31

712 115 5
                                    

Renjun menatapmu, sangat lama, tanpa berkedip. Lucas menoleh padamu, lalu Renjun, begitu terus.

Kau bahkan mengikuti permainan Renjun, tidak mengedip sama sekali. Ia akhirnya menyerah, menoleh pada salah satu dokter yang akan mengoperasinya dan dari gerak bibirnya aku tahu ia seperti berkata 'tolong operasi aku secepatnya'.

Setelah mengucapkan hal itu dua orang perawat menuju kaca besar di hadapanmu dan Lucas. Menutupnya dengan gorden hijau. Saat gorden itu menyisakan sedikit celah kamu melihat tatapan mata Renjun yang tajam. Mulutnya menyeringai, dan dari ekspresinya kamu tahu bahwa ia masih menjadikanmu mangsanya.

Gorden telah sempurna tertutup. Tubuhmu kaku, tak lagi bisa berpikir jernih. Jelas-jelas lewat tatapannya tadi Renjun sangat berambisi.

Kalau saja Lucas tidak menyuruhmu kemari maka Renjun tidak akan pernah mau di operasi dan akhirnya mati. Meninggalkanmu dengan kehidupanmu yang damai.

Kau mendongak menatap Lucas dengan tatapan datar. "Kau tahu mengapa Renjun tiba-tiba mau di operasi?"

Lucas menggeleng polos.

"Kau tahu arti tatapannya sesaat setelah ia berhenti berontak?"

Lagi-lagi Lucas menggeleng.

"Dia akan menyakitiku, Lucas."

Dahinya terlipat. "Maaf?"

"Dia akan membunuhku segera."

"H--hah?"

"Tanpa ampun."

"Soora..."

Kau terduduk, bersimpuh di hadapannya. Sekarang tubuhmu gemetar karena takut.

Kau mulai terisak. "Tolong aku, aku ingin lepas."

Lucas berjongkok, memegang pundakmu prihatin bercampur bingung. "Sebenarnya ada apa?"

"Renjun..."

"Ada apa dengan Renjun?"

"Dia tidak normal."

Lucas mengusap rambutnya kebelakang. "Aku sudah mengatakannya bukan sejak awal?"

Kau menggeleng kuat mencengkeram bahu Lucas. Menangis seperti orang gila di lorong ruang operasi. Kau takut. Takut hidupmu berakhir sia-sia ditangan orang biadab seperti Renjun.

"Dia sungguh tidak normal. Sepupumu itu psikopat!"

Lucas menggeleng pelan. Menurunkan tanganmu yang mencengkeram bahunya. Ia berdiri meninggalkanmu yang masih menangis bersimpuh dibawahnya.

"Renjun memang tidak normal Soora, ku akui itu. Tapi tidak-- dia bukanlah psikopat. Dia belum sampai di tahap itu."

Kai berdiri menatapnya marah.

"Aku sendiri yang memastikan bahwa Renjun selalu ke psikiater dan meminum obatnya. Kata dokternya, Renjun belum sampai ke tahap itu."

"Dia telah mencobanya padaku!"

"Itu hanya ketakutanmu, Soora. Maafkan aku yang menyuruhmu untuk membantu--"

"Renjun benar--"

Raut wajah Lucas berubah sedih. "Tolong, jangan ikutan gila, Park Soora..."

Sialan! Lucas menganggapmu gila dan menganggap sepupunya sendiri masih di dalam tahap normal?

Sebenarnya apa indikasi normal untuk keluarga ini?! Apa kau harus menghabisi mereka semua agar hidupmu bisa berjalan normal seperti yang kau harapkan?

Kau tidak tahan lagi dengan semua ini. Kau ingin lari, kabur, dan menghilang.

Hanya ada dua pilihan untuk mewujudkannya. Mereka yang mati atau kamu yang mati?


















Tbc
ˋ︿ˊ


Sadar ga sih kalian di chapter 28-29-30 aku nggak pakai kata kau malah pakainya kata aku.

Kelepasan banget aku nulisnya, maaf ya kalau tiba-tiba berubah. Tapi di chapter ini dst, bakal pakai kamu/kau/-mu lagi kok biar kalian ga lupa kalau di cerita ini kalian (para pembaca) berperan sebagai Park Soora.

ESCAPE | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang