44. Masuk ke Dalam Jeruji Besi

5.1K 253 2
                                    

Agra dan Farhan sampai di Anugerah Utama Company. Pada saat bersamaan, Aliya juga sampai di sana. Melihat Aliya datang, Agra langsung masuk ke ruangannya. Dia sama sekali tidak ingin melihat wajah gadis itu.

Aliya memberi salam pada Farhan. Walaupun dia tidak suka dengan Aliya, tetapi lelaki itu tetap menjawab salamnya mengingat hukum menjawab salam adalah wajib.

Farhan ingin segera masuk ke kantor tapi Aliya menahannya.

"Aku tau Kakak pasti marah sama aku. Tapi aku mau ngasih hadiah ini buat Kakak." Aliya menyodorkan satu bungkus kado untuk sang kakak.

Farhan melihat kado itu tetapi dia tidak mengambilnya dan langsung masuk ke dalam kantor.

Melihat itu, Aliya menghela napasnya. Entah kenapa ada rasa sesak di hatinya mengingat keluarganya telah berantakan dan semua orang menjadi membencinya.

Aliya masuk ke ruangan Abrar lalu memperhatikan foto ayah mertuanya itu dalam-dalam seraya berdoa untuknya. Kemudian gadis itu berbalik dan melihat kalau Agra telah berdiri di belakangnya.

Agra menunju ke arah tempat duduknya dan meminta Aliya untuk tidak berada di dekat kursinya.

"Agra, kenapa kamu berpikir kayak gini?" tanya Aliya. Gadis itu mengernyitkan keningnya karena bingung dengan perlakuan Agra.

"Aku nggak mau kamu merusak kedamaian keluarga aku. Setelah apa yang kamu lakuin, aku bisa mikir apa aja." Agra pun duduk di kursinya lalu mulai bekerja.

Aliya juga duduk di kursinya dan mulai bekerja. Mereka mulai melakukan tugasnya masing-masing.

Manajer membawa file proposal bisnis dan mencoba untuk menyerahkannya pada Agra, tapi Aliya mengambilnya. Agra menegur manajer karena tidak membawa salinannya dan meminta dia untuk tidak mengulangi kesalahannya.

Setelah selesai membaca proposal itu, Aliya memberikan berkas tersebut pada Agra dan memintanya untuk membacanya. Setelah selesai membaca proposal itu, Agra meminta manajer membawa salinannya sekaligus meminta dia untuk mengadakan pertemuan di ruang konferensi.

Aliya Shakaela Zanitha, apa pun yang kamu rencanakan, aku bakal ngerusak semuanya, batin Agra.

Setelah semuanya selesai, mereka semua berkumpul di ruang konferensi dan membahas tentang bisnis yang akan mereka jalankan.

"Proposal bisnis ini sangat baik," ucap salah seorang staf.

Agra juga menyetujui proyek yang akan mereka lakukan itu.

"Saya tidak setuju," ucap Aliya yang sukses membuat semua orang yang berada di ruangan itu terkejut lalu mereka semua mulai beradu argumen.

"Saya belum membaca proyek itu secara keseluruhan," lanjutnya.

"Maaf Bu Aliya, tapi Anda tidak harus membaca semuanya," ucap Agra.

"Dari tadi saya memang sibuk sama hp saya, tapi saya mendengarkan semuanya. Pak Agra, apa Anda cemburu dengan keterampilan multitasking saya?"

Pada saat itu, tiba-tiba Aliya mendapat telepon dari Sandy. Aliya pun meminta izin kepada para staf untuk mengangkat telponnya.

"Hallo, assalamualaikum. Ada apa, San?" tanya Aliya.

"Waalaikumsalam. Aliya, kamu harus segera ke sini karena Serlie sakit," ucap Sandy dari seberang sana.

"Oke, aku bakal segera sampai di sana. Assalamualaikum." Aliya lalu segera menutup telponnya.

Agra tidak menghiraukan ucapan Aliya. "Kenapa Anda menolaknya?"

"Seandainya pak Abrar ada di sini, beliau pasti akan melakukan hal yang sama," ucap Aliya.

"Apa Anda lebih mengetahui tentang papa saya daripada saya sendiri?"

"Ya, saya adalah pemilik 51% dari perusahaan ini. Keputusan saya bersifat final," ucap Aliya kemudian pergi meninggalkan ruangan itu.

Seluruh staf yang ada disana setuju dengan apa yang diucapkan Aliya.

"Keputusan saya adalah final karena perusahaan ini adalah milik papa saya," ucap Agra.

Para staf juga setuju dengan apa yang Agra katakan.

***

Di rumah Sandy, Aliya berusaha untuk menenangkan Serlie yang terus menangis. Setelah mendengar gejala-gejala yang diterangkan oleh Sandy, Aliya menyimpulkan bahwa Serlie hanya masuk angin.

Dengan telaten dia mengurus anak itu, seperti saat dia mengurus anaknya sendiri saat sedang sakit.

Sandy melihat Aliya sedang mengurus Serlie dan berusaha untuk menidurkan anak itu. Setelah Serlie tidur, Sandy masuk ke dalam kamar.

"Gimana keadaannya?" tanya Sandy.

"Serlie cuma masuk angin. Paling besok juga udah sembuh," ucap Aliya.

Sandy tersenyum. "Terima kasih karena kamu udah ngebantu aku buat ngurus Serlie. Dan juga aku minta maaf karena udah ngerepotin kamu."

"Sampai sekarang kalo aku sakit, aku masih butuh bunda aku. Apalagi anak sekecil Serlie, dia juga sangat membutuhkan ibunya."

"Aku nggak punya kebiasaan buat ngerawat anak kecil."

"Aku juga nggak begitu ngerti tentang gimana caranya ngurus anak, tapi aku akan terus belajar. Karena Serlie adalah alasan utama aku buat tinggal di sini."

"Aku bakal nyiapin makanan buat kamu," ucap Sandy lalu segera pergi ke dapur.

***

Agra dan Farhan pergi menghadiri pesta yang diadakan oleh klien mereka. Aliya juga ikut ke sana karena dia terpaksa menyetujui proyek itu.

Tiba-tiba polisi datang ke tempat itu, dan menangkap Aliya untuk kedua kalinya. Melihat itu, Farhan bertanya pada polisi.

"Kenapa kalian menangkap dia?" tanya Farhan.

"Setelah hampir sebulan mencari bukti, akhirnya kami bertemu dengan saksi mata yang melihat langsung kejadian atas kecelakaan pak Abrar. Dia juga mengatakan beberapa ciri-ciri orang yang sudah menutuskan tali rem mobil pak Abrar. Dan semua itu mengarah pada Bu Aliya, dan maaf Bu Aliya, Anda kami tahan atas kasus pembunuhan," ucap sang polisi.

Aliya tak kuasa membendung air matanya lagi, dia hanya pasrah saat tangannya dipasangi borgol oleh polisi. Dia tahu bahwa semua ini pasti akan terjadi, karena dia dan Sandy belum bisa menemukan bukti yang menyatakan bahwa dirinya tidak bersalah sama sekali. Gadis itu juga penasaran dengan orang yang sudah memfitnah dia sedemikian rupa seperti ini.

"Terima kasih karena telah memberitahu kami bahwa Bu Aliya ada di sini," ucap polisi tersebut pada Agra.

Hati Aliya hancur saat mengetahui bahwa yang menelepon polisi adalah suaminya sendiri. Tidak adakah sedikit saja rasa iba Agra terhadapnya? Aliya harus merasakan sakit yang bertubi-tubi seperti ini. Belum lagi masalah perceraiannya dengan Agra.

Polisi itu menyeret Aliya dengan kasar. Semua orang yang ada di sana hanya memperhatikannya seraya berbisik-bisik. Tentu saja mengatakan sesuatu yang menyebabkan hati Aliya merasakan sakit.

***

Di kantor polisi, di balik jeruji besi, Aliya hanya bisa berdiam diri seraya berdzikir memohon kepada Allah agar diberi kesabaran dalam menghadapi semua ini.

Tak lama, Sandy beserta orang tua Aliya datang kesana. Arumi hampir saja pingsan melihat putrinya seperti itu.

"Aliya, pokoknya kamu tenang aja. Aku pasti akan mencari bukti yang menyatakan bahwa kamu nggak bersalah," ucap Sandy.

"Aku udah pasrah, Sandy. Aku udah nggak bisa ngelakuin apa-apa lagi. Hidup aku udah hancur sekarang, dan aku cuma bisa berdoa sama Allah," ucap Aliya dengan air mata yang terus mengalir.

"Aliya, besok adalah sidangnya. Kalo kita nggak berhasil besok, maka aku nggak tau kapan kita bisa ngedapetin tanggal berikutnya."

Aliya mengangguk saja mendengar itu. Dia hanya meyakini satu hal, bahwa sebuah kebohongan itu pasti akan terungkap. Dan kebenaran akan selalu menang pada akhirnya.

***

Bersambung...

Kiblat Cinta [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang