35

711 109 4
                                        

Dengan ditemani Lucas kau datang menuju ruangan Renjun. Kakimu bergetar setiap menapakkan satu kaki di lantai rumah sakit yang terasa dingin meski kau telah menggunakan alas kaki. Lucas diam sejak tadi, entah apa yang sedang dipikirkannya.

Saat kalian sampai di pintu ruangan Renjun di rawat, tangan Lucas hanya mengambang di gagang pintu. Terdiam seolah tak memiliki keberanian untuk membukanya.

Huh, yang benar saja. Membuka pintu itu sama saja membuka kuburanmu sendiri.

"Kubuka sekarang, ya?" tanya Lucas ragu. Sejak percakapan kalian tadi pemuda itu jadi sering ragu dan raut wajahnya selalu tampak sedang berpikir keras.

Kau senyap sejah tadi. Tapi tatapanmu masih sama,

tajam.

Lucas mengerjap lalu menghela nafasnya berat. "Jujur aku tidak begitu mengerti dengan ucapanmu tapi--"

CEKLEK...

Kau dan Lucas otomatis menoleh ke arah pintu yang tiba-tiba terbuka. Saat kepala itu menyembul, Renjun menatap kalian dengan pandangan kosong.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanyanya dingin. Wajahnya tanpa ekspresi dan pucat. Tanganya tampak lunglai dengan selang infus yang menempel di punggung tangan kirinya.

"Tidak ada." jawab Lucas cepat.

"Aku tidak suka kalian membicarakanku di belakang." katanya dengan menatapmu tanpa ekspresi.

Kau balas menatapnya dengan pandangan tajam --sama seperti saat menatap Lucas--dan penuh kebencian. Dari ucapannya saja rasanya kau ingin menendang perut Renjun. Bagaimana mungkin ia berkata seperti itu dengan begitu mudah? Memangnya dia siapa berani memerintahmu seperti itu?!

"Tapi kami sudah terlanjur membicarakanmu." jawabmu yang sama sekali tidak di duga Lucas. Pemuda itu lekas menoleh padamu dengan matanya yang membulat sempurna.

"Anu, Renjun bukan seperti..."

"Oh, begitukah?" tanyanya dengan memotong ucapan Lucas yang masih canggung dengan suasana tegang ini.

Kau mengangguk pelan lalu menyeringai melihatnya.

Renjun menanggapimu dengan ikut menyeringai. "Ah, sepertinya kita salah ya, Soora?"

"Kita?" jawabmu sangsi.

"Aku menyukaimu lho. Kau juga bukan?"

Kau mendelik tak percaya. Bagaimana mungkin Renjun tahu?

"Sayangnya hubungan kita ini berada di jalan yang salah."

Kau diam. Lucas juga. Jujur saat ini kau sedang menerka kalimat apa yang selanjutnya ia lontarkan.

"Mau berpindah ke jalan yang benar?" tawarnya dengan senyuman tulus.

Kau sempat terlena sekejap tetapi otakmu segera menyadarkanmu bahwa dibalik senyuman tulus itu terdapat seringaian iblis yang kejam.

Tetapi mungkin saja tawaran Renjun ini benar-benar tulus bukan?

Ya Tuhan, apa yang harus kujawab sekarang?

Salah menjawab pertanyaan Renjun maka nyawamu jadi taruhannya.



















Tbc

Σ( ° △ °)

ESCAPE | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang