52. Hukuman yang Pantas

5.7K 278 22
                                    

Melihatmu lagi, membuatku merasa mimpi yang pergi kini kembali padaku. Setelah napas yang tertahan selama bertahun-tahun, aku bisa bernapas lagi.

***

Dengan secepat mungkin Aliya berlari dari sana, dia tidak ingin Agra akan lebih mengenalinya. Dia berharap semoga Agra tidak benar-benar mengenalinya dan menganggapnya hanya mirip dengan Aliya.

Melihat Aliya berlari pergi, Agra dengan cepat mengejarnya. Dia sangat ingin memastikan apakah gadis yang dia lihat barusan adalah memang benar-benar Aliya.

Sedangkan Aliya yang merasa Agra tengah mengejarnya hanya bisa mempercepat larinya, tetapi dia kalah cepat dengan Agra hingga sekarang laki-laki itu telah memegang tangannya.

"Lepasin tangan aku, kita bukan mahram!" Aliya menghempaskan tangan Agra lalu berjalan menjauh tanpa menoleh ke arah Agra sedikit pun.

"Aliya," panggil Agra tetapi tidak ada sahutan sama sekali dari Aliya.

"Berhenti, Aliya!" titah Agra yang langsung membuat Aliya menghentikan langkahnya.

Agra berjalan mendekati gadis itu lalu membalikkan tubuhnya agar menghadap dirinya.

"Aku bukan Aliya. Tolong jangan sentuh aku, aku bukan Aliya." Aliya berusaha melepaskan pegangan Agra di bahunya.

Dan betapa terkejutnya Agra saat melihat bahwa wanita yang ada di hadapannya sekarang adalah benar-benar Aliya, sedangkan gadis itu hanya bisa menangis, sekarang dirinya sudah tidak bisa mengelak lagi.

Mereka berdua kemudian duduk di sebuah bangku yang berada tak jauh dari sana. Tidak ada yang berbicara di antara mereka berdua. Aliya hanya menunduk sembari memainkan jari-jarinya. Tidak berniat sedikit pun untuk berbicara sebelum Agra memulainya lebih dulu. Sementara Agra, hanya bisa terdiam sembari memastikan bahwa ini semua bukan mimpi.

"Aliya, tolong jangan kayak gini. Aku kangen banget sama kamu," ucap Agra.

"Kamu udah nggak punya tempat lagi dalam hidup aku," ucap Aliya.

"Aku masih cinta sama kamu."

Mendengar itu, Aliya tidak habis pikir dengan Agra yang begitu mudah mengucapkan kata itu.

"Hubungan kita udah lama berakhir. Dan kamu sendiri yang mengakhiri itu," ucap Aliya.

"Hubungan kita nggak bisa berakhir karena hubungan kita ada karena cinta."

Aliya semakin tidak habis pikir kenapa Agra masih bisa berpikir seperti itu. Kemudian dia meminta laki-laki yang sedang berdiri di hadapannya itu untuk mengingat apa saja yang sudah laki-laki itu lakukan terhadap dirinya.

Agra kemudian teringat saat dia menceraikan Aliya dan memutuskan untuk menjauh dari hidupnya.

"Kamu sadar nggak kalo kamu yang udah bikin semuanya jadi kayak gini? Kamu berubah karena fitnahan itu, kan? Apa aku harus hidup menderita di penjara selama lima tahun dulu, baru kamu percaya sama yang aku katakan? Udah berkali-kali aku mohon sama kamu buat jangan menceraikan aku, tapi apa? Kamu tetap melakukan itu. Kamu nggak mikirin masa depan Abidzar akan seperti apa kalo orang tuanya berpisah. Kamu egois dan lebih mendengarkan omongan orang-orang daripada istri kamu sendiri. Kamu menjebloskan aku ke penjara tanpa mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dan kenapa setelah lima tahun kamu baru nyari aku? Apa kamu nggak sadar apa yang kamu lakukan itu udah menghancurkan hidup aku?!!!" teriak Aliya dengan perasaan yang menggebu-gebu. Apa yang dia simpan selama bertahun-tahun dia luahkan semuanya di hadapan Agra hari ini.

Agra tahu bahwa ini semua memang salahnya. Tapi dia ingin memperbaiki semuanya, dia ingin memperbaiki hubungannya dengan Aliya.

"Aku udah tau kalo kamu nggak bersalah sama sekali, ternyata bukan kamu orang di balik kecelakaan papa," ucap Agra setelah menghela napasnya berkali-kali.

Kiblat Cinta [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang