tubuh Aurelia tanpa melepaskan ciumannya. Rasa sakit di sekujur tubuhnya tak dirasakan lagi.

Suara pagutan membuat suasana semakin panas. Axel menyusupkan tangannya ke dalam rok biru Aurelia. Diusapnya paha Aurelia sambil terus menggigiti bibir gadis itu. Desahan semakin terdengar saat Axel beralih mengecupi leher jenjang Aurelia.

Axel bersumpah, sudah lama ia ingin melakukan hal ini. Tangan kekar Axel kini beralih membuka satu per satu kancing seragam Aurelia. Wajah Axel terlihat sangat bernapsu tatkala melihat kemolekkan tubuh Aurelia yang proporsional dari balik tanktop putih.

Axel menegakkan posisi tubuhnya, melepas kaos hitam dan bersiap melepas boxer-nya, namun Aurelia langsung menahan tangan Axel. Aurelia menggeleng pelan. "Jangan sekarang, Xel."

💫💫💫

Published : 21 Juni 2020

Vote + Comment

Love,

Max

Sejauh Bumi & MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang