47. Dibebaskan

6.3K 329 21
                                    

5 tahun kemudian...

Setelah bertahun-tahun mencari bukti, akhirnya Sandy menemukan titik terang dari kasus Aliya. Dia menemukan seseorang yang merupakan saksi kunci atas kecelakaan Abrar 5 tahun yang lalu. Yang mana saksi itu adalah teman dari pelaku yang membayar seseorang untuk memutus tali rem Abrar dan juga adalah orang yang menaruh barang-barang milik Aliya di sekitar lokasi kejadian. Gadis itu juga memiliki video yang memperlihatkan seorang gadis dan orang yang dibayarnya melakukan hal jahat itu.

"Apa kamu tau apa motif gadis itu melakukan ini semua?" tanya Sandy.

"Dia bilang sama saya kalo dia mau balas dendam kepada keluarga pak Abrar yang sudah menghancurkan hidupnya. Dia juga sakit hati karena cintanya tidak berbalas," ucap sang narasumber.

"Ada hubungan apa gadis itu dengan keluarga pak Abrar?"

"Dia dulunya adalah staf di perusahaan pak Abrar. Dan dia dipecat karena hampir membuat istri pak Agra saat itu keguguran."

"Kenapa kamu mengatakan ini semua kepada saya? Bukannya gadis itu temen kamu, ya?"

"Iya, sih. Tapi saya udah nggak sanggup nyimpan ini semua lagi dan saya rasa ini adalah saatnya untuk membongkar semuanya."

"Terus, apa kamu tau dia tinggal di mana sekarang?" tanya Sandy.

"Dia tinggal di daerah Kemang. Nanti alamat pastinya akan saya kirimkan."

"Kalau boleh saya tau namanya siapa?" tanya Sandy lagi.

"Namanya adalah Annasya Adreena Saila yang biasanya dipanggil Nasya," ucap sang narasumber.

Sandy sangat bersyukur karena informasi yang diberikan gadis itu sangat detail, dengan begitu dia bisa mengajukan sidang untuk bisa membebaskan Aliya secepatnya. Tak lupa juga Sandy meminta kontak Nasya kepada temannya itu.

Kemudian Sandy meminta bantuan dari seorang seniman untuk berbicara dengan menirukan suara Abrar.

***

Di rumahnya, Nasya mendapatkan telepon dari nomor tidak dikenal. Gadis itu sempat ragu untuk mengangkatnya tetapi dia tetap mengangkatnya.

Alangkah terkejutnya dia saat mendengar suara orang yang sedang meneleponnya adalah suara yang dia kenal. Dia mendengar suara Abrar dari seberang sana yang sukses membuat gadis itu bergetar ketakutan mengingat bahwa Abrar sudah meninggal 5 tahun yang lalu.

"Bagaimana bisa kamu merusak keluarga saya padahal dulu kamu adalah staf kepercayaan saya?" ucap suara dari seberang sana.

Nasya semakin ketakutan, dia tidak percaya itu tapi semuanya seperti nyata. Dia membanting ponselnya, dari belakang Sandy datang bersama pihak kepolisian. Nasya berpikir kalau yang datang adalah Abrar dan dia segera menutup matanya. Nasya akhirnya mengakui semua yang dia lakukan.

"Aku ngelakuin itu cuma buat balas dendam atas sakit hati aku karena perlakuan kalian," ucap Nasya.

Sandy merekam seluruh perkataan Nasya. Ketika Nasya membuka matanya, dia melihat bahwa yang berdiri di depannya adalah Sandy. Dia sangat terkejut, dia mengenal Sandy karena Sandy adalah salah satu pengacara yang cukup terkenal.

Sandy memutar rekamannya. Nasya merasa ketakutan ketika mendengar pengakuannya, dia memohon pada Sandy untuk tidak menceritakan tentang kesalahannya kepada siapa pun termasuk polisi.

Tapi semuanya sudah terlambat, Sandy meminta polisi yang datang ke sana bersamanya untuk masuk dan mereka segera membawa Nasya ke kantor polisi.

***

Sandy datang ke kantor polisi dengan wajah berbinar. Dia segera memberitahukan semuanya kepada Aliya yang membuat gadis itu menitikkan air mata bahagia.

Sandy juga mengatakan bahwa sidang kebebasan gadis itu akan dilaksanakan hari ini juga jam 4 sore mengingat semua bukti cukup kuat untuk membuktikan bahwa Nasya adalah dalang di balik semua ini.

Beberapa jam kemudian, sidang dimulai.

"Dari kesaksian saudari Tiara dan foto-foto serta dokumen yang disampaikan olehnya membuktikan bahwa saudari Aliya Shakaela Zanitha, benar tidak bersalah dalam hal ini. Dan pelaku di balik kasus kecelakaan saudara Abrar adalah saudari Annasya Adreena Saila. Saudari Aliya Shakaela Zanitha, pengadilan membebaskan Anda," ucap sang hakim.

Semua orang yang mendukung Aliya yang berada di sana bertepuk tangan. Sedangkan Sandy sangat bahagia sekaligus lega mendengar itu semua.

"Ayo saudari Aliya, silakan. Anda memiliki hak untuk menghirup udara bebas. Dan untuk 5 tahun kehidupan Anda yang terbuang di penjara ... Pengadilan ini meminta maaf pada Anda. Jika Anda ingin berbicara, silakan," ucap sang hakim.

Aliya berdiri dari duduknya. "Sebelumnya saya ingin berterima kasih kepada Allah swt. dan pihak-pihak yang sudah mendukung saya selama ini. Saya juga ingin berterima kasih kepada pihak kepolisian yang sudah menahan saya selama 5 tahun ini. Jujur ini semua mengajarkan saya bagaimana caranya bersyukur dan bersabar atas masalah yang menimpa saya. Saya menemukan banyak sekali pelajaran selama saya menjadi tahanan. Tapi saya meminta satu kepada pengadilan, tolong bersihkan nama saya yang sudah terlanjur tercemar di masyarakat," ucap Aliya lalu kembali duduk.

Sang hakim kemudian bertepuk tangan seraya berdiri sehingga spontan membuat semua orang yang ada di sana juga berdiri.

Setelah sidang berakhir dan semua orang pulang, Sandy menghampiri Aliya. Gadis itu menangis bahagia.

"Terima kasih Sandy, makasih banyak. Kamu udah baik banget sama aku selama ini. Jujur aku nggak tau gimana caranya membalas kebaikan kamu," ucap Aliya.

"Nggak perlu berterima kasih. Aliya, aku nggak pernah melihat gadis setegar kamu. Yang tetap berdiri di antara badai yang menerjang," ucap Sandy.

"Aku bisa tegar, itu karena keyakinan aku sama Allah nggak terbatas."

"Oh iya, Serlie kabarnya gimana? Pasti dia udah besar kan sekarang?"

"Iya, dia udah sekolah TK. Dia nanyain kamu terus tuh."

Aliya mengernyitkan keningnya. "Nanyain aku? Emang dia ingat sama aku?"

"Ooh itu, aku suka cerita sama dia kalo waktu kecil dia itu sering diasuh sama tante bidadari gitu," ucap Sandy.

Tiba-tiba Aliya terdiam, mendengar kata 'tante bidadari' dia menjadi teringat dengan dua keponakan kembarnya. Dan dia juga teringat tentang Abidzar dan keluarga Agra.

Melihat raut wajah Aliya berubah, Sandy bertanya padanya. "Kamu kenapa?"

"Oh nggak kok nggak apa-apa," ucap Aliya.

Kemudian mereka berdua pergi dari sana.

Di sisi lain, Agra sedang menonton televisi dan tidak sengaja dia menemukan channel yang menayangkan sidang Aliya. Jantungnya berdegup kencang, wajahnya memerah, dan air matanya sudah menggenang di pelupuk matanya. Dia melihat semuanya, dan menyaksikan bahwa Aliya sama sekali tidak bersalah dalam semua ini dan menyadari kesalahannya yang sudah menyakiti Aliya dan menceraikannya bertahun-tahun yang lalu.

Agra teringat bagaimana Aliya memohon padanya di kantor polisi kalau dia tidak bersalah, dia teringat saat dia menceraikan Aliya dan bagaimana Aliya memohon pada dirinya agar tidak menceraikan gadis itu, tetapi Agra tetap menceraikannya.

Agra sudah menghukum Aliya terlalu berat. Dia tidak tahu bagaimana dia harus menghadap Aliya setelah ini.

***

Bersambung...

Kiblat Cinta [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang