Hari ini Aliya sudah bisa pulang dari rumah sakit setelah lima hari dia dirawat. Tapi kabar buruknya, Aliya tidak boleh berjalan sendiri. Dia harus menggunakan kursi roda sampai trimester ketiga kehamilannya. Karena dia sudah mengalami dua kali pendarahan dan itu mengakibatkan kandungannya lemah. Sesampainya di rumah, Agra dengan cepat menggendong Aliya ala Bridal Style.
"Eh kalian sudah sampai rupanya. Ayo sini kita makan," ajak Rani.
Agra segera mendudukkan Aliya di kursi kemudian dia juga ikut duduk di sebelahnya. Sedangkan Aliya sangat malu karena semua orang memperhatikan dirinya sambil senyum-senyum.
Aliya ingin mengaut nasi untuk dirinya dan Agra, tetapi suaminya itu kembali mencegahnya.
"Eh-eh, biar aku aja yang ngambilin ya," ucap Agra lalu mengambil alih pekerjaan Aliya.
"Agra, aku bisa," ucap Aliya.
"Udah biar aku aja."
Semua orang terkekeh melihat kelakuan pasangan yang baru akur ini. Sebelumnya, mereka sama sekali tidak pernah melihat pemandangan seperti ini.
"Nih, kamu harus makan yang banyak biar dedek bayinya tambah sehat," ucap Agra seraya mengautkan nasi ke piring Aliya.
Sejak kapan suamiku jadi begini? Perasaan waktu awal-awal aku hamil dia biasa-biasa aja, batin Aliya.
"Kalian kok lucu banget, sih." Raisa terkekeh dan menjadi gemas sendiri pada Aliya dan juga Agra.
"Nggak tahu nih, Kak. Si Agra protective banget, nasi aja sampe dia yang ngambilin. Padahal kan aku bisa sendiri," ucap Aliya.
"Kamu itu nggak boleh capek-capek. Inget kan kata dokter?" ucap Agra melakukan pembelaan.
"Sudah-sudah mending sekarang kita makan," sahut Rani dengan masih ada sisa tertawa.
Kemudian mereka semua makan dengan tenang.
Setelah selesai makan, Agra menggendong Aliya sampai ke kamar. Saat sampai di kamar, Agra mendudukkan Aliya di sisi kasur lalu dia pergi ke arah lemari dan mengambil sebuah kotak cincin.
Di dalam kamar, sudah ada kursi roda yang tentunya itu akan digunakan Aliya, karena kandungannya terlalu lemah untuk dia berjalan sendiri.
Agra kemudian membuka kotak cincin itu dan memasangkan cincinnya di jari manis Aliya lalu mencium punggung tangan gadisnya itu. Aliya tertegun melihat apa yang dilakukan Agra. Air matanya sudah menggenang karena terharu.
"Ini kita sampai tua nanti. Selama aku masih hidup, nggak akan pernah aku biarkan air mata kesedihan jatuh di pipi kamu. Aku nggak sudi itu terjadi," ucap Agra.
"Tapi aku nggak butuh cincin ini, kamu udah terlalu sering ngasih aku barang-barang mewah. Kamu selalu di samping aku aja itu udah lebih dari cukup," ucap Aliya lirih.
"Bahkan kalo kamu minta yang lebih dari itu aku akan kasih. Kamu itu segalanya buat aku, aku bisa meninggalkan kebiasaan buruk aku itu karena kamu." Agra sebenarnya tidak tahu apa yang dia ucapkan. Tapi kata-kata itu keluar dengan sendirinya dari mulutnya.
"Makasih," ucap Aliya lalu mencium punggung tangan Agra lama.
Tidak ada yang lebih bahagia bagi Aliya dibandingkan dengan momen ini. Sesuatu yang sebelumnya bahkan tidak pernah berani untuk dia bayangkan. Kehangatan Agra memberinya rasa aman. Tidak ada lagi pertengkaran.
***
Berbulan-bulan telah berlalu sejak insiden itu terjadi. Tapi Aliya dan Agra sangat bersyukur karena calon anak mereka tidak apa-apa. Nasya tidak pernah menampakkan dirinya lagi. Keluarga ini kembali tenang.
Apakah Aliya menaruh dendam setelah apa yang Nasya lakukan kepadanya hingga membuat dirinya hampir saja kehilangan calon bayinya? Bukan Aliya namanya jika memiliki sifat pendendam. Dia sangat menjauhi sifat itu. Dia selalu berusaha memaafkan orang yang sudah menyakitinya, berusaha berbuat baik kepada semua orang, sekalipun itu orang yang sudah menyakiti hatinya.
Aliya dan Agra sedang memilih peralatan bayi untuk anak mereka. Perkiraannya Aliya akan melahirkan sekitar satu bulanan lagi. Jadi mulai sekarang mereka harus menyiapkan semuanya.
Mereka berdua mulai memilih-milih mulai dari tempat tidur, pakaian, dot, sabun mandi, dan lain-lain.
Setelah selesai berbelanja perlengkapan bayi, mereka pergi ke rumah Kiyai Mahmud untuk bertanya masalah nama anak mereka. Karena mereka tidak ingin memberi nama asal-asalan tanpa pertimbangan untuk anak mereka.
Aliya memberitahukan nama yang sudah dia rancang untuk calon buah hatinya, begitu juga dengan Agra.
Setelah sang Kiyai menimbang-nimbang. Mencari dari beberapa kitab dan Al-Qur'an, akhirnya diputuskan bawa jika laki-laki anak mereka akan diberi nama Abidzar Shaquille Pranadipa. Dan jika perempuan, akan diberi nama Adzkiya Naila Samaira.
"Makasih ya Kiyai, saya nggak tahu harus bagaimana berterima kasih sama Kiyai."
"Sama-sama, Nak. Kita di sini hidup harus saling tolong menolong. Apalagi ini menyangkut kehidupan anak yang sangat harus diperhatikan oleh orang tuanya," ucap Kiyai Mahmud.
"Sekali lagi terima kasih ya Kiyai, kami pamit pulang dulu assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
***
Malam sudah tiba, dua anak manusia yang sudah bersama lebih dari satu tahun itu duduk di balkon kamar mereka seraya menatap bintang. Ciptaan Allah yang sangat indah. Mata Aliya berbinar melihat bintang-bintang itu.
Gadis itu bersandar di bahu Agra.
"Aku minta maaf, ya," ucap Aliya tiba-tiba.
"Minta maaf buat?" Agra mengerutkan keningnya karena tidak paham dengan maksud sang istri.
"Untuk semua kebencian aku sama kamu selama ini. Untuk semua perilaku buruk aku, aku minta maaf untuk semuanya," ucap Aliya dengan pandangan ke langit, menatap bintang-bintang indah itu.
Agra menarik wajah Aliya untuk menatapnya. "Untuk yang dulu itu, lupain aja. Sekarang kita punya lembaran baru. Aku juga minta maaf sama kamu karena aku sering nyakitin kamu, terutama masalah Dhea. Aku tau kamu pasti ngerasa sakit banget waktu itu."
Mendengar nama Dhea, Aliya tiba-tiba teringat dengan gadis itu. Gadis yang berhati mulia, sungguh dia sangat menyesal karena pernah berpikiran buruk terhadapnya. Entah bagaimana kabar gadis itu sekarang.
"Dhea itu gadis yang sangat baik Agra, sebenarnya dia sangat cocok sama kamu," ucap Aliya.
Tiba-tiba raut wajah Agra berubah.
"Kenapa jadi bahas dia?"
"Nggak apa-apa, aku cuma kangen aja. Kapan-kapan kita ke London, ya? Kita nyamperin Dhea," ucap Aliya.
"Iya, Sayang. Tapi sekarang kamu harus persiapin diri kamu buat ngelahirin si baby, ntar kalo anak kita udah besar boleh deh tuh kita ke London," ucap Agra.
"Aku sangat bersyukur sama Allah karena sudah menghapus rasa benci di antara kita," ucap Aliya.
Agra tersenyum. "Kan kamu sendiri yang bilang bahwa Allah adalah pembolak-balik hati manusia."
Aliya mengangguk kemudian dia mencium punggung tangan Agra lagi, sebagai tanda hormatnya pada sang suami.
"Jangan berubah, ya. Terus kayak gini sampai nanti," ucap gadis itu seraya terseyum.
Agra juga tersenyum lalu membawa sang istri ke dalam pelukannya. Cukup lama mereka menikmati bintang dan sang bulan, kemudian mereka tidur dan menyapa alam mimpi.
***
Pendek bgt ya
Aku ngstuck banget soalnya😅
Oke jangan lupa vote dan komennya ya zheyeng❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiblat Cinta [LENGKAP]
EspiritualMenikah dengan sepupu sendiri mungkin adalah hal yang sangat tabu di masyarakat. Tetapi, itulah yang terjadi pada Agrata Razzan Rahmatullah dan Aliya Shakaela Zanitha yang terpaksa menikah karena sebuah kesalahpahaman. Sifat yang sangat jauh berbeda...