Agra dan Farhan tiba di kantor Anugerah Utama Company. Mereka memandangi foto Abrar yang tertempel indah di ruangannya dan kembali teringat dengan kenangan bersama sang ayah. Mereka berdua masih sangat sedih atas kepergian ayah mereka.
Melihat Farhan sangat sedih, Agra pun berkata, "Bang, apa ruangan ini selalu sebesar ini? Maksud gue, gue inget waktu gue masih kecil dan dateng ke sini buat pertama kalinya, gue ngerasa kayak bisa main sepak bola di sini. Terus papa gendong gue dan ngedudukin gue di atas kursi ini lalu memutarnya." Agra memperagakan apa yang dia ucapkan.
Farhan tersenyum mendengar itu.
"Bahkan hari ini setiap gue ngeliat kursi ini, selalu ada bayang-bayang papa," ucap Agra lagi.
Kemudian dia menarik Farhan dan memintanya untuk duduk di kursi bekas Abrar. Tapi Farhan menolaknya dan mengatakan, "Ini tempat lo, Agra. Lo yang harus duduk di sini, bukan gue."
"Tapi--"
"Nggak ada tapi-tapian, Agra."
Agra tidak menghiraukan ucapan Farhan dan lebih memilih untuk bermain bilyard. Melihat itu, Farhan menyusulnya dan memberi pengertian pada adiknya tersebut.
"Agra, meskipun gue lebih tua dari lo, papa selalu bilang kalo gue ini sebagai anak dan lo sebagai temen. Menjadi seorang ayah dari dua anak, gue bisa ngerti bahwa meskipun orang tua sangat mencintai semua anak-anak mereka, tapi mereka mau membangun mimpi mereka buat anak tertentu. Mimpi papa adalah melihat lo duduk di kursinya." Farhan memaksa Agra untuk duduk di kursi kebanggaan milik mendiang Abrar.
"Papa pasti bakal seneng banget ngeliat lo ngegantiin posisi dia," lanjutnya setelah Agra duduk di kursi tersebut.
Kemudian Agra menghubungi Sandy dan meminta dia bertemu di rumahnya untuk membahas masalah perceraian dirinya dan Aliya. Sandy setuju untuk datang ke rumah Agra nanti malam.
***
Di rumah keluarga Agra, semua keluarga sudah berkumpul di ruang tamu dengan ekspresi tegang. Sandy meminta izin pada Rani untuk membacakan surat nikah Aliya dan Agra. Rani mempersilakan Sandy untuk membaca surat itu.
Tiba-tiba kedatangan Aliya membuat semua yang ada disana terkejut. Tapi Aliya tidak mempedulikan ekspresi orang-orang yang seakan tidak suka dengan kehadiran dirinya di rumah itu.
Karena tidak ingin membuang-buang waktu, Sandy segera membacakan isi surat wasiat tersebut.
"Agrata Razzan Rahmatullah dan Aliya Shakaela Zanitha, sesuai dengan surat wasiat, perceraian ini nggak mungkin terjadi," ucap Sandy.
Semua orang terkejut mendengar itu.
"Apa?" gumam Rani.
"Pak Abrar udah melakukan sesuatu yang mungkin nggak satu pun dari kalian sadar tentang ini," lanjutnya.
"Apa itu, Sandy?" tanya Farhan.
Sandy menghela napasnya. "Wasiat."
Mendengar itu semua orang berdiri dengan ekspresi wajah yang bercampur antara ketegangan, bingung, dan terkejut. Mereka ingin segera mengetahui apa yang dilakukan dengan surat wasiat itu sampai-sampai Aliya dan Agra tidak memungkinkan untuk bercerai. Sementara Aliya hanya bisa diam dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun, dia hanya pasrah dengan takdir Allah.
"Menurut surat wasiat ini, Pak Abrar memberikan 51% saham Anugerah Utama Company kepada Aliya dan Agra sebagai hadiah pernikahan mereka. Itu yang tertulis di sini," ucap Sandy.
"Ini maksudnya apa, Sandy?" tanya Rani.
"Jika Agra dan Aliya bercerai, maka 51% saham itu akan jatuh ke tangan Aliya," lanjut Sandy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiblat Cinta [LENGKAP]
DuchoweMenikah dengan sepupu sendiri mungkin adalah hal yang sangat tabu di masyarakat. Tetapi, itulah yang terjadi pada Agrata Razzan Rahmatullah dan Aliya Shakaela Zanitha yang terpaksa menikah karena sebuah kesalahpahaman. Sifat yang sangat jauh berbeda...