Hanya untuk beberapa momen, kafilah impian kita berhenti. Kemudian kamu berjalan pergi, dan aku juga pergi.
***
Agra memasuki kamarnya dan melihat foto Aliya yang ada di atas meja. Dia sangat marah dan menulis sesuatu di kertas seraya memandangi foto gadis itu. Dia teringat ketika polisi menangkap Aliya, dia juga teringat ketika sang ayah menghembuskan napas terakhirnya.
Agra melempar semua barang yang ada di kamar, dia ingin membuang semua foto yang banyak mengandung kenangan tentang dirinya dengan gadis yang sudah menghancurkan hidupnya itu, tapi tiba-tiba berhenti saat melihat foto itu adalah foto pernikahannya yang sedang bersama Abrar, dia menangis melihat itu. Dia meminta Abrar untuk kembali.
"Aliya Shakaela Zanitha. Waktu gue ketemu lo lagi nanti, gue bakal nanya kenapa lo ngelakuin ini. Aliya!!!!!" teriak Agra sekencangnya hingga membuat urat lehernya nampak dan wajahnya merah padam karena amarah.
Di meja makan, Rani melihat kursi yang sering Abrar duduki ketika makan, dia teringat saat mereka menikmati makanan bersama. Tak lama Farhan, Agra, Raisa dan cucu-cucunya datang untuk bergabung dengannya.
"Kenapa kalian ngeliatin Mama? Ayo makan," ajak Rani.
"Aku nggak lapar, Ma," ucap Farhan.
"Farhan, kita semua di sini sedang berduka atas meninggalnya papa kalian. Tapi Mama tau ini, papa nggak akan bisa beristirahat dengan tenang jika kita seperti ini. Dia pasti mau kita melanjutkan hidup secara normal dan mengingatnya dengan wajah tersenyum. Makanan favorit papa kalian udah disajikan hari ini. Ayo makan," ucap Rani.
Di tengah-tengah kegiatan makan mereka, Rani kembali berbicara. "Abidzar gimana, Agra? Mama sampai lupa. Dia udah dikasih susu?"
"Udah, Ma. Bi Asri yang ngurus semuanya, kebetulan stok ASI Aliya masih ada di kulkas." Setelah mengucapkan itu, Agra baru teringat bahwa anaknya itu membutuhkan ASI sang ibu. Tapi dia berpikir bahwa anaknya masih bisa meminum susu formula, dan mulai hari ini dan seterusnya, dia akan memberikan susu formula untuk Abidzar.
Tiba-tiba seorang pelayan datang dan mengatakan, "Nyonya, non Aliya dan orang tuanya datang ke sini."
Mendengar nama Aliya, Agra teringat kalau dia ingin bertanya pada gadis itu. Aliya dan orang tuanya masuk ke dalam rumah itu. Agra pergi untuk menemui mereka.
Agra berdiri tepat di hadapan Aliya, dia terlihat sangat marah. "Mungkin kamu belum ngerti maksud aku. Buat apa kamu ke sini sekarang? Nggak ada lagi alasan buat kamu ada di rumah ini. Pergi!"
"Agra--"
"Diam! Jangan pernah sebut nama aku!"
"Agra, tapi aku cuma mau ketemu Abidzar," ucap Aliya.
"Nggak, aku nggak akan pernah ngebiarin anak aku ketemu sama pembunuh kayak kamu!"
"Tapi dia juga anak aku. Aku ibunya, aku yang udah ngelahirin dia!"
"Pergi!" Agra lalu memegang tangan Aliya dan mendorongnya keluar.
"Agra ... Dengar, ini salah--" Ucapan Hamdan dipotong oleh Agra.
"Bapak siapa berani mengatakan yang benar atau yang salah, Pak Hamdan? Bapak nggak berhak ngelakuin itu. Bawa putri Bapak pergi dari sini. Sebelum saya mengatakan hal-hal yang mungkin akan menyinggung Bapak," ucap Agra.
Arumi mencoba untuk bicara tetapi Agra memintanya untuk diam.
"Orang tua aku nyoba buat ngomong sama kamu, Agra. Tolong dengerin mereka "
"Diam! Pergi!" usir Agra seraya menunjuk ke arah pintu.
Aliya memegang bahu Agra. "Aku nggak mau pisah sama kamu, Agra. Karena kamu paling butuh aku dalam situasi ini. Bahkan setelah kamu menceraikan aku, aku masih bisa tinggal di sini selama tiga bulan karena siapa tau aja kamu akan berubah pikiran. Itu hak aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiblat Cinta [LENGKAP]
SpiritualitéMenikah dengan sepupu sendiri mungkin adalah hal yang sangat tabu di masyarakat. Tetapi, itulah yang terjadi pada Agrata Razzan Rahmatullah dan Aliya Shakaela Zanitha yang terpaksa menikah karena sebuah kesalahpahaman. Sifat yang sangat jauh berbeda...