Saking senangnya kau sampai melupakan tujuan awalmu menunggunya di toserba. Kini kau memandang pulpen bertuliskan Huang Renjun itu dengan tatapan menyesal.
Di sisi lain kau juga berpikir mengapa Renjun harus repot-repot menemuimu lagi hanya untuk memberimu sebuah buku. Lalu mengapa pula Renjun tahu bahwa kau akan menunggunya di sana.
"Soora, mikirin apa sih?"
Cepat-cepat kau sembunyikan pulpen milik Renjun itu ke dalam lokermu. "Tidak apa-apa."
Renjun, mengapa kau begitu membuatku penasaran sih?
***
Kau pulang sekolah lewat jalan yang melalui toserba. Bukan tanpa alasan, kau ingin melihat apakah ia ada di sana atau tidak.
Bagai pungguk merindukan bulan, kau tak menemuinya disana. Hei, tak ada kebetulan yang berulang-ulang bukan?
Dengan berat hati kau melewati toserba itu begitu saja saat kau tahu bahwa di luar sana tak ada sosok Renjun. Sembari mengeratkan tas ranselmu, tak ada habisnya kau merutuki dirimu sendiri.
"Hei!" seru seseorang di belakangmu.
Kau menoleh dan mendapati Renjun tengah tersenyum lembut kearahmu. Hari sebelumnya ia selalu memakai kemeja namun entah mengapa hari ini ia justru mengenakan setelan baju tidur. Hari belum larut untuk bersiap tidur. Dan hal itulah yang membuatmu terheran.
"Mengapa tidak menungguku?" tanyanya.
Kau mengernyit sesaat sebelum akhirnya memaksa mulutmu berkata. "Kau selalu datang menemuiku?"
Ia menghampirimu dan menyisakan jarak empat puluh senti. "Bagaimana mungkin aku melupakan gadis yang kutemui di depan toko sambil menangis? Kau tahu? Aku benci melihat orang menangis."
"Menangis itu hal wajar." ucapmu.
"Begitukah? Jadi wajar bila seseorang menangis karena batinnya terluka? Terluka karena orang terdekatnya?"
"Kau menyindirku?" jawabmu marah. Dengan perlahan kau menjauhinya. Kau usap air matamu kasar lalu berlari meninggalkannya.
Ia tak mengejarmu. Ia tetap bergeming di tempatnya sambil menatapmu nanar karena fisiknya tak memungkinkan ia untuk berlari.
Dengan berat hati ia berbalik seraya menatap punggung tangannya yang berlubang karena jarum suntik.
Tbc
∪ˍ∪
KAMU SEDANG MEMBACA
ESCAPE | Huang Renjun
Фанфик[COMPLETED] "Aku akan selalu bersamamu, Renjun." "Kau tak boleh bersamaku." "Mengapa?" "Hidupku, kau tahu kematian selalu mengikutiku." Dia kabur dan menghilang. Lalu bukankah 'dia' yang telah pergi tak akan pernah kembali? UPDATE SETIAP HARI SENIN...