59. Terlambat

4.9K 253 7
                                    

Setelah mengepak semua barang-barang yang dia perlukan, Aliya melihat-lihat kamar yang baru di tempatinya beberapa minggu terakhir itu.

***

Tempatnya mungkin berbeda, tetapi rasanya sama seperti saat dia menempati rumahnya yang ada di Bandung. Dia memperhatikan semua barang-barangnya yang ada di kamar itu. Ternyata orang tuanya sebegitu niatnya menyimpan barang-barang miliknya di sana. Foto-fotonya tertempel indah menghiasi dinding-dinding kamar yang tidak terlalu besar itu.

Tiba-tiba Keira membuka pintu kamar. "Lagi ngapain?"

"Lagi ngeliat-liat kamar aku. Lengkap banget di sini ternyata," ucap Aliya seraya tersenyum.

"Apanya?" Keira masuk ke dalam kamar itu dan menutup pintu.

"Kenangan aku waktu anak-anak, remaja, usia 20an sampai sekarang." Aliya pun duduk di kasurnya.

"Ya pasti lah. Aku, bunda, sama ayah berbulan-bulan menata kamar ini supaya keliatan sama persis kayak kamar Teteh waktu di Bandung," ucap Keira.

Aliya tersenyum lagi.

"Teh, kenapa nggak mulai pemotretan lagi? Teteh dapet banyak penghargaan dan banyak majalah yang ngontrak Teteh kan dulu? Itu juga mimpi Teteh," ucap Keira.

"Itu bukan mimpi aku lagi, udah berubah," ucap Aliya.

"Teteh pengen karir baru? Jadi apa?"

"Abidzar."

Setelah itu, Aliya bangkit lalu memeluk adik kesayangannya.

"Kamu baik-baik di sini, ya. Aku harus pergi malam ini juga. Kamu harus janji sama aku kalo kamu bakal jaga ayah sama bunda," ucap Aliya.

Keira membalas pelukannya dengan mata berair. "Aku pasti bakal jaga ayah sama bunda. Teteh juga baik-baik di sana, ya."

Setelah itu, Keira keluar dari kamar meninggalkan Aliya sendirian dalam kekalutannya. Ini jalan yang terpaksa dia ambil, yaitu pergi jauh dari kehidupan sang anak.

Kemudian Aliya pergi ke ruang tamu dan menghampiri Arumi yang tengah asyik menonton televisi. Tanpa aba-aba gadis itu langsung membaringkan dirinya di pangkuan sang ibunda.

"Ya ampun, ada apa ini? Kenapa tiba-tiba anak Bunda jadi manja kayak gini,m" tanya Arumi yang kaget karena tiba-tiba putri besarnya menjadi sangat manja seperti itu.

"Aku pengen ngeliat wajah Bunda sebelum aku pergi," ucap Aliya.

"Kamu ini kayak anak kecil aja," ucap Arumi seraya terkekeh.

"Yaiyalah, aku ini kan anak Bunda."

"Setelah kamu puas ngeliat wajah Bunda, Bunda mau ngasih sesuatu."

Setelah puas memandangi wajah teduh Arumi, Aliya kemudian menyudahi kegiatannya. Sang ibu kemudian mengajaknya untuk pergi ke ruang makan dan menyajikan makanan kesukaan wanita itu.

"Kamu harus makan sebelum pergi," ucap Arumi.

Aliya tersenyum lalu memakan makanan itu sampai tandas.

"Aliya ... Apa Bunda boleh nanya sesuatu?" tanya Arumi.

Aliya mengangguk.

Arumi kemudian mengusap rambut Aliya yang tertutupi oleh jilbab. "Apa selama ini kamu yang ngirim suplemen dan obat-obatan buat Bunda sama ayah?"

Aliya mengangguk lagi.

"Ternyata benar. Nak, maafin Bunda karena terlalu menderita," ucap Arumi dengan air mata yang telah menggenang di pelupuk matanya yang mulai sayu.

Kiblat Cinta [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang