9. Pernikahan Terpaksa

12K 590 26
                                    

Semua orang sudah berkumpul dalam satu ruangan untuk menyaksikan ijab qabul yang seharusnya dilakukan oleh Dzaki. Tapi karena semua masalah yang terjadi, semuanya harus digantikan oleh Agra.

Aliya berada di kamarnya, didampingi oleh Keira dan Arumi. Aliya memperhatikan dirinya di cerimin baik-baik. Riasan yang semula luntur, kini kembali rapi. Dia sudah tidak menangis, tapi hatinya tetap merasakan sakit. Dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Dengan mata yang masih memerah akibat menangis, Aliya memaksakan dirinya untuk tersenyum di hadapan kamera.

Dengan mata yang masih memerah akibat menangis, Aliya memaksakan dirinya untuk tersenyum di hadapan kamera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa menunggu lama, acara akad segera dimulai. Penghulu mulai melakukan tugasnya.

Pak Hamdan selaku ayah dari Aliya meraih tangan Agra.

"Ananda Agrata Razzan Rahmatullah bin Abrar Aditama, anak kandungku yang bernama Aliya Shakaela Zanitha aku nikahkan dengan engkau dengan mahar sepuluh juta rupiah dibayar tunai," ucap Hamdan.

"Saya terima nikahnya Aliya Shakaela Zanitha binti Muhammad Hamdan dengan mahar sepuluh juta rupiah dibayar tunai." Agra berhasil mengucapkan kata suci nan sakral itu dalam satu tarikan napas.

"Sah!" ucap para saksi yang ada di sana.

Aliya tak bisa membendung air matanya saat dia mengetahui bahwa dia telah resmi menjadi istri Agra, sepupunya sendiri. Dia tidak tahu harus sedih ataukah bahagia dengan pernikahan ini. Tak lama, Raisa datang dan menjemput Aliya.

Aliya keluar dari kamarnya ditemani oleh Keira dan Raisa. Dia kemudian diminta duduk menghadap Agra.

Agra memasang cincin pernikahan di jari manis Aliya, begitu juga sebaliknya. Lalu Aliya menyalimi tangan orang yang kini telah sah menjadi suaminya. Mulai hari ini, semua hal tentang dirinya berkiblat pada Agra. Entah dia bisa tahan dan mewujudkan mimpinya untuk membangun rumah tangga yang sakinah mawaddah, dan warahmah atau tidak.

Di kamar Aliya, Arumi membereskan barang-barang sang anak. Karena besok, Aliya harus ikut pulang ke Jakarta bersama keluarga barunya. Arumi paham bahwa setelah pernikahan ini, Aliya pasti akan kelelahan dan tidak sempat mengemasi barang-barangnya.

Tidak lupa juga Arumi memasukkan sebuah Al-Qur'an kecil berwarna coklat milik Aliya. Itu adalah Al-Qur'an kesayangan sang anak. Tanpa disadari, air mata wanita paruh baya itu menetes ketika dia memasukkan barang-barang milik Aliya ke dalam koper.

Rani yang sedari tadi memperhatikan kegiatan Arumi segera menghampirinya dan duduk di sebelahnya.

"Anak-anak kita udah besar ya sekarang," celetuk Rani yang sedikit mengejutkan bu Arumi.

"Eh, kapan Kakak ke sini?" tanya Arumi.

"Baru aja."

"Saya ingat waktu Agra dan Aliya masih kecil. Waktu kami berkunjung ke Jakarta, Aliya dan Agra selalu saling mengejek. Agra selalu menjahili Aliya dan membuat Aliya menangis karena boneka kesayangannya disembunyikan sama Agra," ucap Arumi mengenang hal-hal yang telah menjadi kenangan dan tidak bisa dikembalikan lagi.

Kiblat Cinta [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang