51. Pertemuan Tak Terhindarkan

5.4K 284 9
                                    

Aliya pergi ke pasar tradisional untuk membeli perlengkapan dapurnya yang sudah mulai habis. Tiba-tiba dia melihat sang bunda berada di seberang sana, sedang berjalan sembari melihat-lihat dagangan para penjual. Sesegera mungkin Aliya mencari tempat untuk bersembunyi agar Arumi tidak melihatnya.

Tapi, Aliya yang sangat merindukan ibunya itu mengikuti ke mana arah sang ibu berjalan. Saat ini, dia sangat ingin berlari lalu memeluk Arumi dengan sangat erat. Tapi apalah daya, jika dia muncul di hadapan keluarganya, maka itu hanya akan membuat mereka sedih dan malu. Aliya tidak ingin orang tuanya ikut dicap buruk karena dirinya.

Saat sampai di tempat orang menjual buah pepaya, Arumi berhenti lalu memilih-milih pepaya itu dan memberikannya pada penjualnya untuk ditimbang. Setelah dia membelinya, dia ingin berdiri tetapi lututnya terasa begitu nyeri.

"Astaghfirullahalazim, sakit sekali lutut saya," gumamnya seraya memegang lututnya.

Aliya yang sedari tadi memperhatikan itu merasa iba melihat Arumi kesakitan seperti itu. Dia tahu, sejak dulu lutut Arumi memang sering sakit. Tapi saat dirinya ingin membelikan obat, ibunya itu selalu saja menolaknya dan mengatakan bahwa dia tidak apa-apa.

Setelah itu, Aliya pergi ke apotek dan membelikan suplemen kesehatan lutut untuk Arumi, dia sudah tidak tahan lagi melihat ibunya kesakitan seperti itu.

Dia kemudian membawa suplemen itu ke rumah ibunya, dan meletakkannya di depan pagar. Dan hanya bisa berharap seseorang dari rumah itu melihatnya, lalu mengambilnya.

***

Aliya pergi ke rumah Sandy untuk meminta pekerjaan kepada laki-laki itu, dia ingin menjadi pengasuh Serlie.

Gadis itu sudah memikirkan semuanya, dia ingin terus bisa melihat sang putra walaupun hanya saat pergi dan pulang sekolah. Karena dia tahu bahwa tidak mungkin baginya untuk selalu datang ke sekolah tanpa alasan yang jelas, maka dengan menjadi pegasuh Serlie dia bisa mengantar Serlie pergi dan pulang sekolah, sekaligus bisa melihat Abidzar juga karena Serlie dan Abidzar ternyata satu TK.

"Kamu serius mau jadi pengasuhnya Serlie?" tanya Sandy.

Aliya mengangguk pasti.

"Tapi kenapa?"

"Serlie sama Abidzar kan satu TK, jadi waktu nganter Serlie, aku juga bisa sekalian ketemu sama Abidzar. Lagi pula, selama ini kan Serlie nggak pernah dapat kasih sayang seorang ibu, maka dari itu izinin aku jadi pengasuhnya Serlie," ucap Aliya dengan matanya yang berkaca-kaca.

Sandy sangat iba melihat seorang wanita yang sekarang sedang tertunduk di hadapannya, wanita yang selalu mendapat cobaan yang bertubi-tubi tetapi dia menjalaninya dengan penuh keikhlasan.

Tidak ada seorang pun yang lebih mengetahui keadaan Aliya lima tahun belakangan ini selain Sandy, karena selama di tahan, tidak boleh ada siapa pun yang menjenguk Aliya kecuali pengacaranya.

"Oke kalo itu yang kamu mau, mulai besok kamu bisa kerja," ucap Sandy lalu tersenyum.

"Ya Allah, Sandy makasih banyak, ya," ucap Aliya dengan senyum yang mengembang di bibir tipisnya dan mata yang berbinar.

Sandy kemudian melirik jam tangannya dan waktu sudah menunjukkan pukul 10 tepat dan berarti anak-anak sudah pulang sekolah.

"Aliya, sekarang kan udah jam 10, aku pamit mau jemput Serlie, ya," ucap Sandy.

"Aku ikut."

Sandy mengangguk kemudian mereka pergi bersama menuju TK.

Saat sampai di sekolah, Aliya meminta Sandy agar pulang duluan saja bersama Serlie, sementara dirinya mencari-cari keberadaan Abidzar karena dia tahu bahwa Abidzar pasti belum di jemput jika belum jam 11 siang.

Kiblat Cinta [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang