Agra dan Aliya berjalan menyusuri pasar Ramadhan yang baru saja buka hari ini. Meskipun ini baru hari pertama puasa, nyatanya pasar itu sudah penuh oleh orang-orang yang juga mencari makanan untuk buka puasa mereka di sana.
"Waktu di Bandung dulu, aku sering dengar tentang buka puasa di Jakarta. Terutama di sini. Waw ... Kayaknya semua orang di kota datang ke sini. Pasti kamu juga udah sering ke sini, ya?" celetuk Aliya yang menyaksikan pemandangan tersebut dengan sangat takjub.
"Kalo bukan bulan Ramadhan, aku pasti udah bohong sama kamu. Tapi aku akui, kalo ini pertama kalinya aku ke sini. Dan hari ini aku tau betapa banyak hal yang aku lewatin dalam hidup aku," ucap Agra.
"Oh ya? Di sini seru banget loh btw. Orang dari berbagai agama datang ke sini buat buka puasa bareng sama kita. Oke, sekarang kita harus nyari sesuatu. Aku pengen makan kolak dan minum sari buah kurma yang terkenal itu."
"Kamu kan baru pertama kali datang ke sini? Tapi kenapa kamu kok kayaknya tau banyak?" tanya Agra terheran-heran.
"Aku udah nyari tau. Aku tau kalo suami aku nggak tau banyak tentang tempat ini."
Di sisi lain, Sandy juga pergi ke pasar Ramadhan itu untuk mencari makanan berbuka. Dia juga membawa bayi kecilnya yang dia letakkan di kereta bayi untuk memudahkan dirinya membawanya.
Tak lama kemudian, Sandy melihat seorang penjual kebab yang tak jauh dari tempat mereka berjalan. Dengan cepat mereka langsung menuju ke stand tersebut.
"Pak, saya pesan 1 kebab, ya. Sama bubur kacang hijaunya seporsi," ucap Sandy pada sang penjual.
Tanpa Sandy sadari, dari kejauhan beberapa orang laki-laki berbadan kekar sudah memperhatikan laki-laki itu dengan saksama.
Pada saat itu, ponsel Sandy berdering dan dia segera mengangkatnya karena itu perihal pekerjaan. Dia sedikit menjauh karena di sana cukup berisik.
Preman yang sedari tadi memperhatikan Sandy pun langsung bergerak dan mengambil bayi Sandy dari kereta, lalu membawanya pergi.
Setelah selesai berbicara di telepon, Sandy kembali ke tempatnya. Laki-laki itu masih belum menyadari bahwa sang anak sudah tidak berada di dalam keretanya lagi.
Setelah cukup lama menunggu, akhirnya kebab tersebut pun jadi.
Setelah membayarnya, Sandy ingin pergi dari sana.
Pada saat itu, barulah Sandy menyadari bahwa kereta bayinya telah kosong. Keringat dingin mulai mengucur di seluruh tubuh Sandy menyaksikan putri kecilnya telah hilang.
Sandy menjadi sangat panik karena hal itu.
"Maaf, Pak. Apa Bapak liat ada seseorang yang ngambil anak saya?" tanya Sandy pada penjual kebab.
Penjual kebab itu pun hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Sandy pun langsung berlari meninggalkan kereta bayi itu begitu saja, dan bergegas mencari sang anak ke seluruh penjuru tempat.
***
Ketika asyik melihat-lihat orang-orang yang berjualan, Aliya melihat sebuah stand yang menjual jilbab mulai dari yang instan, khimar, pashmina, hingga segi empat. Mata Aliya langsung tertuju pada stand tersebut karena jilbab yang dijual sangat cantik dan lucu.
Meskipun bukan jilbab bermerk yang selalu dipakai oleh Aliya, tetapi baginya tidak masalah selama nyaman dipakai.
Aliya sudah tidak sabar lagi untuk melihat-lihat jilbab yang dijual di saja. Dengan cepat gadis itu menarik tangan Agra untuk mendekat pada stand perhiasan itu.
Aliya melihat jilbab-jilbab tersebut dengan mata berbinar. Dia mulai memilih dan memegang kainnya satu per satu. Siapa sangka, bahan yang digunakan itu bagus dan cukup adem. Padahal, di sana tertulis bahwa harganya hanya 50 ribu ke bawah.
Aliya tersenyum melihat sang istri yang sepertinya sangat antusias memilih-milih jilbab di sana. "Kamu selalu aja bahagia waktu ngeliat penjual kerudung. Nggak di mall, nggak di sini. Sama aja."
"Ada pepatah yang bilang, melihat itu berarti menginginkan," ucap Aliya yang tidak melepaskan pandangannya dari jilbab-jilbab itu.
Agra memandangi stand tersebut, dan seketika syok melihat harganya.
"Kamu mau beli gelang ini?" tanya Agra.
"Iya, emangnya kenapa?" tanya Aliya.
"Harganya cuma 50 ribuan ke bawah."
"Yang penting bukan harganya, tapi yang terpenting adalah kamu yang membelikan itu buat aku. Selain itu, ini hari pertama buka puasa. Kamu tau? Malam ini berharga banget buat aku dan momen ini nggak bisa dibeli dengan apa pun juga."
"Berarti kita harus waspada sama keinginan memiliki suatu benda yang dijual di pasar Ramadhan."
Aliya berdecih mendengar itu. "Bodohnya aku menginginkan jilbab-jilbab kayak gini padahal aku udah punya banyak jilbab mahal di rumah," sarkasnya seraya membalikkan badan membelakangi Agra.
"Kamu boleh pilih yang kamu suka," ucap Agra.
Aliya tidak menghiraukannya dan masih saja membalikkan badan.
"Sayang," panggil Agra yang berhasil membuat pipi Aliya langsung memerah karena malu.
Gadis itu pun segera memilih semua yang dia suka. "Yang ini. Ini. Yang ini juga. Oh aku juga suka yang ini," ucap Aliya seraya menunjuk jilbab itu satu per satu. Dia ingin membeli semua model yang ada di sana. Baik itu khimar ataupun pashmina.
Hal itu sukses membuat Agra panik. Bukan apa-apa, dia hanya takut jika bahan dari jilban itu kurang bagus atau diprint dengan sembarangan mengingat harganya yang cukup murah. Hal itu bisa membuat tubuh sang istri gatal-gatal karena dia tahu bahwa kulit Aliya cukup sensitif terhadap bahan pakaian. Makanya, setiap pakaian yang baru dibeli untuk Aliya harus di-laundry terlebih dahulu sebelum dipakai oleh gadis itu.
"Aliya, pilih satu aja," ucap Agra.
"Kalo gitu, pilihin yang paling cocok buat aku," ucap Aliya.
"Pakai apa pun tetep bakal bikin kamu mempesona."
"Saya akan beli semuanya dari sini sampai sini," ucap Aliya pada sang penjual seraya menunjuk dari ujung kiri hingga ujung kanan, yang kembali membuat Agra terkena serangan panik.
"Tunggu! Aku suka yang ini," ucap Agra seraya mengambil sebuah pashmina berwarna dusty pink yang pertama kali ditunjuk oleh Aliya.
"Aku juga paling suka yang ini," ucap Aliya.
"Kamu boleh pilih satu tiap model."
"Beneran?" tanya Aliya dengan wajah sumringah.
Agra mengangguk.
Pada saat itu, Agra tak sengaja melihat sesuatu yang aneh dan janggal. Seorang preman membawa bayi yang menangis dengan sangat kencang di gendongannya.
Entah kenapa Agra sangat yakin bahwa itu bukanlah anak sang preman. Preman itu bahkan tidak berusaha untuk menenangkannya, dan malah berlari sekencang mungkin menuju tempat yang lebih sepi.
"Aliya kamu tunggu di sini, ya." Agra berlari mengejar preman yang membawa bayi itu.
Sementara itu, Sandy masih berlari untuk mencari putri kecilnya di antara banyaknya orang yang berada di pasar Ramadhan tersebut.
Sandy menanyai orang-orang yang ditemuinya, namun tidak ada satu pun dari orang-orang itu yang melihat sang anak.
"Pak, Bapak liat seseorang mencurigakan yang bawa bayi berusia 1 tahun?" tanya Sandy pada salah satu orang yang ada di sana.
"Maaf Pak, saya nggak liat," ucap orang tersebut.
"Serlie!" teriak Sandy seraya terus berusaha mencari sang anak.
Sandy terus menyusuri pasar itu sambil melihat-lihat orang yang mungkin sudah membawa kabur anaknya.
***
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiblat Cinta [LENGKAP]
SpiritualMenikah dengan sepupu sendiri mungkin adalah hal yang sangat tabu di masyarakat. Tetapi, itulah yang terjadi pada Agrata Razzan Rahmatullah dan Aliya Shakaela Zanitha yang terpaksa menikah karena sebuah kesalahpahaman. Sifat yang sangat jauh berbeda...