"Sialan!" umpat Renjun marah pada Lucas yang masih menodongkan cutter padanya meski tangan itu nampak bergetar hebat.
Ditepisnya cutter itu dari tangan Lucas hingga tangannya terpelanting. Namun cengkraman Lucas pada cutter itu lebih kuat dari tepisan Renjun.
Geram dengan semua itu, Renjun kembali menghadap Lucas dan tanpa ragu meninju wajahnya. Lucas mengaduh kesakitan karena jujur saja ia sama sekali tak tahu menahu tentang bela diri apapun.
Melihat Lucas yang langsung lemas dalam sekali pukul, dengan sigap Renjun menginjak pergelangan tangan kanan Lucas yang masih menggenggam cutter.
"AKHHHH!!"
Renjun tak mengindahkan teriakan kesakitan Lucas. Ia justru tertawa senang seraya menekan kuat kakinya pada pergelangan tangan Lucas.
Kau tak bisa menolong Lucas. Tubuhmu terlalu lemas melihat kejadian di depanmu itu hingga tak sanggup untuk berdiri.
Meski sama tak warasnya, Ayahmu tak pernah bertindak segila Renjun. Paling-paling ia hanya memukul dan menendangmu jika sedang marah besar.
Tangan satunya yang bebas Lucas gunakan untuk menarik kaki Renjun disertai bantuan kakinya yang panjang. Ditendangnya kaki Renjun hingga membuat sang empunya oleng.
Hanya oleng sedikit dan ia berhasil menjaga keseimbangan lagi. Merasa Lucas masih berani melawan segera ia merunduk dan menghajar wajah Lucas berkali-kali.
Kini kedua kakinya ia gunakan untuk menginjak kedua pergelangan tangan Lucas.
"Renjun, cukup," ujar Lucas lirih berusaha mengembalikan kesadaran Renjun.
Namun saudaranya itu justru menyeringai lebar melihat Lucas kesakitan.
Tangan kanan Lucas yang sejak awal telah diinjak Renjun perlahan mulai mati rasa. Tangannya yang semula menggenggam cutter dengan erat kini mulai melemas. Telapak tangannya otomatis membuka.
Melihat hal itu Renjun langsung mengambil cutter itu dan ganti menodongkannya ke arah Lucas. Tak tanggung-tanggung, ia langsung mengarahkannya ke leher Lucas.
Kau yang sejak tadi terdiam dan memikirkan cara aman untuk kabur dari Renjun, segera bangkit. Dengan cepat kau tendang tangan Renjun hingga cutter itu jatuh dan menelusup masuk ke dalam sofa.
Renjun menoleh dan menatapmu nyalang. Ia bangkit dan dengan marah memojokkanmu ke arah tembok. Dilingkarinya lehermu dengan kedua telapak tangannya bersiap untuk mencekik.
Kau yang sejak tadi menangis keras sama sekali tak membuat Renjun iba. Laki-laki itu memang gila, tadi ia menyebutmu teman lalu sekarang bersiap mencekikmu seolah-olah kau musuhnya.
"Aku sudah bilang bahwa aku tak ingin menyakitimu! Kau sendiri yang membuatku ingin menyakitimu!" teriaknya marah di depan wajahmu.
"Renjun to--tolong, jangan seperti ini..." ujar Lucas lemas karena menahan rasa sakit di hampir semua tubuh bagian atasnya.
Renjun tak menghiraukan ucapan Lucas. Ia masih menatapmu tajam, sangat tajam.
"Aku ingin kau menjadi temanku tetapi kau justru menghalangiku!" ujarnya.
Ditengah tangismu kau mendecih. "Teman macam apa yang membiarkan temannya membunuh saudaranya sendiri?"
"Aku tidak berniat membunuh Lucas,"
"TAPI KAU MENYAKITINYA!" balasmu teriak hingga membuat Renjun membulatkan matanya.
"Kau pikir adikmu yang kau sayang hingga bolpoinnya kau jaga dengan sungguh-sungguh itu senang melihat kakaknya berubah menjadi monster?!" lanjutmu berapi-api tak menghiraukan tangan Renjun yang makin erat mencekikmu.
Mata Renjun mulai memerah dan kau lihat pelupuk matanya telah penuh dengan air mata. Cepat-cepat ia melepas tangannya dari lehermu. Namun sebagai gantinya ia menamparmu dengan keras.
PLAKK!
"Kau jahat, Soora..." ujarnya lirih menatapmu marah dengan air mata yang telah jatuh di pipinya.
Sebenarnya kau tak tega menghentikan Renjun dengan cara mengungkit masa lalunya. Tapi hanya ini cara aman yang terlintas di kepalamu untuk menyelamatkan dirimu dan Lucas.
"Kau lebih jahat dariku." ujarmu seraya memegangi pipi kirimu yang masih panas akibat tamparan Renjun.
Ia tak menjawab pernyataanmu dan memutuskan untuk pergi meninggalkan ruangan. Entah kemana ia, kau tak ingin mengejarnya.
Dengan cepat kau membantu Lucas untuk duduk dan mengecek keadaannya. Saat kau ingin membantu Lucas, lelaki itu justru berkata,
"Kejar Renjun, setelah ini ia mungkin akan melakukan hal yang lebih gila lagi."
Tbc
(T_T)
KAMU SEDANG MEMBACA
ESCAPE | Huang Renjun
Fanfiction[COMPLETED] "Aku akan selalu bersamamu, Renjun." "Kau tak boleh bersamaku." "Mengapa?" "Hidupku, kau tahu kematian selalu mengikutiku." Dia kabur dan menghilang. Lalu bukankah 'dia' yang telah pergi tak akan pernah kembali? UPDATE SETIAP HARI SENIN...