Saya memang tidak bisa menjelaskan rencana saya sekarang, karena saya masih belum memahami diri ini yang terkadang bersikap misterius.
—Arthur—BRAK!
Zaiyan membanting sekumpulan
kertas yang terlapisi plastik fotokopian transparan tersebut tepat di meja guru yang masih kosong.Sontak seluruh murid yang berada di kelas langsung terkejut dan menatap Zaiyan dengan tatapan yang beragam.
"PENGUMUMAN-PENGUMUMAN!" Pekik Zaiyan dengan lantang hingga terdengar ke meja Van yang saat itu berada di pojok kanan belakang. "Gua berdiri disini hanya ingin menyampaikan sebuah pengumuman gawat darurat yang berisi kabar baik dan kabar buruk."
Zaiyan menopang kedua tangannya di atas meja, kemudian berkata, "Kabar baiknya, Pak Mahmud hari ini gak masuk kelas!"
Seketika suasana kelas yang tadinya sangat serius langsung berubah menjadi perpaduan antara suasana pasar dan suasana konser musik.
"ALHAMDULILLAHHHHH GAK ADA SIRAMAN ROHANI!" Ujar Bentang paling lantang sambil memukul-mukul meja dengan semangat.
"ALHAMDULILLAHHHHH JUGA GUA UNTUK SEMENTARA GAK BAKALAN KENA SINDIRAN MAUT!" Sahut Dero, murid yang paling nakal di kelas dan selalu menjadi bahan sindiran Pak Mahmud. Kasihan.
"Santai..., santai...." Sela Zaiyan. "Itu baru kabar baiknya, kabar buruknya ada di kertas ini." Ujar Zaiyan sambil menepuk plastik fotokopian yang berisi sekumpulan kertas penting.
"Jangan bilang kalau isi kertas itu soal-soal ulangan terus kita semua disuruh ngerjain dengan diawasi CCTV!" Terka Van yang pemikirannya terlalu out of the box, namun mungkin saja bisa terjadi karena kelas dilengkapi CCTV.
"Jangan ngadi-ngadi lu," cibir Dinar sambil mengipasi dirinya. "Kalau punya mulut tuh dijaga! Udah tau ucapan adalah doa." Sindir Dinar yang sepertinya sudah mewarisi mulut Pak Mahmud.
"Bener tuh kata Dinar! Emangnya kalo sekarang ulangan nilai lu bakalan bagus, ha? Nilai ulangan hasil nyontek aja bangga!" Tambah Laudia yang tak kalah menusuk seperti ucapan Pak Mahmud.
"Mendingan jadi tukang nyontek, daripada jadi cewek yang gak ada otaknya pas liat Arthur." Balas Van yang langsung mendapatkan pelototan dari Dinar dan Laudia. "Katanya punya otak, tapi kok malah langsung nembak? Udah gitu ditolak lagi!" Ledek Van yang semakin menjadi-jadi.
Sedetik kemudian suasana kelas langsung dipenuhi gelak tawa dan membuat Dinar serta Laudia seperti semakin tidak ada harga dirinya dihadapan teman-teman sekelasnya.
Di kelas, Dinar dan Laudia terkenal akan kepintarannya karena setiap semester mereka saling memperebutkan dan bertukar posisi sebagai ranking 1.
Namun anehnya mereka berdua selalu terlihat akur dan tidak pernah saling menjatuhkan dengan cara curang ataupun saling menusuk dari belakang.
Di sekolah Dinar juga terkenal karena dirinya adalah seseorang yang menjabat sebagai ketua fans klub Arthur, sedangkan Laudia terkenal sebagai wakil kapten cheerleader SMA Triganda. Jadi, jangan diragukan lagi bagaimana paras yang menghiasi keduanya. Pokoknya, shining, shimmering, splendid!
"Gua cuman mau bilang kabar buruknya bukan yang berkaitan dengan Pak Mahmud, tapi...." Baru saja murid-murid di kelas XI-IPA 7 bisa bernapas lega, namun tiba-tiba saja Zaiyan malah menggantung ucapannya dan berjalan menuju meja Dinar. "Nih, gua mau lu baca kertas pengumuman gawat darurat gua dan lu sebarin ke murid-murid lainnya, kalau perlu lu tempelin di mading sekolah." Perintah Zaiyan sambil menaruh terbalik kertas tersebut di atas meja Dinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja Kelas
Teen FictionKisah cinta anti-mainstream antara selembar kertas putih polos dengan setetes darah biru dingin yang tidak sengaja saling bertemu. Pertemuan tersebut membawa mereka ke dalam takdir cinta. Hanya takdir yang bisa menyatukan Arthur dan Orly. Jangan per...