Sidang tentang kasus Aliya sudah selesai dan hakim memutuskan bahwa Aliya dijatuhi hukuman 15 tahun penjara. Gadis itu hanya diam, tidak ada yang bisa dia lakukan sekarang selain berdoa kepada Allah.
Aliya dimasukkan ke dalam sel tahanan. Kali ini, dia benar-benar akan menetap di sel tahanan itu selama 15 tahun jika dia dan Sandy tidak bisa menemukan bukti yang menunjukkan bahwa dirinya tidak bersalah.
Meskipun berat, Aliya berusaha untuk mengikhlaskan semua hal yang menimpa dirinya. Dia harus belajar dari semua ini. Satu yang gadis itu percaya, Allah tidak akan membebani manusia dengan cobaan yang di luar batas kemampuan mereka untuk menjalaninya.
Aliya percaya bahwa dirinya mampu melewati cobaan itu, dia tidak mengkomplain itu kepada Tuhannya. Gadis itu malu jika harus terus meminta kepada Allah yang sudah memberikannya banyak sekali nikmat. Yang bisa dia lakukan hanyalah bersyukur atas apa yang menimpanya saat ini.
Sandy memperhatikan wanita yang terduduk diam di balik jeruji besi itu dengan tatapan kagum. Baru kali ini dia menemukan wanita setegar itu. Wanita yang tidak memberontak atas segala tuduhan yang datang padanya, dan cobaan yang datang bertubi-tubi. Secara tidak sadar, dia tersenyum. Sandy banyak belajar tentang kehidupan dari Aliya. Tentang bagaimana caranya bersabar atas segala cobaan yang datang.
Aku bakal terus berusaha mencari bukti dan siapa dalang di balik semua ini, Aliya. Aku nggak bakal membiarkan kamu berlama-lama menjalani hukuman atas kejahatan yang nggak pernah kamu lakuin. I promise, batin Sandy.
Tak lama, Agra dan Rani datang ke kantor polisi untuk bertemu dengan Aliya. Mereka juga membawa sebuket bunga dan kue untuk gadis itu.
"Agra, sekarang kamu harus minta maaf sama Aliya," ucap Rani.
Agra hanya mengikuti perkataan Rani dan meminta maaf pada Aliya.
Aliya sangat terkejut melihat itu. Dia sangat bahagia sekarang.
Ya Allah, hamba berharap momen bahagia ini datang kepada kami selamanya, batinnya.
"Ma, gimana keadaan Abidzar?" tanya Aliya. Dia sangat merindukan anak semata wayangnya itu.
"Oh .. Abidzar baik-baik aja, kok. Dia sehat dan tambah gemuk sekarang," ucap Rani.
Aliya tersenyum penuh syukur.
"Ooh iya, Agra. Ini kan udah satu bulan sejak pemakaman papa kamu, jadi sekarang silahkan kamu talak Aliya lagi untuk kedua kalinya," ucap Rani.
Mendengar itu, Agra mengucapkan talaknya pada Aliya yang sukses membuat gadis itu membulatkan mata sempurna. Air mata juga sudah menggenang di pelupuk matanya dan siap meluncur kapan saja. Dia kira bahwa suaminya dan ibu mertuanya datang untuk memberikan semangat kepadanya, tapi yang mereka lakukan adalah justru kebalikannya.
"Cuma tinggal 1 talak lagi, maka pernikahan kamu sama Agra akan berakhir," ucap Rani lagi.
Aliya hanya diam seraya menatap Agra.
Rani memaksa Aliya untuk memakan sepotong kue yang membuat gadis itu tersedak.
Tanpa mengucapkan satu kata pun, Agra keluar dari kantor polisi itu.
"Maaf Sandy, karena saya harus melakukan ini di sini. Saya hanya ingin kamu menyaksikan semua ini." Rani lalu pergi dari sana dan segera menyusul Agra.
Sandy duduk di hadapan Aliya dan mencoba untuk mengatakan sesuatu kepada gadis itu.
"Aku nggak mau dengerin apa pun dari kamu buat sekarang," tolak Aliya lalu kembali ke dalam sel tahanan.
Melihat itu, Sandy menjadi khawatir dengan keadaan Aliya.
***
Malam harinya, Agra terlihat sedih dan melamun memikirkan semua masalah yang terjadi di dalam kamarnya. Pada saat itu, Farhan datang dan langsung duduk di samping sang adik.
"Apa yang lo lakuin di kantor polisi dan di hadapan semua orang itu nggak baik, itu semua seharusnya dilakukan secara pribadi. Semua ini bukan sesuatu yang pantas buat Aliya."
Agra tersenyum sinis. "Gue tau itu, ini adalah alasan gue buat nyakitin Aliya. Udah, mending lo pergi, deh. Gue lagi pengen sendiri."
Farhan memilih keluar dari kamar Agra karena dia tidak ingin berdebat dengan adiknya itu.
Agra teringat bagaimana dia menjatuhkan talak yang kedua pada Aliya, dan teringat saat Aliya batuk ketika Rani memaksa gadis itu untuk memakan kue pemberiannya. Dia juga teringat bagaimana dia menempelkan catatan cintanya pada Aliya di cermin agar gadis itu membacanya setelah selesai sholat ied saat Hari Raya Idul Fitri. Namun, semuanya berantakan sebelum mereka sempat merayakan hari kemenangan itu bersama untuk yang pertama kalinya.
Kemudian dia menemukan kotak yang di mana beberapa catatan cintanya disimpan di dalamnya. Agra terus saja teringat saat-saat menyakitkan dalam hidupnya. Dia menggenggam tangannya sendiri dan mencengkramnya dengan kuat.
Di sisi lain, Aliya tengah berdoa setelah menyelesaikan sholat. Dia menangis di atas sajadahnya. Mereka berdua menangis pada waktu yang bersamaan tetapi di tempat yang berbeda.
Di kamarnya, Agra mengambil Al-Qur'an yang berada di dalam lemari kemudian membacanya. Dia teringat dengan perkataan Aliya, kalau ingin mendapatkan ketenangan dan mendapatkan jawaban atas segala sesuatu, dia harus membaca Al-Qur'an.
Rani masuk ke dalam kamar Agra dan melihat putranya itu sedang membaca Al-Qur'an. Dia tersenyum mengetahui bahwa putranya sudah berubah sekarang, bukan lagi Agra yang suka berfoya-foya dan menghambur-hamburkan uang, juga bukan lagi Agra yang suka meminum alkohol. Tapi hati Rani juga sakit mengingat yang merubah kebiasaan putranya ini adalah Aliya, orang yang sangat dia benci sekarang.
Menyadari kedatangan Rani, Agra menghentikan bacaan Al-Qur'annya lalu meletakkannya pada tempat asalnya. Kemudian Agra duduk di samping sang ibu.
Rani mengelus rambut Agra dengan lembut dan mata yang berkaca-kaca. "Mama bangga sama kamu. Mama janji kalau Aliya sudah pergi dari hidup kita, Mama akan berhenti memakai pakaian hitam."
"Mama mau kamu janji satu hal sama Mama. Tolong kamu selesaikan hubungan kamu sama Aliya," lanjutnya.
Agra mengangguk. "Aku pasti akan menalak Aliya untuk ketiga kalinya. Dengan begitu, hubungan aku sama Aliya bakal berakhir sepenuhnya, Ma."
Rani mengangguk.
***
Keesokan harinya, Sandy pergi ke kantor polisi untuk menemui Aliya. Sampai saat ini, dia belum bisa menemukan apa-apa. Tapi dia akan terus memegang janjinya, bahwa tidak akan membiarkan gadis itu mendekam di penjara terlalu lama.
Dilihatnya gadis itu duduk diam di lantai. Tidak ada lagi senyum yang Aliya keluarkan dan hanya ada kesedihan di wajahnya.
Polisi mengeluarkan Aliya dari sel lalu gadis itu duduk di hadapan Sandy.
"Gimana keadaan kamu?" tanya Sandy.
"Alhamdulillah, aku baik-baik aja. Kamu ngapain ke sini?" tanya Aliya.
Sandy sedikit gelagapan karena pertanyaan itu. "A-aku ... Nggak apa-apa. Aku cuma pengen tau keadaan kamu doang. Aku kan pengacara kamu."
Aliya tersenyum miris. "Seharusnya kamu nggak usah ke sini lagi. Kamu nggak usah jadi pengacara aku lagi. Aku udah nggak sanggup bayar kamu," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Aliya, dengerin aku. Aku nggak minta bayaran, aku ngelakuin ini ikhlas buat bantu kamu. Lagi pula kamu udah aku anggap keluarga aku. Aku janji aku bakal terus mencari bukti sampai aku nemuin buktinya kalo kamu nggak salah dalam semua ini," ucap Sandy.
"Tapi aku nggak enak sama kamu. Aku nggak tau gimana caranya buat ngebalas semua kebaikan kamu. Aku juga udah nggak bisa bantu kamu mengurus Serlie lagi. Dan apa kamu bakal datang ke sini setiap hari sampai aku bebas nanti?"
"Untuk itu aku bakal jamin bahwa kamu nggak akan menghabiskan 15 tahun kamu di tempat ini, itu janji aku. Kalau begitu aku pamit dulu. Assalamualaikum," ucap Sandy lalu pergi dari sana.
"Waalaikumsalam," ucap Aliya dengan air mata yang sudah menetes.
***
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiblat Cinta [LENGKAP]
SpiritualeMenikah dengan sepupu sendiri mungkin adalah hal yang sangat tabu di masyarakat. Tetapi, itulah yang terjadi pada Agrata Razzan Rahmatullah dan Aliya Shakaela Zanitha yang terpaksa menikah karena sebuah kesalahpahaman. Sifat yang sangat jauh berbeda...