Setelah Agra memberitahu bahwa dia sudah bertemu dengan Aliya lagi, Rani yang saat ini juga berada di kota itu untuk peresmian perusahaan yang baru pun datang menghampiri rumah Aliya seorang diri.
Selama ini, dia belum sempat meminta maaf kepada wanita itu. Dan hari ini, Rani ingin meminta maaf dan berbicara empat mata saja dengan Aliya.
Setelah tiba di depan rumah Aliya, Rani langsung masuk ke dalam rumah setelah dipersilakan untuk masuk oleh pegawai restoran Aliya. Saat ini, wanita paruh baya itu sudah menunggu di ruang tamu.
Karena Afifah mengatakan padanya bahwa ada tamu yang datang, sesegera mungkin Aliya pergi menemui tamu yang dimaksud. Dan betapa terkejutnya wanita itu ketika melihat siapa yang datang.
"Tante Rani ...," lirih Aliya.
"Tante tau kalo aku tinggal di sini?" lanjutnya.
"Iya, Tante tau. Tante tau kalo kamu pasti nggak suka kalo Tante datang ke sini. Tapi Tante datang bukan untuk membuat keributan. Tante mau mengakhiri semua masalah yang pernah terjadi di antara kita," ucap Rani dengan matanya yang berkaca-kaca seraya berjalan mendekat pada Aliya.
Aliya hanya diam, memberi ruang pada Rani untuk berbicara lagi.
"Semua yang Tante lakuin sama kamu, setelah kejadian itu Tante tau bahwa Tante nggak pantas dimaafkan. Tapi kalo Tante nggak minta maaf, apa lagi yang harus Tante bilang? Tante udah bikin kesalahan besar terhadap kamu, Aliya. Tante melakukan kesalahan besar sama suami Tante, sama Agra, sama keluarga kita. Tapi kesalahan terbesar Tante adalah Tante nggak bisa melihat kebaikan kamu." Rani menangis sambil menggenggam tangan Aliya.
"Tante ... Aku mohon ayo duduk dulu." Aliya menggiring Rani untuk duduk di sofa.
"Semenjak papanya Agra meninggal, Tante udah menganggap kamu sebagai musuh kebahagiaan Tante. Tapi sebenarnya justru kamu ... Kamulah pembawa kebahagiaan di rumah Tante, Aliya. Tante malu menghadap suami Tante setelah tau semua ini. Tante nggak tau, tapi setelah tau kebenarannya Tante benar-benar nggak bisa mengendalikan diri Tante sendiri," ucap Rani.
"Tante ... Jangan nangis, ya." Aliya menghapus air mata yang berjatuhan dari wanita yang pernah menjadi ibu mertuanya itu.
"Tante selalu mendengar bahwa di bumi ini ada malaikat. Hari ini, Tante melihat malaikat itu sendiri," ucap Rani seraya membentangkan tangannya.
"Tante ...," lirih Aliya dengan suara bergetar, lalu menghamburkan dirinya ke dalam pelukan Rani.
"Dengan apa kamu diciptakan, Nak? Kamu masih bisa memaafkan orang-orang yang udah membuat kamu kehilangan segalanya. Kamu benar-benar orang yang baik. Tante minta maaf sama kamu, Aliya. Tante benar-benar minta maaf."
"Nggak, Tante. Tante nggak perlu minta maaf sama aku kayak gini."
"Aliya! Coba liat apa yang aku bawain buat kamu!"
Suara seorang laki-laki yang tak asing membuat Rani menoleh ke asal suara. Lalu, dia melihat Sandy yang berdiri tak jauh dari mereka.
Sandy yang awalnya tersenyum, tiba-tiba terkejut melihat Rani ada di rumahnya. Sama halnya dengan Rani, wanita paruh baya itu terkejut saat melihat Sandy ada di sana.
"Aliya, kamu ...." Rani tidak melanjutkan ucapannya.
"Iya, Tante. Aku udah menikah sama Sandy. Dan sekarang, Sandy adalah suami aku," ucap Aliya.
Sandy pun berjalan mendekat pada Rani dan juga Aliya.
"Apa kabar, Tante Rani? Udah lama kita nggak ketemu," sapa Sandy.
"Saya nggak nyangka akhirnya kamu yang menjadi suami dari keponakan saya. Saya harap pernikahan kalian selalu dilimpahkan kebahagiaan," ucap Rani dengan perasaan sedikit kecewa karena saat ini, orang yang dia harapkan bisa kembali menjadi menantunya, kini telah menjadi istri dari orang lain.
Namun, Rani juga bersyukur karena Sandy yang menjadi suami Aliya. Setidaknya Rani tahu bahwa laki-laki itu tidak akan pernah menyakiti Aliya, seperti yang pernah dia lakukan. Rani tahu betul bahwa di masa-masa terpuruk Aliya, hanya Sandy yang terus berada di sisinya dan tak pernah sekalipun berpaling dari wanita itu.
"Kalo gitu, saya pamit masuk duluan." Sandy berlalu dari hadapan Rani dan Aliya, membiarkan mereka untuk berbicara berdua saja.
Aliya mengenggam kedua tangan Rani. "Tante, aku mohon sama Tante tolong jangan kasih tau tentang pernikahan aku ke Agra, ya. Saat ini timingnya masih belum tepat."
"Kenap begitu, Nak?" tanya Rani dengan kening berkerut.
"Aku maunya aku sendiri yang ngasih tau ini sama Agra, tapi belum bisa sekarang. Kami emang udah berpisah sejak bertahun-tahun yang lalu, tapi aku tau sampai hari ini Agra masih punya perasaan yang dalam sekali terhadap aku. Aku nggak mau nyakitin dia, Tante."
Mendengar itu, Rani pun menganggukkan kepalanya.
Pada saat itu, Serlie keluar dari kamar seraya memanggil-manggil Aliya. Tak sengaja anak itu melihat sang ibu sedang bersama Rani di ruang tamu.
Rani pun tersenyum melihat anak perempuan yang sepantaran dengan cucunya itu.
"Dia anaknya Sandy, kan? Yang pernah hampir diculik waktu itu?" tanya Rani yang disambut anggukkan kepala oleh Aliya.
Rani pun segera memanggil Serlie untuk mendekat padanya. Setelah itu, Rani pun berlutut untuk menyamakan tingginya dengan Serlie.
"Kamu pasti sayang ya sama bunda kamu?" tanya Rani.
Serlie mengangguk.
"Kalo gitu jaga dia baik-baik, ya. Kamu tau kan kalo bunda kamu ini orang yang sangat baik?"
"Iya, Bunda adalah orang yang paling baik di dunia," ucap Serlie.
Rani pun langsung memeluk anak itu.
***
Hari ini, Aliya pergi menuju villa Agra untuk meminta maaf atas perlakuannya terhadap laki-laki itu kemarin. Dia mendapatkan alamat villa Agra dari anak buahnya yang kemarin menghubunginya untuk memesan catering.
Setelah sampai di villa yang cukup besar itu, dia melihat seorang tukang kebun lalu memanggilnya.
"Permisi Mbak, ada apa, ya?" tanya laki-laki paruh baya dengan logat khas Jogjanya.
"Begini Pak, saya mau ketemu sama Agranya ada?" tanya Aliya.
"Tuannya lagi pergi ke perusahaan barunya, Mbak. Katanya perusahaan itu mau diresmikan hari ini. Mbak masuk dulu, biar saya hubungi tuan."
Aliya tersenyum seraya mengucapkan terima kasih pada bapak itu. Dia kemudian masuk ke villa itu dan menunggu di ruang tamu. Tak lama, datang seorang perempuan paruh baya membawakan secangkir teh untuk dirinya.
Pak Jono kemudian menelepon Agra, laki-laki paruh baya itu segera berbicara saat teleponnya sudah tersambung.
"Assalamualaikum, ada apa Pak?" tanya Agra dari seberang sana.
"Waalaikumsalam. Ini Tuan, ada perempuan yang datang ke sini mencari Tuan," ucap pak Jono.
"Perempuan?"
"Iya, Tuan. Dia cantik, terus pakai jilbab dan tubuhnya tinggi ramping seperti model, Tuan."
"Oke, bilang sama dia saya akan segera sampai." Agra tahu bahwa yang disebutkan Pak Jono itu adalah ciri-ciri Aliya. Di tengah kesibukannya, dia rela meninggalkannya sementara demi Aliya.
Pak Jono kemudian menemui Aliya yang sedang duduk di ruang tamu dan mengatakan bahwa sebentar lagi Agra akan sampai di sana.
***
Bersambung...
![](https://img.wattpad.com/cover/124451826-288-k944149.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiblat Cinta [LENGKAP]
SpiritualMenikah dengan sepupu sendiri mungkin adalah hal yang sangat tabu di masyarakat. Tetapi, itulah yang terjadi pada Agrata Razzan Rahmatullah dan Aliya Shakaela Zanitha yang terpaksa menikah karena sebuah kesalahpahaman. Sifat yang sangat jauh berbeda...