Hari ini, Agra kembali datang ke
kantor polisi dan menemui Aliya yang di dalam jeruji besi atas kesalahan yang tidak pernah dia lakukan. Seandainya saja Agra mau membuka matanya, maka dia akan melihat kebenarannya. Tetapi laki-laki itu tidak melakukan itu.Aliya dan Agra sekarang sudah duduk berhadapan dengan kepala yang sama-sama menunduk. Aliya sudah mengetahui apa maksud kedatangan Agra menemui dirinya saat ini. Haruskah pernikahan mereka berakhir hari ini?
"Agra ... Hubungan kita dibuat oleh papa dan direstui oleh Allah. Aku nggak mau ngehancurin itu, aku pengen bicara sama kamu sekali aja--"
"Apa? Kamu mau supaya aku nggak menceraikan kamu?" tanya Agra.
"Iya," jawab Aliya seraya mengangguk lemah.
"Aku benci banget sama kamu, Aliya."
"Aku janji bakal pergi dari hidup kamu dan Abidzar selamanya asal kamu nggak menceraikan aku. Kamu udah menceraikan aku dua kali di depan banyak orang. Kalo kamu pernah sangat mencintai aku, maka jangan ceraikan aku buat yang ketiga kalinya," ucap Aliya dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya yang memerah.
"Dan aku nggak bisa biarin mama pakai pakaian hitam buat selamanya, aku juga nggak bisa ngelupain kematian papa di tangan kamu," ucap Agra.
Mendengar itu, hati Aliya seperti tercabik-cabik, sakit sekali rasanya. Air matanya yang sedari dia tahan kini telah mengalir sederas-derasnya di pipinya. Ingin sekali dia berteriak kalau bukan dia yang melakukan itu, tapi semuanya akan percuma karena Agra tidak akan pernah mempercayainya.
"Apa kamu udah lupa momen-momen kita ngehabisin waktu sama-sama?" tanya Aliya di sela-sela tangisnya.
"Aku udah ngelupain semuanya."
"Jadi, kamu beneran mau menalak aku buat yang ketiga kalinya?"
"Maaf Aliya, aku bakal mengakhiri hubungan yang membawa duka buat keluarga aku, dan aku bakal ngerasa senang karena terbebas dari hubungan ini."
"Agra, aku ingatkan sama kamu, kamu pasti nggak akan bisa maafin diri kamu sendiri setelah tau kebenarannya," ucap Aliya lalu kembali menangis.
Agra berusaha untuk menahan tangisnya agar tidak pecah. Dia kemudian mulai menarik napasnya dalam lalu menghembuskannya secara perlahan.
"Aliya Shakaela Zanitha ...." Agra menggantung ucapannya. Rasanya lidahnya seperti kelu dan sulit sekali baginya untuk mengucapkan kata-kata perpisahan yang akan mengakhiri hubungannya dengan Aliya selamanya.
Aliya mengangkat kepalanya dan menatap wajah Agra. "Lanjutin, Agra," ucapnya karena sudah pasrah dengan keadaan. Keinginannya untuk mempertahankan rumah tangganya hanyalah menjadi sebuah angan-angan belaka. Hari ini, semuanya akan berakhir begitu saja.
"Aku ingin menceraikanmu untuk yang ketiga kalinya, TALAK." Bersama dengan ucapan itu, maka berakhir pulalah hubungan pernikahan Aliya dengan Agra.
Tangis Aliya kembali pecah karena itu, rumah tangga yang sudah dia bangun dan dia jalani selama lebih dari satu tahun kini telah hancur.
Sementara Agra, dirinya memang menyadari bahwa jalan perpisahan adalah suatu hal yang sangat dibenci oleh Allah. Tetapi ketika mereka tidak memiliki jalan untuk bersama lagi, lalu apa yang harus dipertahankan?
Agra ingin pergi dari sana tetapi Aliya menahannya.
"Aku punya satu permintaan, tolong kamu kabulin permintaan aku yang terakhir ini," ucap Aliya.
"Apa?"
"Kalo suatu saat Abidzar nanya bundanya ke mana, kamu bilang aja kalo bundanya udah meninggal. Dengan begitu dia nggak harus bertanya-tanya kenapa dia nggak pernah melihat ibu kandungnya. Aku nggak mau kalo anakku nantinya akan menanggung malu karena tahu kalo bundanya ternyata adalah seorang mantan narapidana. Dan aku janji, setelah aku bebas aku bakal ngejauh dari kamu dan Abidzar," ucap Aliya dengan sangat terpaksa dan batinnya yang tersiksa. Mana ada seorang ibu yang rela berpisah dengan sang anak dan merelakan jika anaknya sendiri tidak pernah mengenalnya.
