Setelah melihat Lucas, Ayah sontak menoleh padaku. Dengan sigap kukembalikan vas bunga itu di nakas. Jika tidak, mungkin akulah yang akan mati lebih dulu saat melawan Ayah.
"Siapa dia?" tanya Ayahku tajam.
Lucas segera masuk, membungkukkan tubuh sebagai tanda hormat. "Saya Wong Lucas. Sepupu dari Huang Renjun, teman anak Anda."
Lengang sejenak.
"Ah, pemuda kurus itu? Yang kecelakaan gara-gara putriku?"
Aku melotot. Lucas mengernyit. Ayahku selalu seperti itu, disetiap kejadian yang melibatkanku dan orang lain ia pasti dengan mudahnya menuduhku. Apapun penjelasanku, itu tak akan pernah merubah kesimpulan dari Ayahku.
Lucas mengangguk kaku.
"Bolehkah saya membawa putri Anda sebentar Tuan Park? Ada beberapa hal yang ingin saya bicarakan." tanyanya sopan.
Rahang Ayah mengeras. "Tidak."
"Maaf?"
"Aku harus segera membawanya pulang. Tunggakan biaya rumah sakit tak bisa kutanggung."
Lucas mendekat pada Ayah. "Keluarga kami yang akan bertanggung jawab atas insiden ini. Kecelakaan ini bukan salah Soora."
Ayah bergeming, ia menatapku sejenak lalu berkata. "Baiklah."
Lucas mengulurkan tangannya padaku. "Ayo."
Aku menatapnya tajam lalu membungkuk pada Ayahku untuk memberi salam. Di lorong rumah sakit kami lebih banyak diam. Aku sendiri tidak berminat bertanya kemana ia akan membawaku pergi.
Lalu tibalah kami di depan pintu bertulisan 'Ruang Operasi'. Aku menoleh pada Lucas karena tidak segera melangkahkan kakinya. "Kenapa berhenti?"
"Ini tujuanku mengajakmu kemari."
Lucas beranjak beberapa langkah dari pintu ruangan menuju samping kiri. Disana ada kaca besar yang digunakan untuk melihat operasi. Gorden di kaca itu masih belum di tutup sehingga dari luar aku dapat melihat Renjun tengah berontak. Sekitar enam dokter beserta perawat berusaha keras menahan pergerakannya yang semakin menjadi-jadi.
Lucas menunduk karena aku lebih pendek darinya, tatapannya pilu. "Dia tidak mau di operasi, Soora."
Aku bergeming, tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Aku menunduk menatap darahku yang telah berhenti mengucur akibat cabutan infus paksa dari Ayah. Aku tidak merasakan apapun, bahkan kesedihan Lucas tak mampu membuat hatiku berdesir.
"Kenapa?" tanyaku pada akhirnya.
"Katanya untuk apa di operasi? Bukan tubuhnya yang sakit, tapi hatinya sudah terlanjur hancur, tak mungkin bisa disusun kembali."
Saat itu juga Renjun berhenti berontak. Menatapku langsung lewat kaca besar di tembok ruang operasi.
Tbc
Q_QAloo? Sekarang aku usahakan buat update setiap hari Senin dan Jumat ya.
So, silahkan tunggu setiap hari Senin dan Jumat 😉

KAMU SEDANG MEMBACA
ESCAPE | Huang Renjun
Fanfiction[COMPLETED] "Aku akan selalu bersamamu, Renjun." "Kau tak boleh bersamaku." "Mengapa?" "Hidupku, kau tahu kematian selalu mengikutiku." Dia kabur dan menghilang. Lalu bukankah 'dia' yang telah pergi tak akan pernah kembali? UPDATE SETIAP HARI SENIN...