39. Kepergian Abrar

5.7K 278 4
                                    

Agra masih berbaring di kasur. Dia merasa sangat lelah karena beberapa hari belakangan ini dia kurang istirahat. Tiba-tiba Bi Asri datang dan memberitahukan tentang kedatangan polisi. Mendengar itu, dengan cepat Agra mengajak Aliya untuk pergi ke ruang tamu.

Setelah semua orang berkumpul, polisi memberitahukan apa saja yang mereka temukan selama penyelidikan kecelakaan yang terjadi menimpa Abrar.

"Seseorang dengan sengaja memutus tali rem mobil yang dikendarai pak Abrar saat kecelakaan," ucap pak polisi.

Semua orang sangat terkejut mendengar itu.

"Siapa yang mencoba untuk membunuh papa saya?" tanya Farhan.

Polisi menunjukkan sebuah foto tersangka yang telah menyebabkan kecelakaan Abrar.

"Kami sudah menangani orang ini dan terbukti bahwa dia memang bersalah. Tapi dia mengatakan bahwa ada seseorang yang membayarnya untuk melakukan semua itu," ucap pak polisi.

"Tapi siapa yang menyuruh orang itu untuk mencelakai papa saya?" tanya Agra.

Pak polisi itu terlihat berpikir sebentar. "Ibu Aliya," ucapnya sedetik kemudian.

Raut wajah semua orang di ruangan itu langsung berubah, terlebih lagi wajah Agra.

Mendengar namanya diseret, Aliya ingin menyangkal semuanya. Tapi Agra sangat marah dan langsung menampar wajahnya. Seperti ribuan pedang menusuk tubuhnya saat Agra memperlakukannya seperti itu hanya karena sebuah fitnah yang belum jelas kebenarannya.

Arumi dan Hamdan yang kemarin datang untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri beberapa hari lagi, sangat terkejut melihat Agra menampar wajah putri mereka di hadapan semua orang seperti itu.

"Aku nggak nyangka kamu yang udah ngelakuin ini semua, Aliya. Aku kecewa sama kamu!" teriak Agra dengan wajah yang sudah merah padam.

"Kenapa aku mau mencoba mencelakai papa? Sedangkan kalian semua tau kalo aku sangat mengidolakan papa, aku sangat menyayangi papa. Aku bisa menjawab pertanyaan kalian," ucap Aliya.

"Saya nggak perlu jawaban dan penjelasan dari kamu!" Bahkan Rani, wanita yang sebelumnya sangat menyayangi dirinya kini juga ikut menyudutkan Aliya.

"Pak Polisi, silakan kalian bawa dia sekarang!" perintah Rani.

"Maaf. Kami tidak bisa menangkap bu Aliya tanpa adanya bukti dan motif bu Aliya melakukan ini. Tapi bu Aliya tetap harus ikut kami untuk dimintai keterangan. Dan jika selama 48 jam tidak ada bukti yang benar-benar mengarah pada bu Aliya, maka bu Aliya akan kami bebaskan," ucap polisi itu.

"Aku nggak punya alasan buat ngelakuin itu," ucap Aliya dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.

Polisi memborgol tangan Aliya. Gadis itu memberontak, tapi kemudian dia sadar bahwa hal itu tidak ada gunanya. Tenaga polisi itu lebih kuat dibandingkan dirinya.

"Kenapa kalian semua nggak ada yang percaya sama aku?" tanya Aliya.

Semua orang yang ada di sana hanya diam. Orang tua Aliya menangis karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk anak mereka. Sedangkan Agra, hanya menatapnya nanar dengan wajah merah padam dan air mata yang terus mengalir.

Polisi itu menyeret Aliya dan membawa gadis itu dengan paksa.

"Pak, tunggu sebentar. Aku mau bicara sama papa." Aliya langsung berlari menuju Abrar yang duduk di kursi roda, memperhatikan semuanya tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

Aliya berlutut di kaki Abrar, mencium punggung tangannya.

"Pa, dulu Papa yang selalu ngebela aku. Papa liat ini semua, kan? Aku akan menanggung ini buat Papa. Papa jangan takut, aku pasti bisa menemukan siapa sebenarnya yang sudah mencelakai Papa. Dan Papa jangan khawatir, nggak akan ada sesuatu yang terjadi sama aku. Karena Aliyamu ini, akan selalu berada di jalan kebenaran. Meskipun semuanya semenyakitkan ini." Aliya lalu memeluk Abrar yang hanya berdiam dan menatap nanar ke depan.

Kiblat Cinta [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang