26. Hamil?

8.1K 390 0
                                    

Di rumahnya, Agra terus mengoceh tiada henti. Dia protes tentang keputusan sang ayah yang menjadikan Aliya sebagai sekretarisnya, bahkan tanpa memberitahunya lebih dulu.

"Papa sudah berusaha mencari orang yang pas, Agra. Tapi nggak ketemu. Dan Papa teringat Aliya, cuma dia yang bisa menghadapi kamu dengan sabar," ucap Abrar.

"Tapi seenggaknya Papa bilang dulu dong sama aku. Jangan main langsung rekrut kayak gini aja," ucap Agra.

"Ya terserah kamu, lah. Papa mau tidur, capek." Abrar berlalu ke kamar karena malas berdebat dengan sang anak.

Aliya yang melihat kelakuan ayah dan anak itu hanya bisa mengulum senyumnya, menahan agar tawanya tidak pecah.

Agra pergi ke kamar tanpa menghiraukan Aliya yang sedang senyum-senyum sendiri seperti orang yang kurang waras. Tak lama, Aliya juga ikut masuk ke dalam kamar.

Di dalam kamar, Agra sedang melakukan sesuatu yang mencurigakan. Aliya penasaran dan ingin melihatnya, tapi Agra menghalanginya.

Kemudian Agra berbalik dan memberikan sebuah cincin berlian untuk Aliya.

"Selamat ulang tahun, Aliya," ucap Agra tiba-tiba.

Aliya mengerutkan keningnya dengan perasaan kaget yang luar biasa. Dia bingung bagaimana Agra bisa mengingat ulang tahunnya sedangkan dirinya sendiri saja tidak mengingatnya. Dan sejak kapan Agra menjadi romantis seperti ini?

"Agra, kamu baik-baik aja, kan? Kamu kesambet, ya?"

"Baik banget malahan."

Aliya semakin bingung. Agra memasangkan cincin itu di jari manis milik Aliya.

Aliya memandangi cincin itu. "Loh, ini kan cincin yang mahal banget, Agra," ucapnya karena tahu berapa harga cincin itu.

"Terus kenapa? Gue suka jadi gue beliin itu buat lo. Lagian lo kan ulang tahun cuma sekali setahun."

"Makasih," ucap Aliya lalu memeluk Agra dengan erat.

Agra yang merasa terkejut hanya membalas pelukan Aliya dengan canggung. Dia tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Apakah dia jatuh cinta dengan Aliya? Hanya Allah yang tahu apa yang sekarang ada di hatinya.

"Yaudah, kan udah dikasih hadiah. Mending sekarang kita tidur, ya. Besok kan mesti ke kantor," ucap Agra lalu pergi ke kasur dan membaringkan tubuhnya di sana.

Aliya berbaring di samping Agra. Dia memperhatikan cincin yang diberikan oleh Agra. Sebuah senyum terukir di bibir manis gadis itu.

Dia membelikan aku cincin buat pertama kalinya. Itu berarti dia mulai membuka hatinya buat aku. Tapi bisa jadi dia ngasih ini karena dia menganggap aku ini temannya, jadi kenapa aku harus gugup? Tapi aku memang mencintai dia. Entah kenapa aku merasa dia kayak mau mengatakan sesuatu tapi nggak bisa. Sebenernya apa yang ada di dalam hatinya?, batin Aliya.

Dia memperhatikan wajah suaminya yang sudah tertidur pulas sampai-sampai mulutnya terbuka. Aliya mencoba untuk memejamkan matanya, tapi dia merasa sesuatu ingin keluar dari perutnya. Dia segera berlari ke kamar mandi. Aliya memuntahkan seluruh isi perutnya. Setelah merasa agak baik, dia kembali ke kasur untuk memejamkan mata.

Tapi, rasa mual itu kembali hadir dan lagi-lagi Aliya harus pergi ke kamar mandi.

Ada apa sama aku ya Allah? Kenapa rasanya pusing dan mual kaya gini?, batin Aliya.

***

Keesokan harinya, Aliya merasakan bahwa perutnya mual lagi. Tadi malam, dia tidak bisa tertidur karena harus bolak balik ke kamar mandi. Agra yang tidur di sebelahnya sempat merasa heran, tapi dia hanya menganggap kalau Aliya sedang masuk angin.

Kiblat Cinta [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang