23

772 110 5
                                    

Kelopak matamu mulai berair. Tak pernah sekalipun kau membayangkan pemandangan di depanmu itu. Ingin rasanya kau kembali ke rumah dan mendekam di dalam kamarmu selama-lamanya daripada harus menghadapi sikap gila Renjun.

Lucas terlihat gemetar dari tadi. Melihat gerak fisiknya saja kau yakin bahwa laki-laki itu tak tahu harus berbuat apa dalam menghadapi Renjun.

Dengan berani disertai sesenggukan yang tak terelakkan kau berkata pada Renjun,

"Kau adalah orang gila jika berani menyakiti Lucas. Ia sudah menyelematkanmu Renjun, ingat itu!"

Renjun bangkit. Hal itu sukses membuatmu dan Lucas bergidik ngeri. Sosok yang berdiri itu bukan Renjun yang biasanya, dia sudah berubah.

Renjun yang sekarang, sudi melakukan apapun meski harus membunuh seseorang.

Masih dengan sorot matanya yang tajam, Renjun berjalan perlahan mendekati gorden jendela. Disibaknya gorden itu hingga sinar mentari sanggup menerangi sebagian ruangan itu.

"Aku memang gila, Soora. Semua orang tahu itu." ujarnya dingin dengan pandangan lurus ke depan, melihat taman kosong diluar jendela.

Kau terdiam, kehabisan kata-kata. Lucas pun tak ingin menjawab pernyataan dari Renjun.

Ia mendecih, "Aku tahu bahwa aku gila dan konyol. Betapa lucunya aku menginginkan seorang teman yang benar-benar mengerti keadaanku."

Sial, dia menceritakan kisah pilunya lagi!

"Aku ingin mati, berkali-kali dalam sehari aku memikirkannya."

Tak lama setelah menyelesaikan kalimatnya, ia berbalik. Satu tangannya yang tadi ia gunakan untuk menahan gorden, kini ia lepaskan, membuat ruangan itu kembali gelap.

Dan mencekam.

Apalagi kini Renjun tengah berjalan mendekat kearahmu.

"Kematian selalu mengikutiku. Kematian dariku sendiri, Mama, atau bahkan Tuhan." ujarnya berbisik di telinga kananmu.

Kau bergidik, ingin sekali menampar Renjun karena muak dengan semua drama yang ia buat. Namun Lucas menahanmu dengan gerak bibirnya agar tak menyakiti Renjun.

Entahlah, Lucas mungkin juga ikutan gila! Bisa-bisanya dia mencegahmu untuk mempertahankan diri dari Renjun yang mungkin saja saat ini siap mencekik lehermu.

Jika seperti ini terus bisa-bisa kau ikutan gila!

"Tapi akhir-akhir ini aku sedikit berhenti berpikir tentang kematian, kau tahu mengapa?" tanyanya seraya menatap matamu dalam.

Tidak ada lagi tatapan tajam di sana. Yang kau lihat hanyalah wajah tampan Renjun dengan senyuman manis dan tatapan mata yang teduh.

Hatimu berdesir melihatnya. Renjun memang piawai memainkan drama dan membuat orang lain bimbang karenanya.

Ia mendekatkan wajahnya padamu. Sangat dekat hingga maju sedikit saja bibirmu bisa bersentuhan dengan bibirnya.

"Semua itu karena aku mengingat bukumu." lanjutnya.

Kau mengernyit. Buku apa yang Renjun maksud? Buku yang ia belikan padamu secara cuma-cuma itu?

"Buku?" tanyamu memastikan.

Renjun tersenyum makin lebar. "Ya. Buku bekasmu itu. Aku tidak membuangnya Soora."

Sontak kau menjauhkan wajahmu darinya. Kau takut, lebih takut dari tadi.

"Kugunakan buku itu sebagai sumber kekuatanku. Kau temanku, Soora. Kau yang membuatku berhenti memikirkan kematian. Jika aku menyakitimu, aku sendirilah yang akan hancur..."

Tak lama ia menoleh pada Lucas yang diam-diam telah menyimpan cutter milik Renjun.

"...tapi jika aku menyakiti Lucas, aku tak akan rugi. Lucas dan keluarganya hanya peduli pada Mama, bukan padaku. Mereka hanya kasihan padaku!"

"Renjun berhenti..." lirih Lucas ketika Renjun mulai mendekatinya.

Bagai tuli Renjun sama sekali tak menghentikan langkahnya. Lucas yang mulai merasa terancam segera mengeluarkan cutter itu dan menodongkannya pada Renjun.

"Bukan hanya kau yang bisa menyakiti orang lain, Renjun." ucap Lucas tegas.














Tbc
(╥_╥)

ESCAPE | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang