Vote + Komen
💫💫💫
"Sekian pelajaran hari ini, tugas silakan dikumpul minggu depan," ujar Pak Sudiro selaku pengampu mata pelajaran matematika. "Persiapkan juga untuk try out minggu depan. Tak terasa, ujian nasional akan diadakan dua bulan lagi."
"Siap, Pak!" seru murid-murid dengan bersemangat. Kini, Pak Sudiro meninggalkan kelas, pun dengan murid-murid yang berhamburan menuju kantin. Pasalnya, ini sudah jam makan siang.
Axel yang duduk di deretan belakang, tiba-tiba terlihat segar bugar. Padahal sedari tadi ia tak mendengarkan apa yang dijelaskan Pak Sudiro. Tidak, bukan karen Axel sudah pintar dan menguasai pelajaran, tapi karena ia benar-benar malas.
Axel bangkit, meninggalkan Edo dan Ega yang masih bergurau. Sedetik kemudian, tangan kekarnya menggamit tangan Aurelia yang sibuk merapikan alat tulis. "Makan bareng gue, ya."
Aurelia terenyak, sesaat ia melempar pandang ke kiri, menatap Rere dengan bingung, kemudian mengikuti Axel entah ke mana akan membawanya pergi. Semua orang menatap keduanya dengan sorot mrngintimidasi, tentunya murid perempuan yang cinta mati sama Axel, namun tak bisa memiliki hati cowok itu.
"Duduk," titah Axel pada Aurelia untuk duduk di bangku kantin itu. Ramai tak membuat Axel kesulitan mencari tempat kosong, karena tempat itu disediakan secara khusu untuk Axel dan kawan-kawannya. Axel bergegas ke salah satu lapak penjual batagor, memesan dua porsi batagor dan es teh, kemudian duduk di sebelah Aurelia.
Gadis itu masih belum sadar sepenuhnya tentang; kenapa tiba-tiba ia ada di sini. Axel meraih wajah Aurelia, ditatapnya manik cokelat itu dengan lamat-lamat. "Semalem gue mimpiin lo."
"Mimpi gue? Ngapain?" tanya Aurelia sambil menaikkan satu alisnya. Kontan matanya membulat saat Axel mengerling dengan nakal. Aurelia yang memahami maksud gerak-gerik cowok itu, langsung mencubit paha Axel hingga membuatnya mengaduh kesakitan. "Mesum banget sih, lo!"
Axel mengusap pahanya yang perih, kemudian memajukan bibirnya sambil menatap Aurelia dengan sebal. "Lo sadis banget, ya? Emang lo tau maksud gue apa?"
"Bodo amat!" Aurelia menghadap ke depan dengan kedua tangan disilangkan dan ditumpukan di atas meja.
"Ternyata lo mesum juga ya, Rel," ujar Axel dengan senyum mautnya.
"Axel!" Aurelia memekik, menatap nyalang cowok yang membuatnya kesal dan malu. "Jangan rese, bisa?"
"Pacar gue sensi banget, sih?" Axel mendekap tubuh Aurelia dengan erat. Sontak seluruh pengunjung kantin shocked melihatnya, sementara Aurelia berusaha mati-matian melepaskan diri dari Axel. "Xel, lepas!"
Axel melepaskan dekapannya saat Bu Winda mengantarkan pesanan. Kini, keduanya bersiap menyantap batagor itu, namun fokus Aurelia jatuh pada semangkok cabai oren di depannya. "Lo ngapain pesen cabe segini banyak?"
"Gue mau nantangin lo," ujar Axel sambil membagi cabai itu, untuk dirinya dan Aurelia, masing-masing 10 cabai, diletakkan di atas tisu dekat piring mereka. "Siapa yang bisa makan 10 cabe ini, dia yang menang. Dan yang kalah, harus nurutin apa yang diminta sama si pemenang."
"Gilak!" Aurelia memekik, bagaimana mungkin bisa melakukannya? Ia kan memiliki riwayat sakit asam lambung. Jika memakan semuanya, yang ada bisa berakhir di rumah sakit! "Gue gak mau!"
"Oke, berarti lo kalah sebelum bertanding. Lo harus turutin permintaan gue," ujar Axel seenaknya sambil menyantap batagornya.
"What?!" Aurelia semakin shocked, ia mengalihkan pandangan ke sudut kantin. Ia tau, Axel pasti menyuruhnya melakukan hal yang aneh-aneh, mengingat isi kepala cowok itu selalu berbau 18+. Aurelia menggigit bibir bagian bawahnya, menghela napas berat, lalu diembuskan secara perlahan. "Fine, let's do it."
💫💫💫
Published : 14 Juni 2020
Vote + Comment
Love,
Max
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejauh Bumi & Matahari
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM BACA] Genre: Teenfiction - Young Adult | 17+ "Lo sengaja usik gue buat dapetin perhatian gue, kan?" Axel menaikkan turunkan aslinya. "Gak usah sok polos. Gue tau, lo naksir gue." Aurelia mencondongkan tubuhnya, sontak Axel terkesiap...