"Aku bakal lakuin apa yang kamu mau," ucap Agra lalu pergi dari kantor polisi itu, meninggalkan Aliya yang masih berada di posisinya dengan air mata yang terus mengalir.
Aliya kembali masuk ke dalam sel, di sana lagi-lagi dia menangis. Bayangan Agra yang mengucapkan talak ada di mana-mana.
"Kenapa kamu nalak aku buat yang ketiga kalinya setelah aku memohon berkali-kali sama kamu, Agra ...?" lirih Aliya di sela-sela tangisannya.
Sandy datang ke penjara dengan niat untuk mencegah Agra yang akan menalak Aliya untuk yang ketiga kalinya. Tetapi dia terlambat dan semuanya telah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur dan tidak bisa dikembalikan menjadi nasi lagi.
Dia melihat Aliya yang menangis sesegukan di dalam sel tahanan, dia bisa merasakan betapa terlukanya gadis itu. Sandy menjadi semakin iba dan kasihan melihat penderitaan yang dialami oleh Aliya.
Sandy meminta polisi untuk membukakan sel Aliya lalu dia masuk ke dalam dan duduk di sebelah gadis itu.
"Semuanya udah berakhir, Sandy," ucap Aliya dengan tangan yang menutupi wajahnya yang memerah akibat menangis.
"Semuanya belum berakhir, Aliya. Ini adalah awal dari lembaran baru hidup kamu, kamu harus yakin kalo Allah sedang menyiapkan sesuatu yang terbaik buat kamu nantinya. Cobaan yang menimpa kamu sekarang, anggap aja itu adalah ujian dari Allah dan sesuatu yang harus kamu jalani sehingga nanti kamu akan menjadi orang yang lebih baik," nasihat Sandy.
"Semuanya bakal terasa beda mulai sekarang, aku nggak tau apa aku sanggup hidup tanpa Agra dan Abidzar ...," lirih Aliya.
"Aku percaya kamu pasti bisa. Aku juga pernah mengalami hal yang sama kayak kamu, aku juga pernah merasa kehilangan, aku berpisah dengan wanita yang sangat aku cintai di dunia ini. Bedanya, kamu berpisah karena bercerai sedangkan aku berpisah karena Allah lebih sayang sama almarhumah istriku." Sandy mengenang mendiang istrinya yang meninggal saat melahirkan putri pertama mereka.
Aliya mencoba untuk tersenyum. "Makasih ya, aku nggak tau gimana jadinya aku kalo nggak ada kamu."
Sandy mengangguk.
"Dan aku minta sama kamu, tolong bikin saham 51% aku itu balik ke tangan Agra," ucap Aliya.
Sandy mengerutkan keningnya. "Loh kenapa, Al?"
"Nggak ada gunanya aku memegang saham itu. Toh aku sekarang juga di penjara, aku nggak mungkin bisa ngurus perusahaan kalo kayak gini. Lagi pula berita tertangkapnya aku cuma bakal nurunin citra perusahaan aja, jadi sebelum semuanya terlambat aku mau semuanya diganti menjadi atas nama Agra."
Sandy tersanjung dengan kemurahan hati Aliya yang rela memberikan semua hartanya yang seharusnya menjadi haknya kepada mantan suaminya. Di saat pasangan-pasangan suami istri lain yang baru saja bercerai memperebutkan harta gono-gini, Aliya malah memberikan seluruh saham miliknya kepada Agra. Sungguh hamba Allah yang sangat bijaksana.
"Oke aku bakal ngelakuin itu. Tapi kamu beneran serius nih ngasih semuanya? Apa kamu nggak mau 25% aja?"
Aliya menggeleng. "Aku beneran nggak butuh semua itu. Lagi pula, aku juga harus mikirin masa depan anakku yang ada di tangan Agra."
Mendengar itu, Sandy mengangguk dan melakukan apa yang Aliya inginkan.
***
Bersambung...
![](https://img.wattpad.com/cover/124451826-288-k944149.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiblat Cinta [LENGKAP]
EspiritualMenikah dengan sepupu sendiri mungkin adalah hal yang sangat tabu di masyarakat. Tetapi, itulah yang terjadi pada Agrata Razzan Rahmatullah dan Aliya Shakaela Zanitha yang terpaksa menikah karena sebuah kesalahpahaman. Sifat yang sangat jauh berbeda...