44. Petir, Darah, dan Deva

303 34 0
                                    

Kita memang ditakdirkan untuk bersama, namun apakah takdir juga akan mengatur kita untuk bersatu?
Arthur

Syarat kedua dari Papahnya, telah Arthur penuhi dengan membawa Bima, Kyle, Orly, dan Retha ke rumahnya untuk makan malam bersama.

Tentu mengajak mereka semua tidak semudah memutar balikkan telapak tangan, pasti ada salah satu yang susah untuk diajak, contohnya Retha.

Arthur memerlukan bantuan Orly untuk membujuk Retha ikut makan malam, karena orang tua Retha tidak pernah mengizinkannya pulang malam ataupun keluar malam hari. Karena bagi keluarga Retha, malam hari adalah waktunya untuk beristirahat.

Dan, untung saja perempuan yang duduk di sampingnya mampu mengajak dan meyakinkan orang tua Retha.

Perempuan di sampingnya ini memang sangat bisa membuat orang lain terpengaruh akan kepolosan dan kejujurannya, bahkan untuk mengikis hati Arthur pun Orly sanggup melakukannya dengan sifatnya yang apa adanya.

"Makanan telah datang." Ujar Ana dengan wajah sumringah seraya membawa hidangan terakhir, kemudian menaruhnya di atas meja makan yang berisi berbagai macam makanan. Hampir seluruh makanan 4 sehat 5 sempurna tersaji di atas meja.

"Ayo dimakan, gak usah malu-malu, apalagi gugup."

"O-oke Tante." Ucap Retha mengiyakan dengan suara sedikit bergetar.

"Retha gak boleh manggil Mamah Ana dengan sebutan Tante, karena Mamah Ana berjiwa Mamah-mamah, bukan Tante-tante." Tegur Orly dengan mengingat kata-kata Ana yang di ucapkannya tempo hari.

Kyle dan Bima reflek menengok ke arah Orly yang berada di samping Arthur, entah kenapa ucapan Orly terasa tidak asing di telinga Bima dan Kyle.

"Mamah kasih nilai S+, buat calon mantu." Ana mengacungkan kedua jempolnya dengan bangga.

Bima dan Kyle saling menatap satu sama lain dengan lipatan-lipatan kecil di kening mereka masing-masing, calon mantu?

"Makasih Mamah Ana." Orly meraba-raba pikirannya yang terdalam, mencoba mengartikan sepenggal kata terakhir yang di ucapkan Ana. "Mamah Ana, arti kata mantu tuh apaan? Kok, Orly baru denger."

Ana baru saja ingin membuka mulutnya, namun Elvano langsung membungkamnya.

"Mah." Elvano menegur Ana dengan lembut agar berhenti berbicara saat di meja makan.

Ana dengan segera mengalihkan topik pembicaraannya. "Kalau gitu dimakan, makanannya. Jangan pada diem aja, ayo di ambil." Ucap Ana mempersilahkan kembali dan melanjutkan makan malam tersebut dengan khidmat.

Namun, berbeda dengan Orly yang terlihat sangat penasaran tentang arti dari kata "mantu".

Dan hal tersebut membuat Arthur sedikit memiringkan kepalanya, kemudian membisikkan sesuatu.

"Gak usah di pikirin, suatu saat nanti juga tau."

*****

Setelah makan malam usai. Arthur sengaja mengajak Bima, dan Kyle masuk ke dalam kamarnya, karena ada satu hal yang ingin Arthur tanyakan.

"Ternyata gak ada yang banyak berubah dari kamar lu, Thur." Kyle meneliti setiap tata letak benda yang berada di kamar Arthur, semuanya masih sama persis dengan kunjungan terakhirnya.

"Inget, kasur orang jangan lu jadiin trampolin. Badan lu sama yang dulu udah berubah, Ky."

Kyle yang baru saja merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur Arthur, dengan cepat mengubah posisinya menjadi duduk dan mengambil bantal terdekat. Tersindir.

Raja KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang