20. Hubungan yang Telah Berakhir

7.8K 403 2
                                    

Agra memasuki cafe tempat dia dan Dhea janjian. Dia mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan gadisnya dan menemukannya duduk di dekat jendela. Agra langsung menuju ke arahnya.

Agra duduk di hadapan Dhea, gadis itu langsung menyunggingkan senyum manisnya.

"Udah lama?" tanya Agra.

"Nggak juga."

Lalu hening. Tak ada yang mau berbicara lebih dulu. Sampai akhirnya, Dhea membuka suaranya.

"Udah berapa lama kamu menikah?" tanya Dhea.

Agra menghela napas berat. "3 bulan."

Dhea membuang napasnya. Ada sedikit rasa sesak di dada gadis itu saat mendengar pernyataan Agra. Dia menatap nanar ke depan.

"Kenapa nggak bilang sama aku?"

"Ini terlalu sulit buat aku terima. Semuanya terjadi begitu cepat dan aku sama sekali nggak bisa mencegah itu," ucap Agra.

"Kalo kamu punya cewek lain seharusnya kamu jangan kasih harapan apa pun ke aku."

"Nggak ada yang lain, cuma kamu. Asal kamu tahu, aku itu sayang banget sama kamu."

"Kalo kamu sayang sama aku kenapa kamu menikah sama dia?!" tanya Dhea dengan suara keras. Wajahnya memerah dan air mata sudah menggenang di pelupuk mata indahnya. Mata, yang pada akhirnya berhasil membuat Agra jatuhnm cinta.

Lalu Agra menjelaskan semua kejadian sejak dia datang ke Bandung, sampai akhirnya dia terpaksa harus menikah dengan Aliya. Dhea tidak bisa membendung air matanya mendengar itu, dia menangis sejadi-jadinya dengan jeritan kesakitan yang luar biasa.

Agra langsung merengkuh tubuh gadis itu, membawanya dalam pelukannya. Mencoba menenangkan gadisnya. "Aku minta maaf."

Dhea bangkit dari pelukan Agra lalu menggelengkan kepalanya.

"Kamu nggak bisa kayak gini. Kamu harus pilih satu, aku atau dia," ucap Dhea.

Agra terdiam. Bagaimana mungkin dia bisa memilih salah satu di antara mereka? Di satu sisi Aliya adalah istrinya dan tidak mungkin dia menceraikan gadis itu begitu saja. Sedangkan di sisi lain ada Dhea, wanita yang sangat dia sayangi. Setelah sekian lama, dia baru bisa mencintai seseorang yaitu Dhea. Bagaimana mungkin dia bisa melepasnya?

"Kamu nggak bisa jawab, kan? Oke, biar aku yang mundur," ucap Dhea.

Dhea ingin berdiri tapi segera ditahan oleh Agra. Lalu dia duduk kembali untuk mendengarkan perkataan Agra.

"Aku nggak mau kehilangan kamu," ucap Agra.

"Tapi kamu harus kehilangan aku. Atau, kehilangan istri kamu."

"Dan aku juga nggak bisa melepas istri aku."

"Agra, sampai kapan sih kamu mau jadi manusia serakah kayak gini?"

"Sampai aku nemuin jalan keluarnya."

Dhea tertawa miris.

"Dan aku nggak mau dicap sebagai pelakor. Aku tahu Aliya pasti marah banget saat tahu semua ini, hatinya pasti sakit, Agra. Aku juga cewek dan aku bisa ngerasain apa yang dia rasain," ucap Dhea.

"Kamu belum tahu Aliya. Dia itu cewek yang baik banget, dia pasti bakal ikhlas kok kalo kita tetep kayak gini."

"Bukan dia yang ikhlas. Tapi kamu yang bodoh karena nggak peka sama perasaan istri kamu sendiri. Asal kamu tau aja, nggak pernah ada cewek yang sepenuhnya ikhlas berbagi. Dan jujur aku juga nggak mau kalo harus kayak gini terus."

"Tapi aku butuh kalian berdua," ucap Agra.

Dhea menggeleng. "Kamu harus menyusun masa depan kamu. Dan masa depan kamu ada sama Aliya, bukan sama aku. Aliya itu istri kamu, dia cewek yang seharusnya kamu lindungin. Aliya itu sangat mencintai kamu. Kamu mau tahu kenapa dia nggak menunjukkan amarahnya di depan kamu? Itu karena dia terlalu mencintai kamu. Aku bisa liat kalo dia rela ngasih segalanya buat kamu, bahkan nyawanya sendiri. Dan kalo dibandingin sama aku, aku memang cinta sama kamu. Tapi kamu bukan jodoh aku. Dan kamu harus tau, Agra. Rasa cinta aku sama kamu nggak sebesar itu," bohong Dhea menutupi perasaannya.

Agra terdiam, mencoba mencerna perkataan Dhea.

"Kan kamu tau, kita sama-sama takut untuk membuat sebuah komitmen. Sama-sama nggak berniat buat menikah. Tapi kamu udah melalui itu, kamu meninggalkan prinsip hidup kamu dengan menikahi Aliya. Dan aku bangga sama kamu. Mungkin hubungan kita harus berakhir hari ini, tapi kita masih bisa sahabatan. Masa depan aku masih panjang, mungkin aja beberapa tahun yang akan datang aku menemukan seseorang yang tepat, dan pola pikir aku mungkin akan berubah. Mungkin aja aku akan segera nyusul kamu, jadi kamu nggak perlu khawatirin aku. Kamu udah punya Aliya, bahagiain dia, ya. Jangan sampai kamu jadi cowok brengsek yang tega menyakiti hati seorang wanita yang cintanya tulus buat kamu," ucap Dhea dengan mata berkaca-kaca.

"Kalo itu yang kamu mau, oke aku bakal lepasin kamu. Semoga kamu bahagia dan suatu saat nanti nemuin orang yang tepat. Maaf aku belum bisa ngasih banyak hal buat kamu selama kita sama-sama," ucap Agra lalu memeluk Dhea.

Dhea membalas pelukan pria itu sebelum akhirnya dia pergi dari sana.

***

Seisi rumah sedang kebingungan karena Aliya tidak ada di rumah. Dia juga tidak memberitahu siapa pun bahwa dia akan pergi dan ponselnya juga tidak aktif. Hal itu membuat seisi rumah menjadi khawatir karena tahu bahwa Aliya sedang tidak enak badan.

"Udah dicari ke semua tempat?" tanya Rani pada semua pelayan di rumahnya, tetapi satu pun dari mereka tidak ada yang mengetahui di mana keberadaan Aliya.

"Dia pergi ke mana, ya?" gumam Rani.

"Coba cari lagi bener-bener. Kalo perlu kalian cari di sekitar komplek juga," titah Raisa yang langsung dijalankan oleh para pelayan.

Pada saat itu, Agra memasuki rumahnya dengan langkah gontai dan wajah sendu. Perkataan Dhea masih terngiang-ngiang di kepala laki-laki itu.

Seketika, dia menjadi kebingungan karena melihat sang ibu dan kakak iparnya berdiri di ruang tamu dengan wajah cemas. Sementara itu, Raisa kembali mencoba untuk menghubungi Aliya.

"Ada apa ini? Kok muka Mama sama Kak Raisa kayak gitu?" tanya Agra.

"Aliya hilang, Agra. Katanya dia meriang dan nggak enak badan, jadi Mama pikir dia istirahat di kamar. Tapi dia nggak ada di rumah," ucap Rani.

"Dia bilang nggak enak badan?"

Rani mengangguk. "Padahal dia lagi sakit, kenapa malah pergi? Kamu tau nggak dia ke mana?"

"Gimana mungkin aku bisa tau?"

"Loh kamu kan suaminya. Paling nggak dia pasti akan pamit dulu sama kamu kalo mau jalan keluar. Kamu sendiri juga selalu pergi keluar, tapi nggak tau dia ada di mana?"

"Nggak tau."

Rani mengangguk-anggukkan kepalanya. "Nggak aneh. Kamu bahkan nggak pernah ngajak dia dinner atau pergi jalan sama dia. Waktu di Bali emang kamu udah ngajak dia ke mana aja? Mama bahkan nggak pernah berharap banyak. Suami yang selalu tidur di luar nggak mungkin tau. Udahlah, Mama capek punya anak yang nggak becus jadi suami!"

"Kalo gitu yaudah balikin aja aku ke rahim Mama."

"Kalo bisa juga udah pasti Mama lakuin." Rani berjalan menuju Raisa yang berada tak jauh dari dirinya dan Agra. "Gimana? Aliya jawab telponnya?"

Raisa menggeleng. "Hpnya nggak aktif."

Alih-alih ikut mencari Aliya, Agra malah berlalu untuk pergi ke kamarnya. Dia harus mengistirahatkan hatinya yang sedang hancur setelah berpisah dari Dhea.

Rani yang melihat Agra berjalan menuju kamarnya, tidak melarang laki-laki itu. Dia tahu bahwa putranya pun juga pasti masih kelelahan setelah perjalanannya.

***

Bersambung...

Entah kenapa makin kesini makin gaje.

Tapi yaudah deh moga aja ada yang suka😂

See you next part😚

Kiblat Cinta [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang