"Retha, Orly lapar. Orly pengen ke kantin." Rengek Orly sambil menggoyangkan-goyangkan bahu Retha."Emang Orly gak bawa bekal? Bukannya Orly biasanya bawa bekal?" Tanya Retha dengan lembut.
"Ummm, enggak. Soalnya, Orly penasaran sama kantin SMA Trijayanda jadi Orly sengaja gak suruh Mamah buatin bekal." Ucap Orly sambil menaruh jari telunjuknya di dagu.
"Ya udah, Retha anterin ke kantin." Ajak Retha.
"Yey, Retha baik banget sama Orly." Ucap Orly dengan kegirangan.
"Pasti dong." Bagi Retha, Orly sudah di anggap sebagai pengganti adiknya, Ola.
Ola yang waktu itu berumur 5 tahun mendapatkan sebuah insiden tertabrak mobil hingga membuatnya meninggal di tempat dan insiden tersebut berada di jalan menuju rumah Orly saat Retha tidak ikut pergi menengok neneknya di pagi hari. Karena saat itu Retha sedang belajar di Sekolah.
"Retha kenapa melamun terus?" Tanya Orly sambil melihat Retha yang sedang melamun.
"Retha cuman lagi membayangkan kantin SMA Trijayanda." Ucap Retha dengan berpura-pura bohong.
"Emang menurut Retha kantinnya kayak gimana? Orly jadi makin penasaran."
"Luas, rapih, bersih, dan mejanya warna putih." Jelas Retha sambil mengarang cerita.
"Tapi, kalau kantinnya gak sesuai sama pikiran Retha gimana?"
"Gak apa-apa, itu juga cuman imajinasi dari pikiran Retha. Jadi, belum tentu bener." Kata Retha sambil berjalan menuju kantin yang berada di belakang gedung kelas XII.
"Retha, Orly udah gak kuat pengen makan." Rengek Orly sambil mengelus-elus perutnya.
Retha yang mengerti maksud perkataan Orly mempercepat langkah kakinya, sebenarnya Orly ingin Retha berjalan lebih cepat menuju ke kantin. Namun, dengan menggunakan kalimat perintah yang hanya dimengerti Retha.
Retha dan Orly yang saat itu tiba di kantin melihat berbagai aneka penjual makanan dan beberapa murid ada yang berhamburan ke sana-sini untuk memilih makanan.
"Retha, Orly mau ke penjual roti." Desak Orly sambil menarik lengan baju Retha.
"Emang Orly gak mau beli makanan lain?"
"Enggak boleh, kata Mamah cuman boleh beli roti." Ucap Orly sambil menggelengkan-gelengkan kepalanya.
"Oke." Ucap Retha dengan lembut sambil tersenyum ramah.
Retha dan Orly berjalan menuju penjual roti yang terdapat etalase berisi berbagai roti dengan lampu sebagai penghangat.
"Mau pada beli roti yah?" Tanya Bibi penjual roti dengan ramah saat Retha dan Orly tiba di depan etalase yang berisikan berbagai bentuk roti.
"Iya, Bi." Jawab Retha dengan tersenyum, sedangkan Orly langsung asik sendiri memilih roti yang berada di dalam etalase.
"Kayaknya, kalian berdua baru yah? Perasaan Bibi gak pernah liat kalian." Ucap Bibi penjual roti sambil mengamati wajah Retha.
"Iya, Bi. Kita berdua murid pertukaran pelajar dari SMA Gatra."
"Berarti pada pintar-pintar yah."
"Enggak juga, Bi." Ucap Retha dengan sungkan.
"Bi, Orly mau roti yang gambarnya bunga, terus yang rasa stroberi, dan satu lagi Orly cari dulu." Seru Orly sambil menunjuk roti yang telah ia pilih.
Bibi penjual roti dengan sigap mengambil roti yang di tunjuk Orly dengan menggunakan penjepit capitan masak yang terbuat dari besi.
"Yang satu lagi, Orly mau rasa co-"
"Bi Iyen, roti rasa coklat satu." Potong Bima yang baru datang.
