Setelah membalut luka di tangan Renjun kau tetap disampingnya tanpa ada niat untuk mengembalikan kotak obat itu ke dalam almari. Kau prihatin dengan kondisi Renjun saat ini.
Ia hanya diam mematung dan menatap kosong kedepan. Nyawanya seolah melayang meninggalkan raganya disini bersamamu.
Kau memberanikan diri mengusap punggungnya meski ragu.
Kadang kau bingung sendiri dengan perasaanmu terhadap Renjun. Di satu sisi kau takut namun di sisi lain kau merasa kasihan pada kondisi Renjun yang tak jauh lebih baik darimu.
"Bagaimana kalau kita keluar?"
Renjun masih diam seolah tak mendengarmu sama sekali.
"Cuaca hari ini sayang untuk dilewatkan." ujarmu lagi berusaha menarik atensinya.
Tetapi, Renjun hanya memberimu respon yang sama.
"Renjun jangan membuatku bingung seperti ini..." tuturmu putus asa.
Melihat Renjun seperti ini membuat hatimu ikut merasakan sakit yang sama. Tanpa kau duga, kau menangis di pindah Renjun.
"Ayo." jawab Renjun datar dan hal itu sukses membuatmu langsung menghapus air matamu secara kasar.
"Kau mau kemana?"
"Surga."
"Maaf?"
"Ayo kita mati bersama. Aku sudah bosan hidup."
Rasa takut kembali menjalari hatimu.
Tbc
(๑•́₋•̩̥̀๑)
KAMU SEDANG MEMBACA
ESCAPE | Huang Renjun
أدب الهواة[COMPLETED] "Aku akan selalu bersamamu, Renjun." "Kau tak boleh bersamaku." "Mengapa?" "Hidupku, kau tahu kematian selalu mengikutiku." Dia kabur dan menghilang. Lalu bukankah 'dia' yang telah pergi tak akan pernah kembali? UPDATE SETIAP HARI SENIN...