Disinilah Bima bersama dengan Kyle menunggu dari dalam mobilnya memperhatikan gerbang sekolahnya di malam hari hanya untuk membuktikan tentang argumennya.Dari luar gerbang pun Bima dapat melihat kegelapan yang menyelimuti gedung sekolahnya hanya ada beberapa lampu yang menyala di malam hari. Membuat suasana gedung sekolah semakin mencekam.
Orang mana yang nekat datang ke sekolah saat malam hari di malam Minggu? Gila! Orang gila aja gak berani datang ke sekolah pas malam-malam. Itulah pertanyaan yang membuat Bima tak habis pikir dengan pemikiran manusia zaman sekarang.
Namun apa bedanya Bima, Kyle dan orang yang nekat datang ke sekolah di malam hari? Apakah Bima dan Kyle juga termasuk jajaran orang gila? Gila karena rela mencari bukti hanya untuk mendukung sebuah argumentasi.
"Takut bilang." Ledek Kyle mencairkan suasana.
"Kalau gua takut, kenapa gua sama lu rela datang ke sini?" Sengit Bima dengan pernyataan dan pertanyaan dalam satu ucapan.
"Bukannya udah jelas buat liat mereka." Jelas Kyle dengan memberikan kode lirikan mata agar Bima melihat keluar kaca mobilnya.
Tanpa basa-basi Bima membuka pintu mobilnya kemudian berteriak sangat kencang saat melihat 4 orang perempuan sedang mengutak-atik gembok gerbang sekolah.
"WOI!!"
Pintu gerbang sekolah terbuka kemudian 4 orang perempuan tersebut menutup gerbang sekolah dengan cepat namun ketika salah satu dari mereka ingin mengunci gembok gerbang sekolah kembali, Bima semakin mendekat dan membuat mereka berempat panik, melarikan diri ke dalam gedung sekolah.
"Kasihan anak orang tuh pada kabur." Ujar Kyle yang baru datang. "Sabaran dikit, kek."
Bima membuka gerbang sekolah, kemudian memberikan perintah kepada Kyle. "Ky, gua mau kita berdua mencar, lebih cepat menemukan mereka lebih baik. Gua ke kelas, sedangkan lu periksa tempat lain."
"Kenapa harus mencar?" Tanya Kyle saat Bima mulai berlari menjauh darinya. "WOI, BIMA!" Teriak Kyle dari kejauhan, kemudian Bima pun menghilang dari sudut pandangnya.
"Gak sabaran amat tuh orang kalau masalah beginian." Gumam Kyle.
Di sisi lain Bima berlari begitu cepat menuju ke kelasnya, napasnya terengah-engah, namun Bima tetap memaksakan tubuhnya untuk berlari membelah udara malam hari yang mengisi sekolahnya.
Ia juga menyuruh Kyle untuk berpisah bukan karena suatu alasan yang tidak jelas. Ia tahu betul bagaimana sikap seorang perempuan saat sedang panik. Apabila di ibaratkan 75% kabur bersama dan 25% saling terpisah.
Bima menatap pintu kelasnya yang tertutup rapat, kemudian menatap ke sekelilingnya. Kosong dan sepi. Pintu kelas yang masih tertutup rapat menandakan belum ada seseorang yang memasuki kelasnya, namun Bima yang belum percaya, membuka pintu kelasnya dengan kasar.
"Gua tau kalian pasti ada disini." Ucap Bima sengaja memancing seseorang yang bersembunyi di dalam kelasnya, namun ia juga tidak mengetahui apakah ada seseorang yang bersembunyi di dalam kelasnya.
"Emangnya gua gak tau kalo kalian lagi sembunyi disini?" Jebak Bima. "Atau perlu gua hitung dan ngebiarin kalian ke jebak di dalam kelas sampai besok? Mumpung gua lagi bawa kunci kelas." Alibinya.
Tak ada tanda-tanda kehadiran seseorang di dalam kelasnya, sepertinya memang sejak awal mereka tidak berniat bersembunyi di dalam kelasnya, pintar. Walaupun begitu, Bima tetap melanjutkan ucapannya.
"1."
"2."
"3."
Pintar juga, tapi gua gak bakalan nyerah demi membuktikan argumen gua! Demi argumen!
*****
Kyle yang tengah berjalan santai di depan deretan kelas 10 yang berada di sekitaran lapangan utama SMA Trijayanda dengan kedua tangan di masukkan ke dalam kantong celananya sembari sesekali bersiul.
Bukankah sangat di sayangkan jika malam yang indah nan sejuk tidak digunakan untuk santai-santai ataupun jalan-jalan? Yah, walaupun yang bisa Kyle lakukan hanyalah sekedar jalan-jalan di depan kelas 10.
Namun bagaimana lagi? Jika Bima mengecek ruangan yang berada di gedung belakang, maka Kyle mengecek setiap ruangan yang berada di gedung depan.
Kyle mengeluarkan ponsel dari kantong celananya, kemudian duduk di bangku panjang yang tersedia di depan kelas 10-IPA 2.
Untung saja ia membawa ponselnya, hanya untuk berjaga-jaga.
Kyle yang tengah duduk sembari mengutak-atik memainkan ponselnya, secara tiba-tiba perasaannya merasakan kehadiran seseorang.
Kyle tidak langsung menengok ke belakang, ia mencoba mempertajam indra pendengarannya. Mencoba menangkap suara derap langkah seseorang.
I got it!
Kyle mengetikkan sebuah pesan di ponselnya, kemudian mengirimkannya ke Bima.
*****
Bima mengetuk notifikasi pesan yang di kirimkan Kyle.
Cerberus Kyle:
Bim, gua dapat satu tikusCerberus Kyle:
Jangan lupa datang di lapangan utama SMA Trijayanda buat melakukan interogasiBima:
Gua segera datangBima mematikan layar ponselnya kemudian menggenggam ponselnya dengan erat berlari menuju lapangan utama SMA Trijayanda.
*****
"Gua tau lu siapa, jangan pernah coba-coba lari ataupun ngelapasin diri dari gua." Ancam Kyle sembari menaruh kedua tangan perempuan tersebut di belakang punggungnya. "Tanpa gua harus buka tudung jaket ataupun masker lu pun gua udah tau siapa diri lu dan dimana lu sekolah."
Perempuan tersebut berhenti menggeliatkan tubuhnya, bagaimana mungkin Kyle bisa mengetahui identitas sebenarnya dari dirinya hanya dengan beradu kontak mata sesaat?
Tubuhnya seketika menegang dan kedua bola matanya terasa seperti ingin keluar. Kenapa teman-temannya tak ada yang mau menolongnya?
Siapapun bantuin gua, woi! Umpat batinnya.
Bima menghampiri Kyle dan berdiri di depan perempuan tersebut.
Kenapa malah jelmaan malaikat pencabut nyawa yang datang? Mati dah gua! Ungkap batinnya sembari melirik sekilas ketika melihat Bima telah berdiri di depannya.
"Oh, jadi ini orangnya." Ucap Bima bersilang dada menatap tak suka perempuan di hadapannya. "Malam-malam kok masih pake masker? Sini gua bukain biar gak engap napasnya."
Mati dah gua! SIAPAPUN TOLONG!!! Jerit perempuan tersebut dalam hati.
Bima membuang asal masker yang di pakai perempuan tersebut, namun perempuan tersebut semakin menenggelamkan wajahnya agar tidak ketahuan identitasnya.
Bima meraih wajah perempuan tersebut agar ia dapat dengan jelas melihat wajah yang di sembunyikan perempuan tersebut.
Kini Bima sudah mengetahui identitas dari perempuan dihadapannya hanya dengan sekali melihatnya.
"Lu?!"
Mau tau kelanjutannya? Tunggu part selanjutnya minggu depan, ya, gaise!
Salam FSR,
*****
About me?Follow Instagram: basztian11.2
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja Kelas
Подростковая литератураKisah cinta anti-mainstream antara selembar kertas putih polos dengan setetes darah biru dingin yang tidak sengaja saling bertemu. Pertemuan tersebut membawa mereka ke dalam takdir cinta. Hanya takdir yang bisa menyatukan Arthur dan Orly. Jangan per...