2. Sepupu yang Akan Menikah

13.6K 599 4
                                    

Kharisma dan kecantikan seperti milikmu tidak pernah aku lihat sebelumnya. Mungkin aku hanya memuji. Tapi itu semua benar, tidak salah sama sekali.
-Agra

Seorang laki-laki muda tengah memasuki rumah mewahnya dengan berjalan sedikit berjinjit.

Dari cara berpakaiannya dan penampakannya pagi ini, kelihatan sekali bahwa dia baru saja pulang dari klub.

Agrata Razzan Rahmatullah, anak bungsu dari keluarga Abrar Aditama, seorang pengusaha yang sudah sangat terkenal. Keluarga mereka memiliki perusahaan yang bergerak di bidang properti dan memiliki cabang hampir di seluruh provinsi di Indonesia.

Beberapa langkah saat dia ingin masuk ke kamarnya Rani; sang ibu menghentikannya.

"Berhenti di situ!" tutah Rani dengan sorot mata tajam dan menyiratkan kekesalan.

Mau tidak mau, Agra pun terpaksa menuruti perintah sang ibu.

"Dari mana aja kamu, hah? Kenapa baru pulang?" tanya Rani.

"Nanti aja aku jelasinnya ya, Ma. Sekarang aku ngantuk banget," ucap Agra sambil membuka pintu kamarnya. Sebisa mungkin dia ingin menghindari ibunya, karena tidak ingin berdebat.

"Ini udah jam sepuluh pagi, Agra. Nggak usah pake alasan pengen tidur segala! Emang tadi malam kamu nggak tidur? Ngapain aja kamu, hah?" tanya Rani dengan amarah yang menggebu-gebu.

Agra menutup pintu kamarnya kembali lalu menghela napas. Rani mulai berjalan ke arah Agra dan mencium bau khas alkohol di tubuh sang anak.

"Kamu dugem lagi? Iya? Pantas nggak tidur. Udah berapa banyak uang yang kamu habisin buat beli minuman haram itu, hm?" tanya Rani semakin murka.

"Ma, harga alkohol itu nggak ada apa-apanya dibanding uang yang kita punya," ucap Agra.

Rani tersenyum sinis.

"Mama udah nggak tau lagi gimana cara buat ngerubah sikap kamu yang kekanak-kanakan kayak gini. Seharusnya kamu itu kerja, Agra. Bantu papa kamu untuk menjalankan perusahaannya. Bukan malah foya-foya kayak sekarang. Ingat! Mama sama papa ngirim kamu kuliah di luar negeri itu punya tujuan. Mama sama papa pengen kamu itu jadi manusia berguna. Tapi apa sekarang? Kamu cuma bisa ngehamburin uang buat kesenangan sementara. Apalagi, seharusnya sekarang kamu sudah menikah," ucap Rani penuh tekanan di setiap kalimat dan kata-katanya itu menyiratkan kekecewaan.

"Ma, maafin Agra kalo emang Agra selalu ngecewain Mama sama papa. Agra akan nyoba ngerubah sifat Agra, asal Mama sama papa nggak nyuruh Agra untuk menikah. Lagian, Agra masih terlalu muda buat nikah. Apalagi, menikah itu butuh kesiapan mental. Dan Agra yang suka terikat sama siapa pun," ucap Agra sedikit menyesal dengan kelakuannya selama ini yang memang kekanak-kanakan.

"Terus apa? Kamu nggak mau nikah selamanya, gitu? Terus siapa yang akan mengurus kamu waktu tua nanti? Mama sama papa nggak akan hidup selamanya, Agra."

"Nggak kayak gitu, Ma. Mama jangan ngomong kayak gitu, dong. Maksud aku, sekarang belum waktunya aku buat berkeluarga. Agra masih pengen have fun bareng temen-temen dan nikmatin masa muda. Agra kan baru 24 tahun."

"Emang kenapa kalo kamu masih 24 tahun? Nggak ada undang-undang di negara ini yang ngelarang laki-laki usia 24 tahun buat menikah. Apalagi menikah itu sunnah. Menikah itu menyempurnakan separuh agama," ucap Rani.

Kiblat Cinta [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang