71. Seumur Hidup Itu Terlalu Lama

7.9K 347 29
                                    

Sandy membelikan Aliya banyak sekali barang. Mulai dari pakaian, jilbab, tas, bahkan sepatu. Jika Aliya tidak bisa menerima cintanya, paling tidak wanita itu menerima barang-barang pembeliannya. Mereka juga membelikan barang-barang untuk Serlie dan dokter Ersa.

Saat menuju parkiran, beberapa preman datang lalu menarik belanjaan dan tas Aliya, mereka juga menabrak wanita itu hingga dia jatuh ke tanah.

Sandy tidak terima melihat itu, dia ingin mengejar preman tersebut tapi ditahan oleh Aliya. Meskipun begitu, Sandy tidak menghiraukannya dan tetap mengejar para preman itu.

"Sandy jangan dikejar, udah biarin aja!" teriak Aliya.

Sandy tidak mendengarkan teriakan sang istri. Dia kemudian melawan 4 preman itu dan terjadilah perkelahian di sana. Aliya yang panik segera menelepon polisi dan memberitahu bagian keamanan.

Aliya terus meminta Sandy untuk menyudahi semuanya tetapi Sandy tetap melawan preman-preman itu. Sandy kehilangan pertahanan, preman itu memukul mulutnya hingga keluar darah dan menjatuhkannya ke tanah.

Aliya yang awalnya panik berubah menjadi marah karena Sandy tidak mendengarkan ucapannya hingga laki-laki itu terluka seperti itu. Tak lama kemudian, polisi dan bagian keamanan pusat perbelanjaan datang untuk mengamankan preman itu. Sandy berusaha untuk berdiri, dan membawa belanjaan serta tas Aliya kepada gadis itu.

"Ini punya kamu," ucapnya.

Alih-alih mengambil semuanya, Aliya hanya berjalan menuju mobil. Dia meminta kunci mobil pada Sandy, dan menyetir mobil itu sampai ke rumah.

Saat sampai di rumah, Aliya mengobati luka-luka Sandy.

"Apa yang kamu lakuin? Buat apa kamu ngelakuin semua itu? Apa kamu nggak sadar kalo kamu cuma seorang laki-laki biasa yang bergantung hidup dengan pekerjaan sebagai pengacara? Kamu bukan seorang jagoan yang bisa ngelawan empat preman sekaligus! Apa yang sebenarnya mau kamu tunjukin, hah?!" bentak Aliya.

Sandy hanya diam seraya menatap ke bawah, dia tidak berniat untuk menjawab pertanyaan istrinya.

"Tolong kasih tahu aku untuk apa semua ini?!" tanya Aliya dengan nada bicara yang meninggi.

"Aku tau kamu sangat menyukai barang-barang itu. Dan tas yang kamu bawa juga terdapat sejumlah uang dan kartu kredit di dalamnya. Aku nggak mau kamu sedih karena kehilangan itu semua. Aku melihat wajah kamu sangat bahagia waktu membeli semuanya," ucap Sandy dengan lirih.

"Tolong berhenti mikirin kebahagiaan aku! Pikirin juga keselamatan diri kamu sendiri. Kalo seandainya tadi mereka bawa senjata tajam gimana? Kenapa kamu bisa berpikir sependek itu, sih? Barang-barang dan uang itu nggak selalu bisa bikin aku bahagia. Waktu aku kehilangan mereka, aku masih bisa nyari. Kamu udah cukup ngelakuin semuanya buat aku. Jangan lakuin itu lagi, aku takut nggak bisa membalas semua kebaikan kamu. Tolong, jangan lakuin apa pun lagi buat aku. Aku mohon sama kamu," ucap Aliya lalu menangis sejadi-jadinya setelah itu dia pergi ke kamar.

"Aku bukan membantu kamu Aliya, tapi aku mencintai kamu ... Dan cinta nggak akan pernah bisa dibayar," gumam Sandy.

Dari kejauhan, Serlie dan dokter Ersa memperhatikan itu semuanya.

"Kakek, kenapa bunda marah-marah sama papa?" tanya Serlie.

"Sayang, bunda kamu itu cuma takut kalo papa kamu kenapa-kenapa. Kamu lihat kan luka papa kamu? Bunda kamu sedih melihat itu," ucap dokter Ersa.

"Gitu ya, Kek? Yaudah, kalo gitu Serlie belajar di kamar dulu, ya." Serlie lalu pergi ke kamarnya.

***

Aliya bangun saat adzan subuh berkumandang. Saat wanita itu membuka mata, dia melihat sebuah surat terletak di atas nakas yang berada di sampingnya. Aliya kemudian membuka surat itu, dan melihat sebuah permintaan maaf di dalamnya. Gadis itu tahu siapa yang menbuat surat itu. Tak lain dan tak bukan itu adalah Sandy. Seketika Aliya merasa bersalah kepada Sandy karena telah membentaknya kemarin.

Kiblat Cinta [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang