63. Pernikahan yang Tak Diinginkan

6.5K 284 15
                                    

Hamdan dan Arumi masuk ke dalam kamar Aliya dan melihat putri mereka itu sedang mengetik sesuatu di laptopnya. Aliya yang menyadari kedatangan orang tuanya segera menghentikan aktivitasnya.

"Eh, Ayah, Bunda, ada apa?" tanya wanita itu.

"Ada yang mau Ayah dan bunda bicarakan sama kamu," ucap Hamdan.

Aliya memasang telinganya baik-baik, bersiap-siap mendengarkan apa yang ingin dikatakan oleh kedua orang tuanya.

"Kamu tau apa tujuan kami semua datang ke sini?" tanya Arumi.

Aliya mengerutkan keningnya. "Bukannya karena Serlie ngotot mau ke sini, ya?"

"Bukan cuma itu, Nak. Sebenarnya ada alasan lain ...," ucap Hamdan.

"Apa, Yah?"

Hamdan menarik napasnya dalam-dalam. "Seminggu yang lalu, Sandy datang ke Ayah dan bunda untuk meminta kamu menjadi istrinya. Dan kedatangan kami semua ke sini adalah karena dia ingin melamar kamu secara langsung di hadapan kami semua."

Aliya tidak bisa mempercayai apa yang didengarnya.

"Yah, aku nggak mungkin melakukan pernikahan ini. Aku nggak punya perasaan apa-apa sama Sandy," ucap Aliya.

"Masalah cinta, itu bisa tumbuh kapan aja, Sayang. Kamu udah buktikan itu dulu waktu sama Agra, kan?" ucap Arumi.

"Aku nggak bisa, Bunda. Aku--"

Arumi langsung memotong ucapan Aliya. "Nggak bisa kenapa? Karena kamu masih cinta sama Agra? Iya?!" ucapnya dengan nada meninggi.

"Iya, Bunda, iya! Anak Bunda ini masih cinta sama mantan suaminya. Apa yang harus lakuin, Bunda?" tanya Aliya seraya menangis.

Arumi merengkuh Aliya ke dalam pelukannya. "Sayang, seberapa pun kamu cinta sama Agra, kalian nggak akan pernah bisa bersatu lagi. Kecuali kamu menikah sama seseorang. Tapi ingat Nak, pernikahan itu bukan sesuatu yang bisa kamu mainkan."

Aliya masih menangis di pelukan ibunya. Hamdan lalu duduk di samping istrinya dan membelai punggung Aliya.

"Nak, kalau kamu nggak bisa melakukan ini demi diri kamu sendiri, kamu bisa lakukan ini untuk Serlie. Supaya dia bisa merasakan bagaimana rasanya memiliki seorang ibu. Serlie itu sangat sayang sama kamu, dan dia berharap kalau kamu bisa menikah sama ayahnya. Mungkin itu juga yang menjadi alasan Sandy untuk menikah dengan kamu. Itu sekaligus juga akan mengurangi rasa rindu kamu terhadap anak kamu," ucap Hamdan.

Aliya mengangkat kepalanya, lalu menyeka air matanya. Perkataan sang ayah ada benarnya, dia harus memikirkan masa depan Serlie karena biar bagaimanapun Aliya sudah menganggap Serlie seperti anaknya sendiri. Dan kebaikan Sandy selama ini, mungkin hanya dengan cara ini Aliya bisa menebusnya. Sekaligus, dia bisa belajar untuk melupakan Agra.

"Aliya akan pikirkan ini semua," ucap Aliya pada akhirnya.

Hamdan mengangguk lalu keluar dari kamar Aliya, dan menyisakan Arumi dan Aliya berdua di kamar itu.

"Bunda, mau jalan-jalan di sekitar rumah nggak?" tawar Aliya.

"Boleh," jawab Arumi seraya mengangguk.

Mereka berdua kemudian pergi untuk berjalan-jalan di sekitar komplek perumahan seraya menikmati angin malam yang tidak terlalu dingin.

Aliya berjalan dengan menggandeng tangan sang ibu, walaupun hidupnya sudah kacau balau, tetapi Aliya bersyukur karena masih memiliki keluarga yang lengkap dan selalu mendukung dirinya.

"Aliya, kamu nggak kecewa?" tanya Arumi tiba-tiba.

"Tentang apa?"

"Dalam 6 tahun, kamu kehilangan semua milik kamu," ucap Arumi.

Kiblat Cinta [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang