"Bodoh, Renjun! Kau benar-benar bodoh!" ujarmu seraya menghampirinya.
Tanpa rasa ragu sedikit pun kau mengambil cutter yang berada di genggaman Renjun. Kau gunakan cutter itu untuk memotong gorden jendela.
Meski potonganmu terlihat berantakan kau sama sekali tak peduli. Yang terpenting adalah keselamatan Renjun.
Dengan sigap kau balut luka Renjun dengan potongan gorden agar darahnya tak mengucur deras. Melihatmu panik, Renjun justru tertawa seperti orang gila.
Kau tak bodoh. Sedari tadi kau memanggil-manggil nama Lucas agar laki-laki tersebut bisa membantunya menolong Renjun.
"Mengapa kau menolongku?" tanya Renjun masih diselingi tawa gilanya.
Meski tanganmu bergetar membalut lukanya, kau tetap berusaha menjawab pertanyaannya dengan tenang.
"Agar kau selamat."
"Apa gunanya aku selamat?!"
Kau berhenti membalut luka Renjun. Ditatapnya lelaki di depanmu itu dengan nyalang.
"Kau hidup karena diberkahi Tuhan. Lalu kau ingin menyia-nyiakan berkahnya disaat orang lain sedang berjuang untuk hidup?!"
Renjun mendengus kesal. "Tuhan lagi, Tuhan lagi. Hey Soora, jangan munafik," ujarnya seraya menujuk dadamu.
Tatapan Renjun mulai berubah dan kau benci tatapan seperti itu. "Jujur saja, kau meragukan keberadaan Tuhan karena takdirmu yang seperti ini 'kan?"
Kau menepis tudingan Renjun. Dengan menahan amarah dan rasa takut kau menjawab. "Jangan samakan aku dengan dirimu!"
Dilepaskannya tanganmu yang tadi masih menggenggam sebagian kain untun membalut luka Renjun. "Lucas selalu mengajakku ke gereja setiap hari Sabtu. Aku hampir merasakan hidup seperti orang normal yang taat, tapi sikap Mama yang masih membenciku membuat berpikir bahwa Tuhan telah menelantarkanku. "
Kau menggeleng. "Tidak, bukan begitu."
"Kalau Tuhan sayang padaku dan selalu memberkahiku. Mengapa ia terus-terusan menyakitiku seperti ini? Apa aku harus mati dulu untuk menarik perhatianNya?"
PLAAKK!
Kau menampar keras pipi Renjun. Hal itu sukses membuatnya tertawa keras.
"Ayo Soora, kita mati saja."
Ucapan Renjun yang penuh penekanan itu ia barengi dengan menjambak rambutmu kuat. Sehingga sukses membuat matamu menatap sorot matanya yang penuh akan dendam.
Lucas, kumohon datanglah.
Tbc
(ಥ_ಥ)
KAMU SEDANG MEMBACA
ESCAPE | Huang Renjun
Fanfiction[COMPLETED] "Aku akan selalu bersamamu, Renjun." "Kau tak boleh bersamaku." "Mengapa?" "Hidupku, kau tahu kematian selalu mengikutiku." Dia kabur dan menghilang. Lalu bukankah 'dia' yang telah pergi tak akan pernah kembali? UPDATE SETIAP HARI SENIN...