Tak terasa hari ini adalah hari kelulusanmu. Semua teman-temanmu sibuk berfoto bersama, bercanda, dan saling membagikan bunga. Kau hanya tersenyum simpul memandang mereka satu per satu.
"Selamat Soora, atas kelulusanmu." ujar salah satu teman sekelasmu. Di hari kelulusan ini, temanmu itu menggerai rambutnya dan membuatnya sedikit bergelombang. Ia terlihat makin cantik. Kau tidak terlalu dekat dengannya, namun ia selalu baik kepadamu.
Kau hanya bisa tersenyum kecut memandangnya. "Terima kasih. Kau juga, selamat atas kelulusanmu, Yerim."
Ia memangguk semangat. "Aku akan lanjut ke sekolah kedokteran, mengikuti jejak Ayahku. Kalau kau?"
Yerim adalah anak yang cerdas di sekolah maka tak heran jika ia masuk fakultas kedokteran. Sedangkan kau adalah murid yang cukup pintar, peringkatmu selalu di bawah Yerim. Yah, tidak selalu di bawah Yerim, beberapa kali kau juga pernah di bawah Jaemin.
Jaemin dan Yerim selalu bersaing ketat untuk mendapatkan peringkat pertama, sedangkan kau selalu berada di peringkat tiga. Mereka berdua bersaing ketat karena mereka harus mengikuti jejak orang tuanya.
Yerim harus pintar karena Ayahnya adalah seorang Dokter terkemuka.
Jaemin harus pintar karena Ayahnya adalah seorang CEO. Ia adalah anak tunggal, jadi ia harus mampu mewarisi perusahaan Ayahnya itu.
Sedangkan kau? Ayahmu saja terkejut kau selalu bertahan di peringkat tiga.
Kau menggaruk tengkukmu yang tidak gatal. Bayanganmu harus ke mana setelah ini masih terasa abu-abu. Ayahmu memberi kebebasan padamu untuk memilih sendiri jurusan yang akan kau pilih nantinya. Ia memang tak memiliki cukup banyak uang, tapi katanya ia akan berusaha jika kau bersungguh-sungguh.
Awalnya kau sempat sanksi dengan ucapan Ayahmu, apalagi saat mengingat bahwa ia marah-marah ketika kau ketahuan membeli buku bekas. Teringat bahwa uang untuk membeli buku bekas itu bisa ia gunakan untuk membeli beras. Kau bergidik mengingatnya, tetapi Ayahmu telah meyakinkanmu bahwa ucapannya benar, ia juga telah banyak berubah sejauh ini.
Ia tak lagi sering marah dan memukulmu. Ia telah menjadi Ayah yang baik sekarang. Jujur, kau sangat bersyukur atas perubahan sifat Ayahmu.
Kau sendiri juga berinisiatif untuk mengikuti tes beasiswa untuk meringankan beban Ayahmu. Namun, jurusan apa yang akan kau ambil, rasanya masih sangat ragu.
"Hm, entahlah." jawabmu.
Yerim mengernyit mendengarnya. "Kau masih ragu ya?" tebaknya.
Kau mengangguk.
Yerim nampak berpikir sejenak, lalu sedetik kemudian ia berkata. "Bidang apa yang paling kau sukai? Atau bidang apa yang paling ingin kau ketahui? Mungkin dengan memikirkan hal tersebut, kau akan yakin memilih jurusan yang kau pilih."
Bidang apa yang paling kau sukai? Sejauh ini kau suka semua mata pelajara, porsinya sama. Tidak ada yang kau benci dan juga tidak ada yang paling kau sukai. Kau merasa nyaman belajar semua mata pelajaran.
Lalu bidang apa yang paling ingin kau ketahui? Yah, harus kau akui setahun terakhir ini sejak Renjun pergi, kau tertarik pada ilmu Psikologi. Kau banyak membaca tentang Psikologi untuk menemukan jawaban atas kesehatan mental Renjun dan cara pengobatannya.
"Psikologi." jawabmu mantap.
Mungkin ini adalah pilihan yang tepat. Meski Renjun tak akan pernah kembali, jika kau belajar Psikologi semuanya tak akan sia-sia. Dengan ilmu itu kau bisa mencegah adanya Renjun-Renjun lain di luar sana.
Penderitaan Renjun...
Cukup satu kali saja kau melihatnya. Jangan pernah ada Renjun lain di luar sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ESCAPE | Huang Renjun
Fanfic[COMPLETED] "Aku akan selalu bersamamu, Renjun." "Kau tak boleh bersamaku." "Mengapa?" "Hidupku, kau tahu kematian selalu mengikutiku." Dia kabur dan menghilang. Lalu bukankah 'dia' yang telah pergi tak akan pernah kembali? UPDATE SETIAP HARI SENIN...