62. Kehidupan yang Baru

4.7K 261 7
                                    

Tak tahu harus berkata apa
Soal cinta, aku gagap
Hingga setelah berpisah darimu
Hancurlah sudah diriku

***

1 tahun kemudian...

Satu tahun dijalani Agra dengan mencari-cari di mana keberadaan Aliya, tapi dia tidak kunjung menemukannya seakan gadis itu menghilang dari bumi pertiwi.

Setiap hari Agra jalani dengan penyesalan yang terus-menerus. Dia membenci dirinya sendiri karena begitu gegabah mengambil keputusan. Setiap hari laki-laki itu juga meminta ampun kepada Allah atas perlakuannya terhadap Aliya dulu. Dia masih mengira bahwa Aliya belum bisa memaafkannya dan terus ingin menjauh dari dirinya, itu sebabnya Aliya pergi.

Agra yang sedang duduk di sofa ruang keluarga itu mengambil ponselnya dan menelepon Arkan.

"Gimana? Lo udah dapet kabar tentang Aliya?" tanya Agra.

"Belum," ucap Arkan dari seberang telepon.

"Ini udah 1 tahun lebih, dan kita belum juga dapat kabar tentang Aliya." Agra segera menutup teleponnya karena frustasi.

Dia pergi ke makam Abrar. Lalu duduk di samping makam ayahnya itu. Tiba-tiba laki-laki itu teringat dengan kata-kata Aliya yang mengatakan bahwa jika Abrar percaya dirinya memang benar-benar tidak bersalah, maka suatu hari akan ada bunga di atas makam Abrar. Dan hari ini, Agra melihat bunga itu. Entah kenapa, hati Agra semakin sakit dan rasa bersalah di hatinya semakin besar karena itu.

Agra membaca surah Yasin serta mendoakan almarhum ayahnya. Setelah itu, dia berbicara kepada makam ayahnya seakan-akan ayahnya sedang ada di sampinya, dan mendengarkan semua keluh kesahnya.

"Pa, apa Papa inget waktu Papa bawa dia ke dalam hidup aku? Aku sama sekali ngerasa nggak bahagia, aku juga udah nyoba segala cara buat nyingkirin dia dari hidup aku tapi dia keras kepala banget. Dalam setahun ini aku ngerasa kehilangan dia. Dia udah memutuskan buat nggak akan pernah ketemu sama aku. Tapi aku tau gimana dia, dia masih mencintai aku sampai hari ini. Aku bakal bawa dia kembali, gimana pun caranya," ucap Agra lalu menangis dan tertunduk di samping makam sang ayah.

***

Di sebuah rumah makan, seorang gadis sedang memarahi gadis lainnya karena datang terlambat. Setelah puas mendengar omelan dari bosnya itu, gadis yang bernama Diah itu segera menjauh dari sana dan menemui temannya.

"Kamu liat aja, dia nggak akan mengampuni kamu," ucap temannya yang bernama Vera mengompori dirinya.

"Dia nggak akan mengampuni siapa pun. Aku datang terlambat atau tepat waktu, dia pasti mencari kesalahan buat marahin aku. Aku ngerasa kayak aku nerima gaji buat dimarahin. Aku nggak pernah ngeliat ada orang yang kayak gitu," ucap Diah.

Tak lama, gadis lain ikut bergabung dengan mereka. Sehingga jadilah mereka sekelompok orang yang sedang menggibah bos mereka tanpa sepengetahuan gadis itu.

"Bunda ratu berhijab itu nggak akan membiarkan siapa pun masuk ke dapur," ucap Widia seraya menunjuk ke arah seorang gadis yang sedang berdiri memperhatikan foto Abrar.

"Aku heran deh, kenapa dia selalu memperhatikan foto almarhum pak Abrar itu dan malah memajang fotonya dengan ukuran yang besar? Padahal kan beliau udah meninggal lama," ucap Vera.

"Almarhum pak Abrar itu kan pengusaha yang punya perusahaan properti yang bercabang hampir di seluruh Indonesia itu? Dan katanya nih ya, nggak lama lagi juga cabang perusahaan itu akan dibangun di sini," sahut Diah.

"Oh iya, katanya kan yang sekarang ngejalanin perusahaan itu adalah anaknya. Kabarnya juga nih ya, anaknya itu ganteng banget loh. Dia dulu pernah dinikahin sama sepupunya sendiri dan mereka punya anak. Saham perusahaan pusat juga pernah jatuh ke tangan istrinya, tapi karena mereka akhirnya bercerai, istrinya ngembaliin saham itu. Trus nggak lama setelah itu mantan istrinya masuk penjara karena dicurigai membunuh pak Abrar. Tapi akhirnya istrinya pak Agra itu bebas karena terbukti nggak bersalah dan pergi. Sampai sekarang nggak ada yang tau mantan istrinya itu pergi ke mana," ucap si Widia panjang kali lebar kali tinggi.

"Udah ah nggak usah bisik-bisik gitu. Lagian nggak baik juga kalo kalian ngomongin orang di belakang," ucap Afifah yang perilakunya memang kebalikan dari teman-temannya yang lain.

Gadis yang mereka bicarakan itu adalah Aliya. Setelah menatap foto Abrar, Aliya pergi ke dapur dan mempersiapkan roti juga memotong sayur-sayuran. Pada saat itu, Aliya mendengar para pegawainya sedang membicarakan dirinya sambil tertawa. Aliya pergi dan menghampiri mereka.

"Apa kalian digaji buat membuang-buang waktu? Kalian harus kerja sekarang," ucap Aliya.

Kemudian gadis itu berbicara pada Diah. "Mulai sekarang, kamu harus lebih cepat ngelayanin pelanggan yang mau bayar, ya."

Kemudian Aliya meminta Vera dan Widia untuk mencuci piring, sedangkan Afifah membersihkan meja bekas pelanggan.

Di sisi lain, Agra sedang memandangi foto pernikahannya dengan Aliya seraya menyanyikan lagu ulang tahun dengan air mata yang mengalir. Pada saat itu, sekretarisnya datang dan memberinya sketsa proyek, setelah membaca dan mempelajari proyek itu Agra meminta sekretarisnya untuk memanggil arsitek.

"Semua proyek kita namanya Anugerah Utama Company, kenapa sekarang namanya jadi Razzanitha Company?" tanya sang sekretaris.

Agra tersenyum. "Nama ini lebih dekat di hati saya."

Dia kembali memandang foto pernikahannya dengan Aliya yang terletak di atas mejanya. Walaupun pernikahan mereka sudah berakhir bertahun-tahun yang lalu, tapi Agra tetap tidak bisa berhenti mencintai gadis itu.

"Aliya, kamu ada di mana sekarang?"

***

Sandy, ayahnya, dan keluarga Aliya sampai di rumah Aliya. Mereka memang sengaja tidak memberitahu gadis itu tentang kedatangan mereka karena ingin memberikan surprise padanya.

Serlie segera berlari ke arah dapur dan memanggil-manggil Aliya. Setelah dia menemukan Aliya, anak itu segera memeluknya.

Aliya terkejut sekaligus senang dengan kedatangan mereka semua. Tapi juga kesal karena mereka tidak memberitahunya terlebih dahulu kalau akan datang.

"Serlie yang memaksa untuk pergi ke sini dan jenguk kamu. Dia bilang dia kangen masakan kamu. Padahal kan baru 3 bulan yang lalu kami datang ke sini," ucap Sandy.

Aliya hanya terkekeh mendengar itu. Kemudian dia meminta mereka untuk pergi ke ruang makan sementara dia menyiapkan makanan untuk mereka semua setelah meminta para pegawainya untuk membawa koper dan tas mereka ke kamar.

Setelah selesai memasak makanan yang cukup banyak, Aliya dan para pegawainya membawa makanan itu ke atas meja makan. Lalu mereka kembali bekerja seraya bergosip tentang Aliya.

"Bunda, suapin aku makan, ya," ucap Serlie dengan wajah polosnya.

"Sayang, kan Papa udah bilang jangan panggil tante Aliya, bunda."

"Papa, kan Papa bilang sebentar lagi bunda Aliya akan jadi bundanya Serlie. Jadi kan Serlie harus panggil dengan sebutan bunda," ucap Serlie yang membuat Sandy memicingkan matanya pada Serlie dan membuat Aliya terdiam.

"Ini kok pada diam, sih? Ayo dilanjut makannya," ucap Hamdan.

Aliya kembali menyuapi Serlie. Sedangkan Sandy makan dengan mata yang terus melirik pada Aliya, kebaikannya selama ini kepada Aliya bukan tanpa alasan. Memang pada awalnya dia membantu Aliya karena kasihan dengan gadis itu, tetapi seiring berjalannya waktu, Sandy jatuh cinta kepadanya.

***

Bersambung...

Kiblat Cinta [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang