2. Keputusan

1.5K 128 2
                                    


"Lu mau gak jadi pacar gua?" Gumam Tayesya.

Arthur angkat bicara dan berkata, "Sekitar 2 menit lagi bel istirahat selesai dan sebaiknya anda pergi ke kelas karena Pak Roni sebentar lagi masuk ke kelas anda. Menurut murid yang lain Pak Roni guru yang paling tepat waktu." Arthur tetap fokus membaca buku dan menjawab dengan nada dingin.

"Jawabannya?" Tanya Tayesya dengan kebingungan

"Saya sedang tidak ingin menjawab pertanyaan tersebut, seharusnya anda tau kesempatan anda sejak awal 0,001% dan anda ini sepertinya sudah buta dengan cinta." Jawab Arthur dengan nada yang datar dan wajah yang semakin dingin.

"Berarti di tolak?" Tanya Tayesya dengan lugu.

"Udah tau di tolak, malah nanya." Ucap Kyle dengan tersenyum jahat.

"Lu gak mau masuk ke kelas? Kayaknya Pak Roni udah sampai tangga kelas lu." Timpal Bima dengan menaikkan sebelah alisnya sambil menatap Tayesya yang menundukkan kepalanya sebentar karena tersipu malu oleh tatapan Bima.

"Udahlah biarin aja yang penting lu udah ngasih saran ke dia. Bim, Thur mendingan kita ke kelas aja, lagipula juga semenit lagi bel istirahat selesai." Ajak Kyle dengan berdiri terlebih dahulu dan mengabaikan Tayesya.

Arthur berdiri sambil terus membaca buku. Memang sejak dari SD Arthur sering membaca buku sambil berjalan dan di kanan kirinya selalu di dampingi oleh Kyle dan Bima.

"Bubar woy! Dasar cewek, liat yang gantengnya luar biasa langsung pada ngumpul." Sergah Kyle yang membuat beberapa murid perempuan yang sedang melamun terkejut.

Sebagian murid perempuan ada yang menatap Kyle dengan jengkel dan sebagian lagi pergi menjauh.

Bima, Arthur, dan Kyle berjalan di sisi Lapangan basket yang lumayan ramai oleh murid-murid laki-laki yang sedang begitu semangat memasukkan bola basket ke dalam ring.

"Mau apalagi?" Tanya Kyle dengan berdecak kesal kepada Alfa yang tiba-tiba menghadang mereka.

"Mau ngomong lah sama si Raja Kelas lu." Ucap Alfa sambil memutar bola matanya dengan malas.

"Penting atau basa-basi aja?" Tanya Bima

"Kepo amat lu, emangnya gua harus ngejawab pertanyaan kalian berdua?"

"Harus!" Jawab Kyle dan Bima secara bersamaan.

"Emang lu berdua tuh kayak malaikat Munkar dan Nakir."

"Gak lucu PEA." Kata Kyle.

"Jangan banyak basa-basi deh, mendingan lu to the point aja mau ngomong apa!" Tegas Bima.

"Lu tau kan cewek yang namanya Ta-" perkataan Alfa terpotong oleh bel selesai istirahat.

"Apa?!" Tanya Kyle.

"Ye-" ucapan Alfa terpotong oleh bel yang berbunyi kembali.

"Apa?! Gak kedengaran PEA." Kyle memajukkan indra pendengarannya ke depan.

"Sya!" Teriak Alfa.

"Mendingan lu liat ke arah Lapangan basket." Perintah Kyle.

"Buat?" Tanya Alfa dengan heran.

"Lu liat aja."

Alfa melihat ke arah Lapangan basket dan tiba-tiba...

Buk!

Boleh basket menghantam wajahnya begitu keras dan membuat Alfa pingsan tergeletak di hadapan Bima, Arthur, dan Kyle.

"Gimana bantuannya? Lumayankan?"

"Jadi lu yang ngelempar bolanya? Thanks bro. Lumayan lah." Ucap Kyle sambil menepuk pundaknya Adrian. Adrian adalah tetangga rumah Kyle.

"Mendingan kita tinggalin aja nih bocah yang malah asik tidur." Ujar Bima.

"Bro, lu mau bareng kagak?" Tanya Kyle ke Adrian yang masih memantulkan bola basketnya.

"Duluan aja, gua mau naro bola basket dulu." Jelas Adrian.

"Thanks bro, buat bantuannya."

"Santai aja."

Mata Arthur masih fokus membaca buku dan tidak terlalu memperhatikan kejadian yang tadi.

Bima, Arthur, dan Kyle harus mengitari Alfa yang masih pingsan tergeletak di depan mereka.

*****

Bima, Arthur, dan Kyle duduk di bangku gerbang sekolah untuk menunggu sopir mereka masing-masing karena sudah waktu pulang.

"Thur, gua besok ada hadiah buat lu. Karena lu suka sejarah, jadi hadiahnya berkaitan dengan sejarah." Kata Bima memulai perbincangan.

"Buat gua?" Tanya Kyle

"Tenang aja buat lu juga ada."

"Thanks, Bim." Ucap Kyle.

"Terima kasihnya besok aja. Tuh jemputan kita datangnya pada barengan."

Arthur memasuki mobilnya yang berwarna hitam sambil menggenggam bukunya.

"Gimana den Arthur sekolahnya?" Tanya Pak Dio sambil menoleh ke belakang.

"Gak ada yang berkesan untuk hari ini, semua masih seperti dulu." Arthur menyandarkan punggungnya ke jok mobilnya dan memalingkan wajahnya ke jendela mobil.

"Wajar aja, mana ada perempuan yang gak suka sama den Arthur." Pak Dio mulai menyalakan mobil dan memindahkan gigi mobil.

Arthur tidak menanggapi perkataan Pak Dio dan kembali membaca buku yang sempat tertunda.

Semua buku-buku yang pernah Arthur baca di ambil dari lemari buku milik ayahnya, Elvano. Ayahnya Arthur adalah seorang Penulis sejarah, sedangkan ibunya, Ana adalah profesor.

*****

Follow Instagram: basztian11.2

Raja KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang