41

677 105 0
                                    

"Soora, ayo kita pulang dulu." bujuk Jaemin setelah ia melihat jam tangannya. Waktu hampir menunjukkan pukul sebelas malam dan kau tetap tak berkutik sedikit pun dari ruang tunggu.

"Jaemin benar, Ayahmu sebentar lagi pulang jika kau dimarahi hanya gara-gara menunggu Renjun, aku yakin Renjun pun tak akan senang." sahut Lucas.

Kau menggeleng. Tubuhmu lesu, sebenarnya kau mengantuk tapi entah mengapa tubuhmu tak mau bergerak sedikit pun.

"Soora--"

"Kalau kau mau pulang ya pulang saja." ujarmu memotong ucapan Jaemin. Kau tidak membentaknya tapi cukup menekan setiap kalimatmu.

"Mana mungkin aku meninggalkanmu disini." jawab Jaemin dengan bibirnya yang sedikit menekuk ke bawah. Matanya terlihat merah, ia pasti juga mengantuk.

"Aku ingin menemani Lucas." jawabmu tegas.

Lucas berkata tegas. "Sebentar lagi Ibuku akan datang. Kau datanglah besok setelah operasi."

"Lalu bagaimana jika operasinya gagal? Aku tidak mau kembali kalau hanya melihat fotonya terpajang di antara jajaran bunga!" jawabmu ketus.

Jaemin mendesah. "Oke kalau itu maumu."

Kau bingung melihat Jaemin justru ikut duduk disampingmu. Ia tadi sudah berdiri, bersiap mengajakmu pulang.

"Aku juga akan menginap disini." lanjutnya seraya bersandar di kursi lalu menyedekapkan tangannya dan menutup matanya.

"Kau akan dicari kedua orang tuamu!" tegurmu pada Jaemin yang nampak santai.

Ia justru mengendikkan bahunya. "Ayahmu juga pasti akan mencarimu."

"Kau anak tunggal Na Jaemin!"

Jaemin dan Lucas justru mengernyit kearahmu. "Kau juga anak tunggal Park Soora!" tegur mereka bersamaan.

Kau tertegun sejenak. Ah, mereka benar juga.

"Tapi aku--"

"Apapun perlakuannya terhadapmu, Tuan Park tetap Ayahmu. Ia pasti akan khawatir saat pulang larut malam lalu tak menemukan dirimu di rumah." ujar Lucas lembut.

Kau menatap Jaemin lesu dan ia hanya menatapmu dengan tatapan polosnya. Ya, mereka benar, kau harus pulang malam ini dan kembali besok.

"Baik aku akan pulang."

Lucas dan Jaemin tersenyum lega mendengarnya.


***


Saat jam makan siang Jaemin langsung pergi menuju kelas sebelah untuk menemui kekasihnya. Kau tadi sempat menolak beberapa temanmu yang mengajakmu makan di kantin. Lalu sekarang justru kau menyesali keputusanmu. Cacing diperutmu mulai memberontak meminta diberi makan.

Akhirnya kau berjalan sendiri menuju kantin. Sudah biasa sebenarnya, hanya saja disetiap langkahmu menuju kantin hari ini kau selalu memikirkan Renjun. Lucas sama sekali belum mengabarimu. Kau sudah berusaha mengiriminya pesan dan menelepon, tetapi tak satu pun terbalaskan.

Perasaan khawatir mulai menggerayangimu, tetapi Jaemin tadi sempat berkata bahwa mungkin Lucas sedang sibuk hingga tak sempat membalas pesanmu. Cukup masuk akal sebenarnya karena disamping itu Lucas sendiri berstatus sebagai mahasiswa.

Sesampainya di kantin kau melenguh. Antreannya sangat panjang. Sepertinya hari ini banyak siswa yang memilih makan siang di kantin sekolah daripada di luar.

Bagaimanapun juga kau harus tetap makan.

Saat antre, Jaemin melambaikan tangan kearahmu. Kau balas tersenyum tipis kearahnya. Ia duduk sendirian disana, tetapi masih ada tempat makan lain dihadapannya, sepertinya kekasih Jaemin sedang pergi sebentar.

Jaemin justru merengut mendapat balasan senyum darimu. Ia segera bangkit dan berjalan kearahmu.

"Ayo makan." ajaknya.

"Aku masih antre." jawabmu singkat. Hei, tidakkah ia melihat bahwa kau masih memegang nampan kosong?

"Kau 'kan lihat sendiri, di depanku ada nampan yang isinya masih utuh."

Kau mengernyit. "Punya kekasihmu?"

Jaemin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bersamaan dengan itu ia tetap berdiri disampingmu meski antrean terus berlanjut. "Yah, seharusnya aku makan dengannya. Tetapi tadi ia mendapat panggilan dari ketua klub teater dan ia harus datang."

"Kalau dia kembali, bagaimana?" tanyamu. Meski kau dan kekasihnya saling kenal tetap saja kau tak enak memakan apa yang seharusnya miliknya.

"Ia sendiri yang bilang bahwa makanannya untukmu saja. Kau mau aku makan sendirian? Seperti dibully tahu." rajuk Jaemin.

Kau mendesah panjang. "Baiklah."

Kau segera mengembalikan nampan ditempatnya dan segera menuju meja yang ditempati Jaemin. Baru saja kau makan beberapa sendok tiba-tiba ponselmu berdering.

Kau membelalak melihat nama yang tertera di panggilan masuk itu.

"Siapa?" tanya Jaemin penasaran.

"Lu--Lucas." jawabmu terbata.

"Cepat angkat!" ujarnya tegas.

Kau mengangguk dan segera menjawab telepon Lucas. Melihat ekspresimu yang tiba-tiba berubah membuat Jaemin menghentikan aktivitas makannya.

Saat kau mengakhiri telepon, ia segera bertanya. "Ada apa?"

"Aku harus izin untuk pelajaran berikutnya." jawabmu datar tanpa ekspresi.

"Ke--kenapa?"

"Aku harus menemui Renjun sekarang." ujarmu seraya bangkit dari kursi. Kau segera keluar dari kantin namun Jaemin terus mengejarmu.

"Soora ada apa?!" teriak Jaemin dibelakangmu yang kelelahan mengejarmu.

Kau berhenti. Menoleh sebentar ke arah Jaemin.

"Intinya aku harus ke rumah sakit sekarang." jawabmu tegas.

















Tbc

◐.̃◐

ESCAPE | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang