"Mengapa ia menemuimu?"
Jaemin menggaruk tengkuknya dan dahinya mengernyit bingung. "Aku sendiri tidak tahu, Soora."
Kau masih diam, menunggu temanmu itu untuk menjawab.
"Dia mendatangi rumahku dengan keadaan kacau... mungkin?" jawabnya ragu.
"Kacau bagaimana?" tanyamu. Saat Jaemin meninggalkanmu di roodtop tadi sepertinya ia baik-baik saja selain menyesal. Justru kau-lah yang kacau.
Apa mungkin Renjun melukai dirinya sendiri sebagai gantinya?
"Wajahnya sembab sekali bahkan matanya hampir tidak terbuka. Apa kalian bertengkar?"
Kau menggeleng cepat.
"Rambutnya juga acak-acakan."
"Aku tidak bertengkar dengannya. Dia hanya mengucapkan salam perpisahan padaku."
"Apa kau mengucapkan sesuatu hal yang melukainya?"
Kau memicingkan mata pada Jaemin. Kau mencondongkan tubuhmu padanya dan menatap tepat pada manik hitam milik temanmu itu. Jaemin yang terkejut dengan gerakanmu yang tiba-tiba segera menggerakkan tubuhnya ke belakang.
"Kau lihat mataku?" tanyamu sarkas padanya.
Jaemin mengangguk takut.
"Akulah yang kacau Na Jaemin bukan dia!"
"Ak—aku tidak, ti—tidak menuduhmu." jawab Jaemin tergagap.
"Kau memang tidak menuduhku tapi dari pertanyaanmu, kau seolah-olah berkata bahwa akulah yang membuatnya menjadi menyedihkan!"
Jaemin menarik nafas panjang lalu membuangnya perlahan. "Baik. Maafkan aku."
Kau mendengus lalu menarik tubuhmu kembali. Kau kasihan sebenarnya pada Jaemin yang tidak tahu apa-apa tetapi menjadi tempat pelampiasanmu seperti ini.
"Kapan dia menemuimu?"
"Tepat sebelum aku datang ke rumahmu."
Kau membelalak. "Malam ini?"
Jaemin mengangguk. "Tepat jam 7 kalau tidak salah."
Kau bergeming berusaha memikirkan apa yang sebenarnya Renjun inginkan. Dia berkata padamu bahwa ia akan pergi jauh.Tapi mengapa jam tujuh malam ia masih berada disini?
Yang dia maksud 'pergi' itu apa sebenarnya?
"Apa yang dia katakan padamu?" tanyamu pada akhirnya.
Jaemin mengendikkan bahunya. "Yah ucapan biasa sebenarnya. Seperti saat kau sedang jatuh cinta."
"Maksudmu?"
" Kurang lebih begini 'Tolong jaga Soora selagi aku pergi. Jangan sampai dia disakiti oleh orang lain, ia hanya butuh seseorang untuk melindunginya.'" jawab Jaemin seraya mengubah suaranya. Tidak seperti Renjun tapi cukup lucu untuk di dengar.
"Benar dia berkata begitu?" tanyamu tak percaya. Bagaimana mungkin kau mudah percaya setelah apa yang selama ini Renjun lakukan padamu? Kau bukan gadis polos yang mudah percaya, kau berbeda!
Jaemin memutar kedua bola matanya. "Untuk apa aku berbohong? Mana sudi aku berbohong jika aku harus merelakan waktu belajarku untuk datang kemari."
Benar juga, rumahmu dan rumah Jaemin jaraknya lumayan jauh dan semenjak kau berteman dengannya tak sekali pun kau merasa dibohongi olehnya. Jaemin cukup jujur tidak seperti lelaki lain. Bahkan dia sangat sabar dalam menghadapi perilakumu yang kadang bisa berubah menjadi menyeramkan secara tiba-tiba. Maka dari itu kau sangat mempercayai Jaemin lebih dari kau mempercayai ucapan Ayahmu.
"Apa dia menyuruhmu datang kemari?"
"Tidak juga. Aku yang berinisiatif sendiri karena kupikir kau harus tahu." jawabnya lembut.
Kau mendengus, tidak tahu harus berbuat apa setelah ini. Renjun begitu banyak menyimpan rahasia. Hingga detik ini pun kau tak tahu kemana ia membawa semua teka-teki ini.
Salam perpisahan Renjun tadi siang bukanlah akhir. Mungkin ia tengah menyusun skenario baru yang tak kau ketahui. Dia bisa menjadi manusia yang cukup sadis hingga tak punya rasa belas kasih tetapi ketika ia menyesali perbuatannya ia seperti manusia paling menyedihkan yang pernah ada.
Kau sendiri tak tahu mengapa kau bisa jatuh dalam perangkapnya, terlebih kau justru mencintainya. Walaupun Renjun berkata bahwa ia mencintaimu, tetapi apa benar demikian?
Bagaimana kalau ini adalah bagian dari rencana?
Bagaimana jika ucapannya pada Jaemin memiliki arti lain? Seperti mengatakan bahwa kau tak boleh percaya pada orang lain selain dirinya, maka dari itu ia menyuruh Jaemin untuk menjagamu agar Jaemin tahu kau dekat dengan siapa saja. Lalu pada akhirnya Renjun akan mengancam Jaemin yang tidak tahu apa-apa untuk membeberkan semua yang ia lihat selama Renjun 'pergi'. Bukankah siklus hidupnya selalu seperti itu?
Bersahabat, lalu berubah menjadi sosok yang sangat jahat, kemudian akhirnya ia menyesali, begitu terus tidak berubah.
Kau menggeleng kuat-kuat, berusaha menyadarkan dirimu. Kemungkinan terburuk yang kau pikirkan itu membuat bulu kudukmu merinding sejenak. Kau berharap semoga hal itu tidak pernah terjadi.
Semoga Renjun benar-benar telah menyadari kesalahannya,
Dan berubah menjadi manusia yang baik.
Tiba-tiba sesuatu hal terlintas di pikiranmu. Dengan cepat kau menoleh pada Jaemin dan menanyakannya. "Saat Renjun menemuimu tadi, pakaian apa yang ia kenakan?"
Jaemin nampak berpikir sejenak. Sepertinya ia sedang berusaha mengingat.
"Piyama."
Ah, benar.
Sial, seharusnya kau menyadari ini dari awal.
Seharusnya kau tahu apa maksud ucapan Renjun di rooftop tadi.
Kau segera bangkit dari dudukmu lalu mengunci pintu rumahmu. Kau menoleh sejenak pada Jaemin yang kebingungan. "Ayo temani aku."
"Kemana?"
"Ke tempat Renjun berada."
Tbc
Tugas dari guru banyak banget ini semenjak adanya sekolah online, kalian juga gitu ga?
Kalian yang di rumah tetap jaga kesehatan ya. Mari kita jaga diri masing-masing😊
KAMU SEDANG MEMBACA
ESCAPE | Huang Renjun
Fanfic[COMPLETED] "Aku akan selalu bersamamu, Renjun." "Kau tak boleh bersamaku." "Mengapa?" "Hidupku, kau tahu kematian selalu mengikutiku." Dia kabur dan menghilang. Lalu bukankah 'dia' yang telah pergi tak akan pernah kembali? UPDATE SETIAP HARI SENIN...