"Ikh, itu kan udah sama Orly." Ucap Orly dengan kesal.
"Gak bisa, ini untuk Raja Kelas."
"Udah makannya barengan aja sama Dek Arthur. Biar romantis gitu, kayak di film-film."
"Gak mungkinlah, Bi. Orang cewek yang satu ini udah masuk tahap bahaya." Bima sesekali melirik Orly yang sedang kesal disampingnya dengan ekspresi wajah cemberut.
"Ikhh, Orly gak ngerti. Romantis tuh apaan? Apalagi, tahap bahaya." Rengek Orly.
"Gak usah dijelasin, yah Bi Iyen. Orly anaknya masih polos, jadi belum ngerti yang kayak gitu-gituan." Pinta Retha dengan halus.
"Oh, masih polos."
"Gak percaya tuh. Nih, Bi. Uangnya." Tukas Bima sambil mengambil roti yang berada diatas etalase dan pergi menjauh dari Orly dan Retha.
"Bi Iyen, masih ada roti yang rasa coklat?" Tanya Retha.
"Sebentar, Bibi cari dulu." Bi Iyen mencari roti rasa coklat di dalam etalase.
"Oh, ada nih Neng. Untung aja Bibi buat roti rasa coklat yang lain." Ucap Bi Iyen sambil menaruhnya diatas etalase.
"Jadi, berapa Bi?"
"Ikh, Retha gak usah bayar." Cegah Orly dan langsung mengambil selembar uang kertas di saku bajunya. kemudian, memberikannya ke Bi Iyen.
"Uangnya pas, yah Neng." Ucap Bi Iyen dengan tersenyum lebar dan memberikan ketiga roti yang dipesan Orly dengan kantung plastik.
"Terimakasih, Bi." Ucap Retha dengan sedikit menunduk kepalanya. Sedangkan, Orly yang sudah sangat kelaparan langsung merogoh roti rasa coklat dan memakannya dengan cepat.
"Sama-sama, selamat menikmati."
"Retha, ini buat Retha. Orly sengaja beli roti rasa stroberi." Orly menyodorkan roti yang berada di tangan kanannya sambil menatap Retha dengan selai coklat di tepian bibirnya.
"Iya, Retha ambil. Kalau, gak Retha ambil Orly pasti ngambek." Retha menerimanya dengan senang hati, kemudian Retha mengambil tisu yang ada di saku celananya.
"Nih, buat Orly." Ucap Retha sambil memberikan sehelai tisu ke Orly.
"Buat apa? Orly makannya belepotan yah, kayak anak kecil?" Tanya Orly dengan heran.
"Iya, tuh di tepian bibir Orly ada selai coklat." Tunjuk Retha.
Orly dengan cepat mengambil sehelai tisu di tangan Retha dan membersihkan tepian bibirnya sambil berjalan.
"Jangan lupa sampahnya harus dibuang ke tempat sampah." Jelas Retha.
"Pasti Orly buang, kok."
Bel selesai istirahat pertama pun berbunyi. Orly, Retha beserta murid SMA Trijayanda bergegas memasuki kelas untuk memulai KBM kembali.
Hanya Info:
KBM= Kegiatan Belajar MengajarTerimakasih untuk kalian yang selalu setia membaca cerita Raja Kelas dan akhirnya cerita Raja Kelas menyentuh angka 1K pembaca dalam 19 Part.
Saya sangat-sangat berterimakasih kepada para pembaca setia Raja Kelas, semoga aja cerita Raja Kelas bisa menyentuh 1 juta pembaca setelah ini. Amin.
Terimakasih untuk kalian semua.
Salam FSR,
*****
About me?Follow Instagram: basztian11.2

KAMU SEDANG MEMBACA
Raja Kelas
Teen FictionKisah cinta anti-mainstream antara selembar kertas putih polos dengan setetes darah biru dingin yang tidak sengaja saling bertemu. Pertemuan tersebut membawa mereka ke dalam takdir cinta. Hanya takdir yang bisa menyatukan Arthur dan Orly. Jangan per...